digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Maulana, 2012). Menurut Green (1990), perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh : 1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempresdeposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat, adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan. 2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya 1
digilib.uns.ac.id 2 puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya. Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang menmdukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. 3) Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. (Notoatmodjo,2012). Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. (Ridley, 2008). Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. (Suardi, 2007).
digilib.uns.ac.id 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat. Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setiap tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat -alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua institusi di sektor/aspek kesehatan. (Moeljosoedarmo, 2008). Upaya untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja adalah dengan melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tujuan utama K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai sebab terdapat korelasi antar derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja. Pelaksanaan K3 adalah salah satu upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak
digilib.uns.ac.id 4 saja menimbulkan korban jiwa maupun materi bagi pekerja, tetapi juga dapat menganggu proses produksi, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat juga. (Suma mur, 2009). Kegiatan praktikum dalam laboratorium harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja. Keselamatan kerja hendaklah dipandang sebagai satu kesatuan utuh dalam penyelenggaraan suatu praktikum. Keselamatan kerja dan kegiatan pratikum merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Dua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang sama pentingnya untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Melaksanakan yang satu, berarti pula harus melaksanakan yang lain. Artinya jika kita akan melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium maka sudah menjadi kewajiban bagi kita pula untuk melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja di laboratorium. (Khamidinal, 2012). Setiap detail dari kegiatan pelaksanaan praktikum harus melihat berbagai kemungkinan yang dapat membahayakan. Semua kemungkinan yang muncul harus dicatat dan diantisipasi bentuk-bentuk keselamatannya. Bahkan, hal-hal yang paling sepele sekalipun tidak boleh diabaikan untuk diperhatikan. Pengamatan terhadap berbagai hal yang membahayakan dapat diperkirakan sebelum melihat sifat-sifat dari bahan kimia yang akan digunakan. Tidak menutup kemungkinan juga pengetahuan terhadap hal yang membahayakan muncul ketika kegiatan praktikum sedang berjalan. Pengetahuan akan keselamatan kerja diperhatikan sebelum, selama dan setelah melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini berarti keselamatan kerja telah menjadi ruh dalam diri seseorang yang selalu berhubungan dengan kerja di laboratorium kimia. Keselamatan kerja sangat penting dihidupkan dalam setiap orang baik yang secara
digilib.uns.ac.id 5 langsung melaksanakan praktikum maupun orang-orang yang berada di sekitar pelaksanaan praktikum kimia. (Khamidinal, 2012). Perhatian terhadap keselamatan kerja di laboratorium harus ditekankan pula pada segala hal yang dapat mengakibatkan cidera. Cidera dapat ditimbulkan oleh bahan kimia beracun yang digunakan dalam proses tertentu. Akibatnya dari cidera mungkin saja tidak muncul seketika itu juga, akan tetapi dapat muncul secara perlahan setelah sekian lama (biasanya dalam hitungan tahun). Pengalaman pada masa yang telah lampau menunjukkan bahwa bahaya baru dapat dirasakan setelah sekian tahun melakukan kontak dengan bahan beracun berbahaya. Bahaya juga dapat muncul jika kita melakukan kontak dengan bahan kimia beracun berbahaya dalam konsentrasi di atas ambang yang izinkan. (Cahyono, 2010). Beberapa bahan kimia yang dahulunya dianggap tidak berbahaya sekarang telah diketahui akan potensi bahayanya. Demikian juga beberapa bahan kimia yang dahulu belum diketahui efek sampingnya, sekarang telah diketahui efek sampingnya terhadap kesehatan. Indera penciuman manusia tidka sebegitu sensitif terhadap bau-bauan dari uap senyawa kimia. Ini juga merupakan bahaya yang potensial terhadap kesehatan. Jika di laboratorium mencium bau yang asing dari bahan kimia, hal ini dapat digunakan sebagai pertanda bahwa terdapat uap bahan kimia terlalu pekat (konsentrasi tinggi). Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengenakan alat-alat pelindung keselamatan kerja pada saat bekerja di laboratorium. (Khamidinal, 2012). Laboratorium adalah suatu tempat praktikan untuk mahasiswa dan dosen, peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium tidak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di
digilib.uns.ac.id 6 dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang dapat berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap kesehatan dan keselamatan serta bahaya kerja di laboratorium. Tujuan utama setiap laboratorium adalah memberikan hasil pegujian yang akurat, dapat dipercaya dan atau pelayanan bermutu yang memenuhi kebutuhan yang telah diterapkan, yaitu memuaskan pengharapan customer, memenuhi standar yang berlaku, tersedia pada biaya yang bersaing dan memberikan keuntungan yang baik kepada laboratorium. Semua ini dapat dicapai melalui sistem manajemen. Sistem manajemen mengorganisasikan kegiatan menyeluruh laboratorium, agar faktor teknis, administratif, dan manusia yang mempengaruhi hasil pengujian atau pelayanan di bawah kendali. Kebutuhan laboratorium adalah mencapai dan mempertahankan mutu yang diinginkan pada biaya yang optimal, dengan pengunaan sumber daya yang efisien, sumber daya manusia dan sumber teknologi. Kebutuhan customer adalah keyakinan mereka pada kemampuan laboratorium untuk memberikan hasil pegujian atau pelayanan yang diinginkan pada biaya yang bersaing dan mempertahankannya secara terus menerus. Sistem manajemen berlaku untuk laboratorium permanen, non permanen atau bergerak. Sistem manajemen menuntun tindakan personal, peralatan, dan informasi yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan. (Khamidinal, 2012). Laboratorium harus menyediakan air untuk cuci tangan, pembasuh mata dengan tekanan air, dan alat pemadam untuk kebakaran yang disebabkan gas, zat kimia, dan aliran listrik. Semua alat pengamanan tersebut ditempatkan di tempat yang bebas dari perlengkapan lain yang mudah dijangkau. Gagal menyediakan alat pengamanan tersebut atau jika telah disediakan, tidak diberikan instruksi pelatihan pengunaan pada personal
digilib.uns.ac.id 7 dan tidak diinstruksiksan dengan tegas untuk mengunakannya, dapat menyebabkan kecelakaan yang tidak perlu. Jadi sistem manajemen adalah sistem yang menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. (Cahyono,2010). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Surya Global Yogyakarta mendirikan dan meresmikan perguruan tinggi yang bergerak dibidang ilmu kesehatan pada tanggal 13 Maret 2003 dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 35/D/O/2003. STIKES Surya Global Yogyakarta mengelola 4 (empat) Program Studi yaitu Program Strata I meliputi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Studi Profesi Ners dan Program Diploma III yaitu Program Studi Manajemen Farmasi. Kampus STIKES Surya Global Yogyakarta terletak di Jalan Ringroad Selatan, Blado, Potorono, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan bangunan dalam kampus terpadu terdapat ruang perkuliahan, praktikum, perpustakaan, klinik kesehatan dan asrama pondok pesantren. Adapun jumlah mahasiswa yang aktif tercatat sampai dengan Semester Ganjil Tahun Akademik 2012/2013 sejumlah 2911 mahasiswa. STIKES Surya Global Yogyakarta memiliki 38 ruang laboratorium terdiri dari Laboratorium Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Studi Ners ada 14 laboratorium, Program Studi Kesehatan Masyarakat (Konsentrasi Kesehatan Reproduksi, Manajemen Rumah Sakit, Sistem Informasi Kesehatan) ada 12 ruang laboratorium dan Program Diploma III Program Studi Manajemen Farmasi ada 5 ruang laboratorium. Jumlah petugas laboratorium STIKES Surya Global Yogyakarta yang terdiri dari dosen praktikum dan laboran sebanyak 54 orang.
digilib.uns.ac.id 8 Berdasarkan studi pendahuluan awal Semester Ganjil Tahun Akademik 2013/2014 pada Bulan April 2014, didapatkan analisis situasi K3 di laboratorium, program yang belum dilakukan yaitu : 1. Pengunaan alat pelindung diri (sarung tangan dan masker) tidak dipakai dengan lengkap. 2. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination) belum pernah dilakukan terhadap petugas laboratorium. 3. Belum tersedianya APAR (alat pemadam api ringan) di tiap di laboratorium dan ada yang tidak berfungsi dengan baik. 4. Belum adanya tanda peringatan untuk bahan dan alat berbahaya serta ruang khusus untuk penyelamatan diri bila terjadi kebakaran. 5. Petugas laboratorium sering tidak memakai jas laboratorium ini disebabkan karena merasa memakai jas laboratorium kurang memberikan kebebasan bergerak dalam bekerja. 6. Kecelakaan yang terjadi di laboratorium tidak dilaporkan dikarenakan tidak adanya nilai ekonomis tetapi langsung memeriksakan diri ke Klinik Kesehatan yang ada di kampus. Kecelakaan yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkena pecahan kaca preparat, luka bakar dan kena bahan kimia yang mengandung asam yang kuat. 7. Petugas laboratorium sering mengeluh pusing dan pinggang terasa pegal ketika bekerja di laboratorium seharian penuh (8 jam kerja). 8. Rata-rata terdapat minimal 10 orang mahasiswa pingsan dalam tiap semester karena sirkulasi udara yang kurang memadai. 9. Petugas laboratorium belum pernah mendapatkan pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya tentang K3 di laboratorium.
digilib.uns.ac.id 9 10. Belum adanya SPO (standar prosedur operasional) dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? 2. Apakah ada pengaruh sikap terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? 3. Apakah ada pengaruh ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? 4. Apakah ada pengaruh antara pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta.
digilib.uns.ac.id 10 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. b. Mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. c. Mengetahui pengaruh ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium di STIKES Surya Global Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, antara lain : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang diteliti yaitu pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD terhadap perilaku K3 petugas laboratorium. b. Sebagai media untuk melakukan penelitian mengenai K3 di laboratorium dan pengalaman dalam mempraktekan teori yang telah didapatkan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi STIKES Surya Global Yogyakarta, memberikan gambaran dan masukan mengenai pengetahuan, sikap dan ketersediaan APD serta perilaku K3 petugas laboratorium. b. Bagi petugas laboratorium STIKES Surya Global Yogyakarta, dapat memberikan gambaran dan masukan mengenai APD dan perilaku K3 di laboratorium.
digilib.uns.ac.id 11 c. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan pustaka dan referensi untuk melakukan penelitian lain yang sejenis dan mempunyai bahasan area yang hampir sama.