BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

dokumen-dokumen yang mirip
Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

Yane Liswanti 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi. kesehatan optimal tersebut ditandai hidup sehat dan kemajuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang cukup lama. Dalam perkembangan pasar dunia bebas, Keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

APLIKASI ERGONOMI UNTUK PENGAMAN ALAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Maulana, 2012). Menurut Green (1990), perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh : 1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempresdeposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. 2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 1

digilib.uns.ac.id 2 puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya. Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang menmdukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. 3) Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. (Notoatmodjo,2012). Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. (Ridley, 2008). Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. (Suardi, 2007).

digilib.uns.ac.id 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat. Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setiap tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat -alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua institusi di sektor/aspek kesehatan. (Moeljosoedarmo, 2008). Upaya untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja adalah dengan melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tujuan utama K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai sebab terdapat korelasi antar derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja. Pelaksanaan K3 adalah salah satu upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak

digilib.uns.ac.id 4 saja menimbulkan korban jiwa maupun materi bagi pekerja, tetapi juga dapat menganggu proses produksi, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat juga. (Suma mur, 2009). Kegiatan praktikum dalam laboratorium harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja. Keselamatan kerja hendaklah dipandang sebagai satu kesatuan utuh dalam penyelenggaraan suatu praktikum. Keselamatan kerja dan kegiatan pratikum merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Dua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang sama pentingnya untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Melaksanakan yang satu, berarti pula harus melaksanakan yang lain. Artinya jika kita akan melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium maka sudah menjadi kewajiban bagi kita pula untuk melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja di laboratorium. (Khamidinal, 2012). Setiap detail dari kegiatan pelaksanaan praktikum harus melihat berbagai kemungkinan yang dapat membahayakan. Semua kemungkinan yang muncul harus dicatat dan diantisipasi bentuk-bentuk keselamatannya. Bahkan, hal-hal yang paling sepele sekalipun tidak boleh diabaikan untuk diperhatikan. Pengamatan terhadap berbagai hal yang membahayakan dapat diperkirakan sebelum melihat sifat-sifat dari bahan kimia yang akan digunakan. Tidak menutup kemungkinan juga pengetahuan terhadap hal yang membahayakan muncul ketika kegiatan praktikum sedang berjalan. Pengetahuan akan keselamatan kerja diperhatikan sebelum, selama dan setelah melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini berarti keselamatan kerja telah menjadi ruh dalam diri seseorang yang selalu berhubungan dengan kerja di laboratorium kimia. Keselamatan kerja sangat penting dihidupkan dalam setiap orang baik yang secara

digilib.uns.ac.id 5 langsung melaksanakan praktikum maupun orang-orang yang berada di sekitar pelaksanaan praktikum kimia. (Khamidinal, 2012). Perhatian terhadap keselamatan kerja di laboratorium harus ditekankan pula pada segala hal yang dapat mengakibatkan cidera. Cidera dapat ditimbulkan oleh bahan kimia beracun yang digunakan dalam proses tertentu. Akibatnya dari cidera mungkin saja tidak muncul seketika itu juga, akan tetapi dapat muncul secara perlahan setelah sekian lama (biasanya dalam hitungan tahun). Pengalaman pada masa yang telah lampau menunjukkan bahwa bahaya baru dapat dirasakan setelah sekian tahun melakukan kontak dengan bahan beracun berbahaya. Bahaya juga dapat muncul jika kita melakukan kontak dengan bahan kimia beracun berbahaya dalam konsentrasi di atas ambang yang izinkan. (Cahyono, 2010). Beberapa bahan kimia yang dahulunya dianggap tidak berbahaya sekarang telah diketahui akan potensi bahayanya. Demikian juga beberapa bahan kimia yang dahulu belum diketahui efek sampingnya, sekarang telah diketahui efek sampingnya terhadap kesehatan. Indera penciuman manusia tidka sebegitu sensitif terhadap bau-bauan dari uap senyawa kimia. Ini juga merupakan bahaya yang potensial terhadap kesehatan. Jika di laboratorium mencium bau yang asing dari bahan kimia, hal ini dapat digunakan sebagai pertanda bahwa terdapat uap bahan kimia terlalu pekat (konsentrasi tinggi). Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengenakan alat-alat pelindung keselamatan kerja pada saat bekerja di laboratorium. (Khamidinal, 2012). Laboratorium adalah suatu tempat praktikan untuk mahasiswa dan dosen, peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium tidak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di

digilib.uns.ac.id 6 dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang dapat berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap kesehatan dan keselamatan serta bahaya kerja di laboratorium. Tujuan utama setiap laboratorium adalah memberikan hasil pegujian yang akurat, dapat dipercaya dan atau pelayanan bermutu yang memenuhi kebutuhan yang telah diterapkan, yaitu memuaskan pengharapan customer, memenuhi standar yang berlaku, tersedia pada biaya yang bersaing dan memberikan keuntungan yang baik kepada laboratorium. Semua ini dapat dicapai melalui sistem manajemen. Sistem manajemen mengorganisasikan kegiatan menyeluruh laboratorium, agar faktor teknis, administratif, dan manusia yang mempengaruhi hasil pengujian atau pelayanan di bawah kendali. Kebutuhan laboratorium adalah mencapai dan mempertahankan mutu yang diinginkan pada biaya yang optimal, dengan pengunaan sumber daya yang efisien, sumber daya manusia dan sumber teknologi. Kebutuhan customer adalah keyakinan mereka pada kemampuan laboratorium untuk memberikan hasil pegujian atau pelayanan yang diinginkan pada biaya yang bersaing dan mempertahankannya secara terus menerus. Sistem manajemen berlaku untuk laboratorium permanen, non permanen atau bergerak. Sistem manajemen menuntun tindakan personal, peralatan, dan informasi yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan. (Khamidinal, 2012). Laboratorium harus menyediakan air untuk cuci tangan, pembasuh mata dengan tekanan air, dan alat pemadam untuk kebakaran yang disebabkan gas, zat kimia, dan aliran listrik. Semua alat pengamanan tersebut ditempatkan di tempat yang bebas dari perlengkapan lain yang mudah dijangkau. Gagal menyediakan alat pengamanan tersebut atau jika telah disediakan, tidak diberikan instruksi pelatihan pengunaan pada personal

digilib.uns.ac.id 7 dan tidak diinstruksiksan dengan tegas untuk mengunakannya, dapat menyebabkan kecelakaan yang tidak perlu. Jadi sistem manajemen adalah sistem yang menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. (Cahyono,2010). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Surya Global Yogyakarta mendirikan dan meresmikan perguruan tinggi yang bergerak dibidang ilmu kesehatan pada tanggal 13 Maret 2003 dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 35/D/O/2003. STIKES Surya Global Yogyakarta mengelola 4 (empat) Program Studi yaitu Program Strata I meliputi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Profesi Ners dan Program Diploma III yaitu Program Studi Manajemen Farmasi. Kampus STIKES Surya Global Yogyakarta terletak di Jalan Ringroad Selatan, Blado, Potorono, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan bangunan dalam kampus terpadu terdapat ruang perkuliahan, praktikum, perpustakaan, klinik kesehatan dan asrama pondok pesantren. Adapun jumlah mahasiswa yang aktif tercatat sampai dengan Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013 sejumlah 2911 mahasiswa. STIKES Surya Global Yogyakarta memiliki 38 ruang laboratorium terdiri dari Laboratorium Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Studi Ners ada 14 laboratorium, Program Studi Kesehatan Masyarakat (Konsentrasi Kesehatan Reproduksi, Manajemen Rumah Sakit, Sistem Informasi Kesehatan) ada 12 ruang laboratorium dan Program Diploma III Program Studi Manajemen Farmasi ada 5 ruang laboratorium. Jumlah petugas laboratorium STIKES Surya Global Yogyakarta yang terdiri dari dosen praktikum dan laboran sebanyak 54 orang.

digilib.uns.ac.id 8 Berdasarkan studi pendahuluan awal Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014 pada Bulan April 2014, didapatkan analisis situasi K3 di laboratorium, program yang belum dilakukan yaitu : 1. Pengunaan alat pelindung diri (sarung tangan dan masker) tidak dipakai dengan lengkap. 2. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination) belum pernah dilakukan terhadap petugas laboratorium. 3. Belum tersedianya APAR (alat pemadam api ringan) di tiap di laboratorium dan ada yang tidak berfungsi dengan baik. 4. Belum adanya tanda peringatan untuk bahan dan alat berbahaya serta ruang khusus untuk penyelamatan diri bila terjadi kebakaran. 5. Petugas laboratorium sering tidak memakai jas laboratorium ini disebabkan karena merasa memakai jas laboratorium kurang memberikan kebebasan bergerak dalam bekerja. 6. Kecelakaan yang terjadi di laboratorium tidak dilaporkan dikarenakan tidak adanya nilai ekonomis tetapi langsung memeriksakan diri ke Klinik Kesehatan yang ada di kampus. Kecelakaan yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkena pecahan kaca preparat, luka bakar dan kena bahan kimia yang mengandung asam yang kuat. 7. Petugas laboratorium sering mengeluh pusing dan pinggang terasa pegal ketika bekerja di laboratorium seharian penuh (8 jam kerja). 8. Rata-rata terdapat minimal 10 orang mahasiswa pingsan dalam tiap semester karena sirkulasi udara yang kurang memadai. 9. Petugas laboratorium belum pernah mendapatkan pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya tentang K3 di laboratorium.

digilib.uns.ac.id 9 10. Belum adanya SPO (standar prosedur operasional) dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? 2. Apakah ada pengaruh sikap terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? 3. Apakah ada pengaruh ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? 4. Apakah ada pengaruh antara pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta.

digilib.uns.ac.id 10 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. b. Mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. c. Mengetahui pengaruh ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, antara lain : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang diteliti yaitu pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium. b. Sebagai media untuk melakukan penelitian mengenai K3 di laboratorium dan pengalaman dalam mempraktekan teori yang telah didapatkan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi STIKES Surya Global Yogyakarta, memberikan gambaran dan masukan mengenai pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD serta perilaku K3 petugas laboratorium. b. Bagi petugas laboratorium STIKES Surya Global Yogyakarta, dapat memberikan gambaran dan masukan mengenai APD dan perilaku K3 di laboratorium.

digilib.uns.ac.id 11 c. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan pustaka dan referensi untuk melakukan penelitian lain yang sejenis dan mempunyai bahasan area yang hampir sama.