Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB III LANDASAN TEORI

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2017), Hal ISSN :

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT)

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

Pengertian,tipe- tipe sedimen dan prosess terjadinya

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

DELIVERY METHOD SEDIMENT RATIO TO KNOW CRITICAL LEVEL SOME WATERRSHED IN SOUTH KALIMANTAN CONNECTION WITH FISHING FITNESS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

Analisis Kualitas Air Di Parit Besar Sungai Jawi Kota Pontianak Eka Apriyanti a, Andi Ihwan a*, Muh. Ishak Jumarang a

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

KATA PENGANTAR. Solo, November 2014 Kepala Balai. Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN

PENGUKURAN SEDIMEN TERLARUT DI MUARA DESA NUSAPATI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

STUDI PENGARUH SEDIMENTASI KALI BRANTAS TERHADAP KAPASITAS DAN USIA RENCANA WADUK SUTAMI MALANG


SUMBANGAN KOTA BANDUNG TERHADAP BANJIR DAN PENDANGKALAN CI TARUM. Oleh : R. Gurniwan Kamil Pasya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

DESAIN KOLAM PENGENDAPAN

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Panduan Teknis. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana. Pendahuluan

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB V RENCANA PENANGANAN

Transkripsi:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak Jumarang a a Program Studi Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : muliadi24@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang konsentrasi dan laju angkutan sedimen melayang di Sungai Sebalo Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data di lapangan dan uji laboratorium. Pengambilan data di lapangan berupa data debit sungai, dan sampel sedimen melayang yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 216 s.d 11 Desember 216. Lokasi penelitian terdiri dari 5 stasiun pengamatan. Penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen menggunakan metode purpose sampling. Debit sungai diperoleh dengan menggunakan metode interval tengah (mid section method). Pengujian di laboratorium untuk mendapatkan nilai konsentrasi sedimen melayang dengan menggunakan metode spektrofotometri. Nilai konsentrasi sedimen melayang digunakan untuk mendapatkan debit sedimen melayang sungai. Konsentrasi rata-rata sedimen melayang pada Stasiun 1 sebesar 133,1 mg/l, Stasiun 2 sebesar 137,2 mg/l, Stasiun 3 sebesar 116,9 mg/l, Stasiun 4 sebesar 83,5 mg/l dan Stasiun 5 sebesar 19,6 mg/l. Sedangkan konsentrasi rata-rata sedimen melayang di Sungai Sebalo yaitu sebesar 116,1 mg/l. Debit rata-rata sedimen melayang pada Stasiun 1 sebesar 22,872 ton/hari, Stasiun 2 sebesar 32,126 ton/hari, Stasiun 3 sebesar 71,787 ton/hari, Stasiun 4 sebesar 63,246 ton/hari dan Stasiun 5 sebesar 86,215 ton/hari. Sedangkan debit rata-rata sedimen melayang di Sungai Sebalo yaitu sebesar 55,249 ton/hari. Kata Kunci : Bengkayang, Sedimen Melayang, Spektrofotometri, Sungai Sebalo 1. Latar Belakang Secara geografis, Kabupaten Bengkayang terletak di 33'" 1 3'" Lintang Utara dan 18 39'" 11 1'" Bujur Timur. Ada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yang melintasi wilayah Kabupaten Bengkayang, yaitu DAS Sambas, DAS Sungai Raya dan DAS Sungai Duri. Sungai Sebalo merupakan salah satu sungai yang terdapat di Kabupaten Bengkayang yang termasuk ke dalam DAS Sambas [1]. Sungai Sebalo dimanfaatkan oleh beberapa penduduk sebagai sumber mata pencaharian seperti mendulang emas dan pengambilan batu atau pasir sungai. Selain itu terdapat juga pembangunan, permukiman penduduk, pembuangan sampah limbah rumah tangga dan aktivitas masyarakat lainnya di sekitar sungai. Kegiatan masyarakat tersebut menyebabkan jatuhnya material lain ke dalam aliran sungai, pengikisan dinding sungai dan sungai tercemari limbah anorganik maupun organik. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa Sungai Sebalo tidak dianjurkan sebagai air minum karena sudah dalam kondisi tercemar. Sumber pencemaran pada sungai disebabkan oleh pencemaran dari kegiatan penambangan dan akibat limbah rumah tangga dan pasar[2]. Pencemaran air sungai akan berdampak besar terhadap penurunan kualitas air. Kualitas air yang buruk akan berpengaruh terhadap nilai konsentrasi sedimen yang terkandung dalam air sungai. Sedimentasi merupakan proses pengangkutan dan pengendapan material tanah pada sungai yang diakibatkan oleh faktor erosi[3]. Erosi yang terjadi di hulu sungai akan menyebabkan terjadinya sedimentasi di hilir sungai. Partikel-partikel tanah atau material lainnya yang jatuh ke sungai akan terbawa oleh aliran sungai. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka akan terjadi pendangkalan di hilir sungai. Pendangkalan sungai yang tidak ditanggulangi dapat menyebabkan terjadinya banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi dan dalam rentang waktu yang lama. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian ini untuk menentukan konsentrasi dan laju angkutan sedimen melayang di Sungai Sebalo Kecamatan Bengkayang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan selanjutnya untuk penanganan sedimentasi di Sungai Sebalo. 2. Metodologi 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sungai Sebalo yang terletak di Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang. Stasiun pengamatan berjumlah 5 stasiun dan setiap stasiun pengamatan terdapat 3 titik pengambilan data. Peta lokasi penelitian beserta titik stasiun pengambilan data 99

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 dapat dilihat pada Gambar 1. Pengambilan data dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 9 Desember 216 s.d 11 Desember 216. Pengujian sampel sedimen melayang dilakukan pada tanggal 19 Desember 216 di Unit Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat 2.2 Metode Penelitian 2.2.1 Pengukuran di Lapangan Pengukuran data di lapangan berupa data lebar sungai, kedalaman sungai, kecepatan aliran sungai dan pengambilan sampel sedimen melayang. Pengukuran data kecepatan aliran, lebar dan kedalaman sungai dilakukan untuk menghitung debit aliran sungai. Pengukuran lebar sungai menggunakan tali meteran yang dibentangkan sepanjang lebar sungai. Kemudian ditentukan 3 titik pengambilan data (kiri, tengah dan kanan sungai). Sketsa titik pengamatan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 3. Tiap titik pengambilan data akan diambil data kedalaman sungai, kecepatan aliran sungai dan sampel sedimen melayang. Pengambilan sampel sedimen melayang menggunakan water sampler dan kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel sebanyak 1 liter untuk setiap titik dan kedalaman pengukuran. 2.2.2 Pengujian di Laboratorium Pengujian di laboratorium dilakukan untuk menguji sampel sedimen melayang guna mendapatkan nilai TSS (Total Suspended Solid) menggunakan alat spectrophotometer. 2.3 Metode Analisis Data Debit aliran diperoleh dari data kecepatan aliran dan luas penampang sungai, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut [4]: Q A v (1) dengan Q adalah debit aliran (m 3 /s), A adalah luas penampang sungai (m 2 ) dan v adalah kecepatan aliran (m/s). Luas penampang melintang sungai dapat diperoleh dengan menggunakan mid section method. Debit sedimen melayang diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut [5]: Qs, 864 C s Q (2) dengan Qs adalah debit sedimen melayang (ton/hari), Cs adalah konsentrasi sedimen melayang (mg/l) dan Q adalah debit aliran (m 3 /s). 2.4 Diagram alir Penelitian Persiapan Studi Pendahuluan Penentuan Lokasi dan Persiapan Alat Pengambilan Data Debit Sungai Sampel Sedimen Uji Sampel di Laboratorium Perhitungan Debit Angkutan Sedimen Melayang Kesimpulan Selesai Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian [6][7] 1

Debit Air (m 3 /s) Kecepatan Aliran (m/s) Debit Air (m 3 /s) PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Gambar 3. Sketsa Titik Pengamatan Pada Setiap Stasiun 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Debit Sungai Sebalo Debit air pada hari pertama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Stasiun 1, debit terbesar terdapat pada, kemudian dan terkecil terdapat pada. Faktor yang menyebabkan debit air di tepi sungai () lebih besar daripada di tengah sungai () dikarenakan adanya pengaruh dari kedalaman sungai, dimana sudah diketahui bahwa debit air merupakan perkalian dari kecepatan aliran dan luas penampang. Kedalaman sungai akan mempengaruhi luas penampang sungai. Pada kedalaman sungai sebesar 1,3 m, kedalaman di yaitu,88 m dan kedalaman di yaitu,54 m. Pada hari pertama di Stasiun 2, debit sungai terbesar berturut-turut terdapat pada, dan terkecil pada. Hal ini juga sama terjadi pada Stasiun 3, Stasiun 4 dan Stasiun 5. Besarnya debit sungai di dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai yang dapat dilihat pada Gambar 5. Pada sungai yang lurus kecepatan aliran sungai di bagian tengah () sungai akan lebih besar daripada bagian kiri () atau kanan () sungai. Hal ini dikarenakan bagian kiri () dan kanan () sungai mengalami efek gesekan dengan dinding sungai yang lebih besar dibandingkan dengan di tengah () sungai, gesekan ini akan memperkecil kecepatan aliran sungai[8]. Kecepatan aliran pada Stasiun 4 (hari pertama) menunjukan bahwa kecepatan terbesar berada di (di kanan) sungai. Kecepatan aliran dipengaruhi oleh banyak hal seperti gesekan dengan daratan, permukaan dasar sungai yang tidak beraturan dan adanya gangguan seperti sampah maupun tanaman dalam sungai. 6 4 2 1.55 1.372 1.383.53 1.4 1.14 1.263.737 1.9.451.558.446.722.842.23 Gambar 4. Debit Air Sungai Sebalo Pada Hari Pertama 1.6 1.2.8.4 6 4 2.861.755.728.781.648.728.541.541.621.513.481.32.41.288.221 Gambar 5. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Pertama 1.141 1.467 1.371.774.876 1.133.781.911.96.959.622.45.719.634.23 Gambar 6. Debit Air Sungai Sebalo Pada Hari Kedua 11

Kecepatan Aliran (m/s) Debit Air (m 3 /s) Kecepatan Aliran (m/s) PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Debit air pada hari kedua pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6. Debit air pada hari kedua memiliki pola yang sama dengan hari pertama (Gambar 4) dan hari ketiga (Gambar 8). Pada Stasiun 1 debit air terbesar akan terdapat di tepi sungai (). Besarnya debit air di disebabkan oleh kedalaman sungai. Kedalaman di lebih besar dibandingkan dengan titik lainnya. Kedalaman di pada hari kedua yaitu sebesar 1,2 m, yaitu sebesar,95 m dan yaitu sebesar,5 m. Kedalaman di Titik 1 pada hari ketiga yaitu sebesar 1,32 m, di yaitu sebesar 1,14 m, dan di yaitu sebesar,66 m. Berbeda dengan Stasiun 1, debit air pada stasiun lainnya (Stasiun 2, 3, 4 dan 5) terbesar terdapat di tengah sungai (). Hal ini dapat disebabkan karena kecepatan aliran sungai terbesar terletak di tengah sungai () sedangkan di tepi sungai kecepatan alirannya kecil. Kecepatan aliran sungai pada hari kedua dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan kecepatan aliran pada hari ketiga dapat dilihat pada Gambar 9. Selama 3 hari pengamatan terdapat beberapa pola debit air yang berbeda pada ketiga titik disetiap stasiun. Hal ini terjadi dikarenakan terdapat perbedaan kondisi cuaca setiap harinya. Ketika terjadi hujan, volume air sungai akan bertambah dan memperlebar wilayah tergenang air. Hal ini akan menyebabkan lebar dan kedalaman sungai bertambah begitupula dengan kecepatan aliran air sehingga berdampak pada debit air sungai. 1.6 1.2.8.4.861.861.728.782.755.71.71.391.541.648.535.385.418.348.275 Gambar 7. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Kedua 6 4 2 5.166 5.19 5.11 4.569 4.29 3.795 3.371 3.468 2.554 2.495 2.57 2.88 2.87 1.231 1.34 Gambar 8. Debit Air Sungai Sebalo Pada Hari Ketiga 1.6 1.2.8.4 1.582 1.512 1.435 1.487 1.468 1.346 1.249 1.285 1.16 1.47 1.98 1.22 1.8 1.77.895 Gambar 9. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Ketiga 12

Konsentrasi Sedimen Melayang (mg/l) Debit Air (m 3 /s) PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 15 1 5 13.14 13.139 11.17 5.675 5.813 2.992 3.486 3.487 2.18 1.626 2.782 3.284 2.965 1.741 1.157 Gambar 1. Debit Total Sungai Sebalo Hari 1 Hari 2 Hari 3 Debit total Sungai Sebalo dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa debit total sungai terbesar terjadi pada hari ketiga dan terkecil terjadi pada hari pertama. Debit total air terbesar terjadi pada hari ketiga disebabkan karena adanya penambahan volume air yang masuk ke dalam sungai akibat terjadinya hujan. Pada hari kedua pengamatan dalam kondisi cerah sehingga tidak ada penambahan volume air akibat hujan. Pada hari pertama pengamatan hanya terjadi hujan saat pengambilan data di Stasiun 4 dan Stasiun 5. Hal ini yang menyebabkan terjadi peningkatan debit air pada stasiun tersebut. Debit air mengalami banyak peningkatan dari Stasiun 2 ke Stasiun 3. Peningkatan debit air pada stasiun tersebut disebabkan karena adanya aliran air lain yang masuk ke Sungai Sebalo, tepatnya terdapat di hulu Stasiun 2 dan juga terdapat di hulu Stasiun 3. 3.2 Konsentrasi Sedimen Melayang Nilai konsentrasi sedimen melayang dapat dilihat pada Gambar 11. Konsentrasi sedimen melayang terbesar sampai terkecil secara berurutan terjadi pada hari pertama, hari ketiga dan terkecil pada hari kedua. Pada hari pertama, konsentrasi sedimen terbesar terdapat pada Stasiun 1 dan Stasiun 2. Di hulu Stasiun 1 terdapat aktivitas pengerukan dasar sungai menggunakan alat berat, hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi konsentrasi sedimen. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan partikel pasir, tanah, lumpur maupun partikel lainnya yang terdapat di dalam sungai terangkut oleh aliran air menuju ke tempat yang lebih rendah. Di sekitar Stasiun 2 masyarakat membangun rumah tepat di pinggir sungai dan melakukan berbagai aktivitas seperti mandi, mencuci, bahkan ada yang membuang sampah di sungai. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan angkutan sedimen melayang sehingga konsentrasi sedimen melayang pada Stasiun 2 memiliki nilai yang besarnya hampir sama dengan Stasiun 1. Konsentrasi sedimen melayang pada Stasiun 4 lebih kecil daripada stasiun lainnya dikarenakan kondisi lingkungan pada Stasiun 4 yang masih terdapat hutan sehingga sedimentasi yang terjadi hanyalah secara alami. Pada hari kedua pengambilan data, cuaca dalam kondisi cerah sehingga hujan tidak menjadi faktor utama besarnya konsentrasi sedimen melayang. Konsentrasi sedimen melayang yang terbesar terdapat pada Stasiun 1 dan terus mengalami penurunan sampai Stasiun 5. Di hulu Stasiun 1 tidak ada aktivitas pengerukan sungai menggunakan alat berat melainkan hanya pengambilan pasir sungai dan mendulang emas secara perorangan hal ini yang mempengaruhi konsentrasi sedimen melayang pada sungai. Stasiun 2 dan Stasiun 3 terletak pada permukiman penduduk yang ramai sehingga aktivitas masyarakat seperti mandi, mencuci, membuang sampah di sekitar sungai mempengaruhi besar konsentrasi sedimen melayang dalam air. Stasiun 4 dan Stasiun 5 terletak lebih dari 3 km dari pemukiman padat penduduk (Pasar Bengkayang) sehingga material hasil aktivitas masyakarat tersebut tidak berpengaruh besar pada Stasiun 4 3 25 2 15 1 5 276.2 271.3 184 192.7 132 139 12.3 15.2 84.3 72 51 35 34.7 27.3 15.8 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Gambar 11. Konsentrasi Sedimen Melayang Sungai Sebalo 13

Debit Sedimen Melayang (Ton/hari) PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 dan Stasiun 5. Hal ini lah yang menyebabkan konsentrasi sedimen melayang pada Stasiun 4 dan Stasiun 5 lebih kecil. Pada hari ketiga pengambilan data, konsentrasi sedimen melayang terbesar terdapat pada Stasiun 5 dan terkecil pada Stasiun 1. Besarnya konsentrasi sedimen melayang di Stasiun 5 disebabkan karena hujan yang terjadi selama pengambilan data, hujan tersebut membawa angkutan sedimen dari hulu sungai menuju ke hilir sungai. Pada Stasiun 3 memiliki konsentrasi sedimen melayang terbesar setelah Stasiun 5 karena Stasiun 3 terletak di hilir permukiman padat penduduk (Pasar Bengkayang). Hujan akan membawa material dari hulu sungai berupa limbah hasil rumah tangga, toko maupun pasar sayur yang ada di sekitar sungai dan terangkut oleh deras arus aliran sungai menuju hilir sungai atau stasiun pengamatan terdekat (Stasiun 3). Konsentrasi sedimen melayang terkecil terdapat di Stasiun 1 dikarenakan Stasiun 1 merupakan stasiun paling hulu dan sedikitnya pemukiman serta aktivitas masyarakat di sekitar sungai. 3.3 Debit Sedimen Melayang Sungai Sebalo Debit total sedimen melayang untuk semua stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12. Debit sedimen terbesar terjadi pada hari ketiga dan terkecil pada hari kedua. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran [9]. Jika debit aliran rendah maka angkutan sedimen bisa jadi lebih kecil dan jika debit aliran tinggi maka angkutan sedimen akan lebih tinggi. Pada hari ketiga pengambilan data dalam kondisi hujan, hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya debit sedimen pada hari ketiga. Curah hujan inilah yang dapat mempengaruhi konsentrasi sedimen dan debit sedimen walaupun tidak secara langsung. Hujan menyebabkan pengikisan tepian sungai atau erosi tanah, partikel tanah yang terlepas akan masuk ke dalam sungai. Partikel yang berukuran besar akan jatuh di dasar sungai sedangkan partikel yang lebih ringan akan terangkut oleh aliran sungai menuju tempat yang lebih rendah [8]. Debit sedimen melayang terbesar pada hari pertama terdapat pada Stasiun 2, hal ini disebabkan karena di hulu Stasiun 2 yaitu di sepanjang aliran sungai terdapat permukiman penduduk. Masyarakat sekitar banyak melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci, membuang sampah di sungai bahkan adanya pembangunan di sekitar sungai. Aktivitas ini dapat menyebabkan masuknya material lain ke dalam aliran sungai dan meningkatkan angkutan sedimen dari hulu ke hilir sungai. Debit sedimen melayang terkecil pada hari pertama terdapat pada Stasiun 4, hal ini disebabkan oleh faktor kondisi fisik daerah aliran sungai. Di hulu Stasiun 4 masih terdapat hutan yang mengakibatkan sungai terdiri atas lahan tertutup. Daerah aliran sungai yang mempunyai bentuk lahan terbuka pada umumnya akan memberikan sumbangan suspensi yang relatif lebih besar dari daerah aliran sungai yang terdiri atas lahan-lahan tertutup, seperti hutan [1]. Hal ini lah yang menyebabkan debit sedimen melayang di Stasiun 4 lebih kecil. Kurangnya aktivitas masyarakat di Stasiun 4 juga menjadi penyebab kecilnya angkutan sedimen pada sungai. Pada Stasiun 5 yang terletak di hilir sungai memiliki dampak yang besar akibat faktor hujan, hujan akan membawa material sedimen dari hulu sungai ke hilir sungai. Pada hari kedua, debit sedimen melayang pada kelima stasiun tidak jauh berbeda dan tidak dipengaruhi oleh faktor hujan karena pada hari kedua keadaan cuaca cerah. Besarnya debit sedimen pada hari kedua di Stasiun 3 dikarenakan lokasi Stasiun 3 berada di hilir pemukiman padat penduduk (Pasar Bengkayang). Masyarakat yang tinggal di sekitar pasar memanfaatkan sungai sebagai tempat membuang sampah (berupa limbah rumah tangga, limbah toko dan limbah pasar sayur), mandi dan mencuci, hal ini dapat menyebabkan masuknya material hasil aktivitas tersebut ke dalam aliran sungai. Debit aliran juga akan mempengaruhi besarnya debit sedimen. Debit aliran pada Stasiun 3 merupakan debit terbesar kedua setelah Stasiun 4. Debit sedimen melayang terkecil hari kedua terdapat pada Stasiun 5, hal ini disebabkan karena 25 2 15 217.278 174.389 157.36 Hari 1 1 Hari 2 5 5.682 36.97 39.359 31.734 37.44 25.294 24.831 6.353 6.337 9.239 7.547 4.322 Gambar 12. Debit Total Sedimen Melayang Sungai Sebalo Hari 3 14

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Stasiun 5 terletak di hilir sungai dan berada di lokasi yang tidak padat penduduk. Aktivitas padat penduduk di hulu sungai mempunyai pengaruh yang kecil karena jarak stasiun yang besar (Stasiun 2 s.d Stasiun 5 berjarak lebih dari 5 km) terlebih karena kondisi cuaca tidak hujan sehingga angkutan sedimen dari hulu ke hilir sungai sangat lambat karena tidak ada tenaga pendorong bantuan seperti hujan. Besarnya debit sedimen melayang hari ketiga di Stasiun 5 dikarenakan pada saat pengambilan data terjadi hujan dari Stasiun 1 sampai Stasiun 5 sehingga material sedimen terangkut dari hulu sungai sampai ke hilir sungai. Semakin besar volume aliran debit, maka jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran debit sungai akan semakin besar [1]. Pada Stasiun 5, debit aliran sangat besar, hal ini menyebabkan besarnya debit sedimen yang terdapat pada stasiun tersebut. Debit sedimen melayang terkecil pada hari ketiga terdapat pada Stasiun 1, hal ini dikarenakan debit aliran dan konsentrasi sedimen yang lebih kecil dibandingkan dengan stasiun lainnya. Besarnya debit sedimen selain dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen dan debit aliran sungai juga dipengaruhi oleh curah hujan, tofografi, vegetasi penutup lahan dan tataguna lahan [8]. Hal ini lah yang menyebabkan perbedaan nilai debit sedimen melayang pada tiap stasiun karena setiap stasiun memiliki kondisi yang berbeda-beda. 4. Kesimpulan Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan yaitu nilai konsentrasi rata-rata sedimen melayang pada Stasiun 1 adalah sebesar 133,1 mg/l, Stasiun 2 sebesar 137,2 mg/l, Stasiun 3 sebesar 116,9 mg/l, Stasiun 4 sebesar 83,5 mg/l dan Stasiun 5 sebesar 19,6 mg/l. Sedangkan konsentrasi sedimen ratarata di Sungai Sebalo yaitu sebesar 116,1 mg/l. Debit rata-rata sedimen melayang yaitu pada Stasiun 1 sebesar 22,872 ton/hari, Stasiun 2 sebesar 32,126 ton/hari, Stasiun 3 sebesar 71,787 ton/hari, Stasiun 4 sebesar 63,246 ton/hari dan Stasiun 5 sebesar 86,215 ton/hari. Sedangkan debit sedimen melayang rata-rata di Sungai Sebalo yaitu sebesar 55,249 ton/hari. Daftar Pustaka [1] Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman [PPSP]. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang. [Online].; 213 (cited 217 April 25. Available from: http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaa n/sanitasi/pokja/bp/kab.bengkayang/bab%22 %2Gambaran%2Umum%2Wilayah. [2] Tori, D. Identifikasi Kualitas Air Sungai Sebalo di Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Nilai TDS, Ph, dan Nilai Konduktivitas Air. Prisma Fisika. 216; Vol. IV, No.1, Hal. 6-1. [3] Suripin. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 24. [4] Asdak, C. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1995. [5] Seta, A. K. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air Cetakan Kedua. Jakarta: Kalam Mulia; 1995. [6] Global Administrative Areas (GADM). Download (Country: Indonesia, Format: shapefile). [Online].; 215 (cited 217 Mei 24. Available from: http://www.gadm.org/ download. [7] Google Earth. Peta Kota Bengkayang. 217. (cited 217 Mei 24; 217 Mei 29). [8] Lutfi, I. Kajian Kecepatan Aliran dan Sedimen Melayang Sungai Cidurian Kabupaten Serang Provinsi Banten (Skripsi S1). Bogor: Institut Pertanian Bogor; 214. [9] Garde, R. J. and Ranga Raju, K.G. Mechanics of Sediment Transportation and alluvial Stream Problem. New Delhi: Willey Eastern Limited; 1977. [1] Ariyanto, A. F. Pengaruh Perubahan Penutup Lahan Terhadap Debit Aliran Permukaan di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri (Skripsi S1). Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret; 21. 15