BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang transformasi PT Jamsostek (Persero) di Harian Pelita tentang transformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Ketenagakerjaan, yaitu frekuensi yang muncul dari setiap berita mengarah kepada pemberitaan secara umum mengenai Jaminan Sosial yaitu sebanyak 3,1%, ditinjau dari teknik penulisan berita, seluruh pemberitaan bersifat Hard News yang memiliki frekuensi sebesar 3,2%, ditinjau dari kecenderungan isi pemberitaan, sebesar 3,1% berita cenderung positif, dan ditinjau dari siapa yang diberitakan, Peserta Jamsostek dan Ketua DJSN lebih sering diberitakan yaitu mempunyai frekuensi masing-masing sebesar 2,9%, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Jaminan sosial memegang peranan penting dimasyarakat sehingga setiap perkembangan dari pemberitaan jaminan sosial menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, selain itu khususnya peserta jamsostek yang perlu mendapatkan sosialisasi tentang apa saja yang berubah dari PT Jamsostek (Persero) tersebut menjadi BPJS Ketenagakerjaan, baik dari segi program maupun pelayanan. Media massa memudahkan perusahaan dalam memberikan informasi dan sosialisasi, serta media massa juga memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) menempati isi pemberitaan sebanyak 2,9% di Harian Pelita. Jamkesda adalah 84
85 program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu disuatu daerah yang diselenggarakan secara nasional namun pelaksanaanya hanya didaerah yang berlaku saja. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) menempati isi pemberitaan sebanyak 2,9%. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pada urutan selanjutnya, BPJS Ketenagakerjaan menempati isi pemberitaan sebanyak 2,8% di Harian Pelita. BPJS Ketenagakerjaan adalah merupakan pelaksana Undang-undang jaminan sosial tenaga kerja yang dahuku bernama PT Jamsostek (Persero) yang memberikan perlindungan sosial ekonomi bagi masyarakat. Pada urutan selanjutnya, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menempati isi pemberitaan sebanyak 2,8%. SJSN adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak. Pada urutan selanjutnya, Pengalihan Aset PT Jamsostek (Persero) menempati isi pemberitaan sebanyak 2,8%. Pengalihan aset dalam transformasi ini mengenai data-data peserta jamsostek yang akan menjadi data-data BPJS
86 Kesehatan dalam hal Jaminan Kesehatan yang sebelumnya dikelola oleh PT Jamsostek (Persero). Pada urutan selanjutnya, Sosialisasi Menjadi BPJS menempati 2,7% dari isi pemberitaan. Sosialisasi menjadi BPJS dilakukan agar seluruh pihak-pihak terkait mampu mengerti prosedur yang akan sedikit berubah. Sosialisasi yang dilakukan berupa pemberitaan melalui media-media informasi. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) menempati 2,7% dari isi pemberitaan. JKK adalah jaminan bagi tenaga kerja untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat akibat kecelakaan kerja. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Hari Tua (JHT) menempati 2,7% dari isi pemberitaan. JHT adalah program perlindungan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat atau hari tua. Pada urutan selanjutnya, Peraturan Pemerintah (PP) menempati 2,7% dari isi pemberitaan. PP dalam BPJS adalah aturan mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja. Pada urutan selanjutnya, Penerima Bantuan iuran (PBI) menempati 2,7% isi pemberitaan. PBI adalah masyarakat yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
87 Pada urutan selanjutnya, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menempati 2,7% isi pemberitaan. DJSN adalah penyelenggara SJSN yang diamanatkan dalam UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Pada urutan selanjutnya, Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) menempati 2,7% isi pemberitaan. PPK adalah bagian dari jaringan pelayanan kesehatan yang dikontrak dan dibayar praupaya/dimuka oleh bapel, sehingga terdorong untuk memberikan pelayanan yang terjaga mutu dan terkendali biayanya. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menempati 2,7% isi pemberitaan. JKN adalah bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak kepada orang yang telah membayar iuran kepada pemerintah. Pada urutan selanjutnya, BPJS Kesehatan menempati 2,5% isi pemberitaan. BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara jaminan kesehatan yang sebelumnya bernama PT Askes. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Kesehatan (JK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) menempati 2,5% isi pemberitaan. JK-JPK merupakan jaminan kesehatan bagi tenaga kerja yang awalnya dikelola oleh PT Jamsostek (Persero) lalu dikelola oleh BPJS Kesehatan. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Pensiun (JP) menempati 2,5% isi pemberitaan. JP adalah program jaminan sosial bagi tenaga kerja yang akan dikelola oleh BPJS Ketenegakerjaan pada 2015.
88 Pada urutan selanjutnya, UU BPJS menempati 2,5% isi pemberitaan. UU BPJS adalah peraturan pelaksanaan programa jaminan sosial. Pada urutan selanjutnya, Peraturan Presiden (Perpres) menempati 2,5% isi pemberitaan. Perpres adalah terkait dengan UU SJSN. Pada urutan selanjutnya, Jaminan Kematian (JKM) menempati 2,3% isi pemberitaan. JKM adalah jaminan sosial untuk meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pada urutan selanjutnya, UU SJSN menepati 2,3% isi pemberitaan. UU SJSN adalah aturan untuk mensinkronisasi penyelenggaraan program jaminan sosial. Pada urutan selanjutnya, Teknik penulisan berita Hard News sebesar 3,2% yang dapat disimpulkan bahwa seluruh pemberitaan disampaikan secara langsung pada inti permasalahan. Pada urutan selanjutnya, Kecenderungan isi berita positif sebesar 3,1% sedangkan isi berita netral hanya 0,1% yang dapat disimpulkan bahwa mayoritas pemberitaan cenderung positif. Mengenai siapa yang diberitakan, mayoritas pemberitaan mengulas mengenai DJSN dalam penelitian ini adalah Ketua DJSN karena lembaga tersebut memiliki peran penting sebagai pengawas jalannya BPJS. Selanjutnya adalah Peserta Jamsostek yang memiliki proporsi yang sama dengan pemberitaan Ketua DJSN sebanyak 2,9%. Peserta jamsostek banyak diberitakan karena transformasi
89 BPJS ini menyangkut dengan masyarakat terutama para peserta jamsostek yang nantinya akan menjadi peserta BPJS. Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemberitaan mengenai transformasi PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS cenderung positif. Hal ini merupakan sebuah kesuksesan Public Relations dalam aktivitas media monitoring, bahwa dari pemberitaan media PR dapat mengetahui citra perusahaan di media dan masyarakat. Hubungan perusahaan dengan media perlu dilakukan untuk menjaga kemudahan dalam penempatan berita perusahaan di media. Banyak cara untuk menjalin hubungan dengan media, dan dampaknya pun positif bagi pihak perusahaan maupun media. Orang yang berada di belakang sebuah media massa, secara langsung maupun tidak langsung, memang berkontribusi pada kebijakan media massa itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari materi pemberitaan yang dilaporkan media massa tersebut kepada khalayaknya. Semakin besar kontribusi pemilik dengan latar belakang kepentingan tertentu, maka semakin besar pula intervensi yang diberikan pada media massa tersebut. 5.2.Saran Berdasarkan data yang peneliti peroleh dan semua dengan kesimpulan di atas, peneliti akan menyampaikan saran baik saran akademis maupun saran praktis sebagai pertimbangan :
90 1. Saran Akademis Penelitian tentang analisis isi oleh Public Relations masih jarang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi Public Relations, peneliti berharap agar penelitian dengan metode analisis isi seperti ini dapat dikembangkan dikemudian hari. 2. Saran Praktis Dalam melakukan publikasi di media massa memang membutuhkan strategi Media Relations yang baik agar berita yang dipublikasikan dapat sesuai dengan apa yang perusahaan harapkan, akan tetapi harus tetap pada keseimbangan berita dan fakta-fakta yang tidak boleh mengabaikan etika-etika jurnalistik.