BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKTUR PAJAK STANDAR

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

1 dari 4 11/07/ :43

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SE - 45/PJ/2012 PENJELASAN ATAS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Transkripsi:

BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah pabean Republik Indonesia. Oleh karena itu, barang yang tidak dikonsumsi di dalam Daerah Pabean (diekspor), dikenakan pajak dengan tariff 0% (nol persen). Sebaliknya, atas impor barang dikenakan pajak yang sama dengan produksi barang dalam negri. Sesuai dengan pertimbangan keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, tidak semua jenis barang dan jasa dikenakan pajak. Sebagai Pengusaha Kena Pajak, PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk memiliki kewajiban salah satunya adalah menyelenggarakan pembukuan dan pelaporan yang benar dan lengkap mengenai semua transaksi usaha. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.300.238.1-054.000. Selain membuat pembukuan, Pengusaha Kena Pajak juga memiliki kewajiban untuk memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya dalam hal ini PPN. Untuk membahas dan menganalisis, penulis menggunakan data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan seperti SPT Masa PPN, Surat Setoran Pajak, Daftar Pajak Keluaran, Daftar Pajak Masukan, dan lain sebagainya dalam masa pajak dan memilih beberapa transaksi yang terkait dengan pembahasan dalam masa pajak tersebut untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Pada bagian ini penulis akan membahas bagaimana penerapan UU No. 18 Tahun 2000 pada PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. 49

4.1.1 Dasar Pengenaan Pajak pada PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2000 ditetapkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak. Dalam Pasal 1 angka 17 UU No. 18 Tahun 2000 dirumuskan bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor dan Nilai yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Dalam hal ini, PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk menggunakan jumlah Harga Jual sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang termasuk PPNyang dipungut berdasarkan Undangundang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. Setelah menganalisis pengenaan pajak pada PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk sebagai Pengusaha Kena Pajak telah melakukan pengenaan pajak terhadap BKP berdasarkan Harga Jual sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2000 Pasal 1 angka 18. 4.1.2 Analisis Pajak Masukan PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Pajak Masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang seharusnya dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena perolehan Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar pabean atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar pabean atau impor Barang Kena Pajak. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tersebut adalah 10% (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak di setiap transaksi. 50

Pembelian yang dilakukan PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk terkait dengan pelaksanaan jasa konstruksi seperti pembelian bahan material, pembelian bahan baku konstruksi, sewa alat berat konstruksi, peralatan dan perlengkapan kantor. Faktur Pajak dari pembelian yang dilakukan PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk, sebagai bukti bahwa PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk, telah membayar Pajak Pertambahan Nilai yang dikenal sebagai Pajak Masukan atau PPN Masukan. Pajak Masukan tersebut dapat dikreditkan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol,Tbk dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilaporkan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai pada setiap akhir Masa Pajak berikutnya. 4.1.3 Analisis Pajak Keluaran PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Pajak keluaran merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang wajib dipungut Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak berwujud, ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud, atau ekspor Jasa Kena Pajak. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai dari rekanan atau pihak ketiga yang merupakan pemakai jasa konstruksi PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dan wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti bahwa PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk telah memungut Pajak Pertambahan Nilai yang disebut sebagai Pajak Keluaran atau PPN Keluaran. Pajak Keluaran tersebut harus disetorkan PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk kepada kas negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak dan dilaporkan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai pada setiap akhir Masa Pajak berikutnya. 51

Pada saat PT Pembangunan Jaya Ancol,Tbk sebagai Pengusaha Kena Pajak mengirimkan tagihan diwajibkan membuat: 1. Faktur Pajak Standar dan Faktur Pajak Sederhana yang diisi lengkap dan selalu disertakan dalam setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan atau jasa Kena Pajak. Faktur Pajak Sederhana dibuat untuk transaksi penjualan kepada pihak yang bukan merupakan Pengusahan Kena Pajak. Sedangkan Faktur Pajak Standar diterbitkan apabila Pengusaha Kena Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak mempunyai identitas lengkap. 2. Faktur Pajak dibuat rangkap 5 (lima) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lembar ke-1 untuk Pembeli BKP/ Penerima JKP b. Lembar ke-2 untuk Penjual BKP/Pemberi JKP c. Lembar ke-3 untuk kepala KPP melalui pemungut Pajak Pertambahan Nilai d. Lembar ke-4 untuk Ekstra Copy e. Lembar ke-5 untuk Arsip 4.2 Data Perusahaan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dibutuhkan beberapa data pada PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk tediri dari : 1. Data Surat Setoran Pajak 2. Data Pencatatan Jurnal. 3. Data Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai 52

4.2.1 Data Surat Setoran Pajak Isi dari Surat Setoran Pajak (SSP) tersebut terdiri dari: 1. Identitas dari Pengusahan Kena Pajak, yaitu: NPWP : 01.300.238.1-054.000 Nama Wajib Pajak : PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Alamat Wajib Pajak : Jl. Lodan Timur No. 7 2. Kode jenis pajak diisi dengan angka 411211 sedangkan untuk kode jenis setoran diisi dengan angka yang dibayarkan. 3. Jumlah pembayaran diisi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan. 4. Surat Setoran Pajak (SSP) harus diterima oleh kantor penerima pembayaran yang dapat melalui Bank BNI atau kantor Pos dan Giro sebagai bukti telah dilakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai. 5. Diberi stempel dan dicap oleh pejabat yang berwenang pada Bank BNI sebagai penerima pembayaran maupun oleh PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk sebagai penyetor. Setiap melakukan pembayaran, PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk menerima bukti setoran pajak dari Bank BNI sebagai bukti bahwa PT Pembangunan Jaya Ancol,Tbk telah menyetor pajak kurang bayar. 4.2.2 Data Pencatatan Jurnal Pencatatan jurnal yang dilakukan PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk terkait dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk masa pajak bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2011.adalah sebagai berikut: Masa Januari 2011 Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi Lebih bayar bulan Januari : 53

PPN Lebih Bayar ( Januari ) Rp. 8.356.641 PPN- Masukan Rp. 8.356.641 Masa Februari 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Februari : PPN Kurang Bayar ( Februari ) Rp. 69.332.613 Bank Rp. 69.332.613 Masa Maret 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Maret : PPN Kurang Bayar ( Maret ) Rp. 2.505.049 Bank Rp. 2.505.049 Masa April 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan April : PPN Keluaran (April) Rp. 73.351.689 Bank Rp. 73.351.689 Masa Mei 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Mei : PPN Kurang Bayar ( Mei ) Rp. 71.389.172 Bank Rp. 71.389.172 Masa Juni 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Juni : PPN Kurang Bayar ( Juni ) Rp. 41.256.832 Bank Rp. 41.256.832 54

Masa Juli 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Juli : PPN Kurang Bayar ( Juli ) Rp. 59.401.042 Bank Rp. 59.401.042 Masa Agustus 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Agustus : PPN Kurang Bayar ( Agustus ) Rp. 34.338.503 Bank Rp. 34.338.503 Masa September 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan September : PPN Kurang Bayar ( September ) Rp. 45.664.320 Bank Rp. 45.664.320 Masa Oktober 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Oktober : PPN Kurang Bayar ( Oktober ) Rp. 26.767.560 Bank Rp. 26.767.560 Masa November 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan November : PPN Kurang Bayar ( November ) Rp. 63.658.912 Bank Rp. 63.658.912 Masa Desember 2011 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Desember : PPN Kurang Bayar (Desember) Rp. 100.400.188 PPN Masukan Rp. 100.400.188 55

Pencatatan jurnal yang dilakukan PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk terkait dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk masa pajak bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2012 adalah sebagai berikut: Masa Januari 2012 Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi Lebih bayar bulan Januari : PPN Kurang Bayar (Januari) Rp. 826.943 Bank Rp. 826.943 Masa Februari 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Februari : PPN Kurang Bayar ( Februari ) Rp. 263.925 Bank Rp. 263.925 Masa Maret 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Maret : PPN Kurang Bayar ( Maret ) Rp. 38.180 Bank Rp. 38.180 Masa April 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan April : PPN Kurang Bayar (April) Rp. 1.177.374 Bank Rp. 1.177.374 Masa Mei 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Mei : PPN Lebih Bayar ( Mei ) Rp. 1.331.283 PPN Masukan Rp. 1.331.283 56

Masa Juni 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Juni : PPN Lebih Bayar ( Juni ) Rp. 141.101 PPN Masukan Rp. 141.101 Masa Juli 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Juli : PPN Lebih Bayar ( Juli ) Rp. 141.101 PPN Masukan Rp. 141.101 Masa Agustus 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Agustus : PPN Kurang Bayar ( Agustus ) Rp. 118.591.649 Bank Rp. 118.591.649 Masa September 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan September : PPN Kurang Bayar ( September ) Rp. 948.254.025 Bank Rp. 928.254.025 Masa Oktober 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan Oktober : PPN Kurang Bayar ( Oktober ) Rp. 247.524 Bank Rp. 247.524 Masa November 2012 Pencatatan untuk pelaporan PPN terutang bulan November : PPN Kurang Bayar ( November ) Rp. 945.329 Bank Rp. 945.329 57

Masa Desember 2012 Pencatatan untuk pelaporan SPT Masa PPN posisi Lebih bayar bulan Desember : PPN Lebih Bayar ( Desember ) Rp. 1.277.457 PPN- Masukan Rp. 1.277.457 58

4.2.3 Data Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2011 dan 2012 Masa Pajak Tabel IV.1 Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai PT. Pembangunan jaya Ancol, Tbk Tahun 2011 (dalam rupiah) Tanggal Pelaporan SPM PPN Kompensasi Kelebihan PPN Tahun Lalu/Bulan Lalu PPN Masukan PPN Keluaran Kurang Bayar (-) Lebih Bayar (+) Januari 20-02-2011 6.900.635 43.801.045 35.444.404-8.356.641 Februari 19-03-2011 8.356.641 33.249.593 102.582.202 69.332.613 - Maret 21-04-2011-89.929.650 92.434.699 2.505.049 - April 21-05-2011 - - 73.351.689 73.351.689 - Mei 20-06-2011-53.717.461 125.106.633 71.389.172 - Juni 18-07-2011-2.385.000 43.641.832 41.256.832 - Juli 19-08-2011-31.291.101 90.692.143 59.401.042 - Agustus 17-09-2011-66.938.675 101.277.178 34.338.503 - September 17-10-2011-24.814.396 70.478.716 45.664.320 - Oktober 17-11-2011-6.725.709 33.493.269 26.767.560 - November 17-12-2011-38.452.188 102.111.100 63.658.912 - Desember 20-01-2012-19.329.350 19.329.350-100.400.188 59

Tabel IV.2 Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai PT. Pembangunan jaya Ancol, Tbk Tahun 2012 (dalam rupiah) Masa Pajak Tanggal Pelaporan SPM PPN Kompensasi Kelebihan PPN Tahun Lalu/Bulan Lalu PPN Masukan PPN Keluaran Kurang Bayar (-) Lebih Bayar (+) Januari 18-02-2012 6.900.635 18.232.782 19.059.725 826.943 Februari 17-03-2012 8.356.641 5.672.621 5.940.546 263.925 - Maret 20-04-2012-1.869.950 1.908.130 38.180 - April 23-05-2012-23.376.294 24.554.298 1.177.374 - Mei 25-06-2012-3.926.692 2.595.409-1.331.283 Juni 18-07-2012-1.331.283 1.190.182-141.101 Juli 20-08-2012-1.331.283 1.190.182-141.101 Agustus 26-09-2012-840.267.467 958.859.116 118.591.649 - September 25-10-2012-1.296.825.297 2.245.079..022 948.254..02 5 - Oktober 18-11-2012-19.781.239 20.028.763 247.524 - November 17-12-2012-25.903.644 26.848.883 945.329 - Desember 24-01-2013-6.305.101 7.582.558 1.277.457 60

4.3 Penyetoran, Penghitungan dan Pelaporan PPN Dalam memungut pajak, Indonesia menganut self assessment system, dimana wajib pajak baik badan maupun orang pribadi menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai alamat dimana badan dan orang pribadi terdaftar. Dalam melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Pengusaha Kena Pajak mengunakan Faktur Pajak Standar sebagai sarana untuk memungut PPN kepada konsumen. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap terjadi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk sebagai Pengusaha Kena Pajak harus membuat Faktur Pajak Standar setiap kali melakukan penyerahan atau penagihan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak Penyetoran atau pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir atau tanggal 15 setiap bulannya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuat 5 (lima) rangkap dengan peruntukkan sebagai berikut: b. Lembar ke-1 untuk Pengusaha Kena Pajak c. Lembar ke-2 untuk KPP (Kantor Pelayana Pajak) melalui KPPN (Kantor Pelayanan Pembendaharaan Pajak). d. Lembar ke-3 untuk dilampirkan pada SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai. e. Lembar ke-4 untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro. f. Lembar ke-5 untuk arsip Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari jumlah Pajak Masukan maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang 61

masih harus dibayar oleh Pengusahan Kena Pajak. Sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya. Pada prakteknya, jumlah Pajak Keluaran PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk lebih sering lebih besar dari jumlah Pajak Masukkannya sehingga terdapat kurang bayar. Dalam hal Pajak Keluaran lebih kecil dari Pajak Masukan sehingga terdapat kelebihan pembayaran, maka atas kelebihan tersebut dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPN. Berdasarkan Pasal 3 Undang- undang KUP dijelaskan bahwa bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah PPN yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam suatu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku. Sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk wajib untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai, dan harus mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai. Wajib Pajak setiap bulannya wajib melaporkan berapa besarnya PPN yang terutang atau PPN lebih bayarnya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. 62

Berdasarkan kondisi-kondisi yang ada PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dalam melakukan pemungutan, penyetoran, penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, masih belum begitu memahami. Karena dari hasil penelitian masih terdapatnya kesalahan-kesalahan dalam pembayaran/penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. Hal ini sangat berdampak kepada SPT-nya. Berikut ini akan dibahas beberapa temuan yang ditemukan oleh penulis selama penelitian di PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk kaitannya dengan penyetoran dan pelaporan SPT sebagai berikut: Tabel IV.3 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2011 PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Tanggal Pelaporan Keterangan Sesuai atau Masa Pajak Tidak Dengan UU PPN No. 42 Tahun 2009 Januari Februari 20 Februari 2011 19 Maret 2011 Sesuai UU Sesuai UU Maret April 21 April 2011 21 Mei 2011 Tidak Sesuai UU Tidak Sesuai UU Mei 20 Juni 2011 Sesuai UU Juni Juli 18 Juli 2011 19 Agustus 2011 Sesuai UU Sesuai UU Agustus 17 September 2011 Sesuai UU September 17 Oktober 2011 Sesuai UU Oktober November 17 November 2011 17 Desember 2011 Sesuai UU Sesuai UU Desember 20 Januari 2012 Sesuai UU 63

Tabel IV.4 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2012 PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Keterangan Sesuai atau Tidak Masa Pajak Tanggal Pelaporan Dengan UU PPN No. 42 Tahun 2009 Januari 18 Februari 2012 Sesuai UU Februari 17 Maret 2012 Sesuai UU Maret 20 April 2012 Sesuai UU April 23 Mei 2012 Tidak Sesuai UU Mei 25 Juni 2012 Tidak Sesuai UU Juni 18 Juli 2012 Sesuai UU Juli 20 Agustus 2012 Sesuai UU Agustus 26 September 2012 Tidak Sesuai UU September 25 Oktober 2012 Tidak Sesuai UU Oktober 18 November 2012 Sesuai UU November 17 Desember 2012 Sesuai UU Desember 24 Januari 2013 Tidak Sesuai UU 4.4 SPT Tidak Dilaporkan Sesuai Jangka Waktu Yang Ditentukan Dari data yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa SPT Masa PPN Januari Desember tahun 2011 dan 2012 tidak dilaporkan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Berdasarkan Undang-undang KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 3 ayat (3) huruf (a) yang berbunyi: untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak. Maka jangka waktu untuk pelaporan adalah setiap tanggal 20 Masa Pajak berikutnya. Dalam kasus ini, Penulis melihat bahwa selama tahun 2011 dan 2012 baik SPT Masa PPN dan SPT Masa Pembetulan PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dilaporkan tidak sesuai jangka waktu yang ditentukan yaitu setiap tanggal 20 Masa pajak berikutnya. Akibatnya, SPT Masa PPN selama tahun 2011 dan 2012 terlambat lapor. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang- undang 64

No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan menjelaskan bahwa apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf (a) dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa. Dan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan menjelaskan bahwa apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf (a) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Akibat dari keterlambatan pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai: 1. Pada tahun 2011 dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk satu SPT Masa, dengan total denda administrasi adalah Rp.50.000,00 x 12 bulan = Rp.600.000,00 (enam ratus ribu rupiah). 2. Pada tahun 2012 dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk satu SPT Masa, dengan total denda administrasi adalah Rp.50.000,00 x 10 bulan = Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan, agar perusahaan harus dan wajib melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti melaporkan tepat pada waktu yang telah ditentukan, membuat SPT dengan lengkap, jelas dan benar. Maksud dari rekomendasi ini karena perusahaan sering kali melaporkan SPT Masa PPN terlambat atau tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. 65

4.5 Pembayaran Pajak Terutang Tidak Sesuai Jangka Waktu Yang Ditentukan Dari data yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa SPT Masa PPN Januari Desember tahun 2011 dan 2012; Pajak Pertambahan Nilai yang kurang bayar disetor tidak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Berdasarkan Pasal 2 ayat (13) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/ PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak menjelaskan bahwa PPN yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dan Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) huruf (a) Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang KUP menjelaskan bahwa pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.akibat dari keterlambatan pembayaran ini dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dari pajak kurang bayar. Sehingga PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk harus membayar sanksi administrasi sebagai berikut: 1. Dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk pada bulan Januari dan Desember tahun 2011 perusahaan mengalami lebih bayar Pajak Pertambahan Nilai. Atas Kelebihan ini telah dilakukan kompensasi ke masa pajak berikutnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Berikut disajikan tabel pembayaran Pajak Pertambahan Nilai PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk untuk Masa Januari sampai Desember Tahun 2011: 66

Tabel IV.5 Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Bayar Tahun 2011 PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Kurang Bayar/ Tanggal Sanksi Keterangan Sesuai Bulan (Lebih Bayar) Pembayaran Administrasi (2%) atau Tidak Dengan UU PPN No. 42 Tahun 2009 Januari (8.356.641) 20 Februari 2011 Sesuai UU Februari 69.332.613 19 Maret 2011 - Maret 2.505.049 21 April 2011 50.200 Tidak Sesuai UU April 73.351.689 21 Mei 2011 1.467.033 Tidak Sesuai UU Mei 71.389.172 20 juni 2011 Sesuai UU Juni 41.256.832 18 Juli 2011 Sesuai UU Juli 59.401.042 19 Agustus 2011 Sesuai UU Agustus 34.338.503 17 september 2011 Sesuai UU September 45.664.320 17 Oktober 2011 Sesuai UU Oktober 26.767.560 17 November 2011 Sesuai UU November 63.658.192 17 Desember 2011 Sesuai UU Desember (100.400.188) 20 Januari 2012 Sesuai UU 67

Tabel IV.6 Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Bayar Tahun 2012 PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Kurang Bayar/ Tanggal Sanksi Keterangan Sesuai atau Bulan (Lebih Bayar) Pembayaran Administrasi (2%) Tidak Dengan UU PPN No. 42 Tahun 2009 Januari 826.943 18 Februari 2012 Sesuai UU Februari 263.925 17 Maret 2012 Sesuai UU Maret 38.180 20 April 2012 Sesuai UU April 1.177.374 23 Mei 2012 23.547 Tidak Sesuai UU Mei (1.331.283) 25 Juni 2012 26.625 Tidak Sesuai UU Juni (141.101) 18 Juli 2012 Sesuai UU Juli (141.101) 20 Agustus 2012 Sesuai UU Agustus 118.591.649 26 September 2012 2.371.833 Tidak Sesuai UU September 948.254.025 25 Oktober 2012 18.965.080 Tidak Sesuai UU Oktober 1.296.825 18 November 2012 Sesuai UU Nopember 945.329 17 Desember 2012 Sesuai UU Desember 1.277.457 24 Januari 2013 25.549 Tidak Sesuai UU 68

Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan lebih teliti dalam melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tidak merugikan perusahaan, seperti melakukan pembayaran pajak kurang bayar tepat pada waktu yang telah ditentukan agar tidak dikenakan sanksi administrasi sebesar 2%. Maksud dari rekomendasi ini karena perusahaan sering kali terlambat melakukan penyetoran akan kurang bayar Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor ke kas negara. 4.6 SPT Masa PPN yang dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak merupakan SPT masa yang tidak lengkap. Dengan kondisi-kondisi yang ada, setelah penulis melakukan pengamatan yang didasarkan dan dikuatkan data yang berbentuk dokumentasi seperti hasil wawancara dengan pihak perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk masih menggunakan pengisian SPT Masa PPN secara manual. Dalam melakukan penelitian SPT Masa PPN, penulis menemukan bahwa terdapat kesalahan dalam pengisian SPT. Kesalahan yang ditemukan berupa Faktur Pajak Masukan atas pembelian barang yang tidak ada hubungan dengan kegiatan usaha yang tidak dilaporkan didalam SPT Masa PPN. Atas pembelian barang ini sudah dibebankan sebagai biaya. Faktur pajak masukan ini jelas bukan merupakan Faktur Pajak Masukan yang bisa dikreditkan dan tidak mempengaruhi perhitungan pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai. Namun berdasarkan petunjuk pengisian SPT formulir 1195, wajib pajak harus melakukan pengisian SPT Masa PPN dengan jelas, benar dan lengkap. Sesuai petunjuk pengisian SPT formulir 1195, faktur pajak masukan yang tidak bisa dikreditkan tersebut harus diisi pada formulir 1195C. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, salah 69

satu unsur yang terdapat dalam pengisian Surat Pemberitahuan adalah benar, lengkap, dan jelas. Surat Pemberitahuan dinyatakan tidak lengkap apabila memenuhi diantaranya: 1. Elemen Surat Pemberitahuan induk dan lampiran tidak atau kurang lengkap diisi. 2. Surat Pemberitahuan kurang atau tidak dilampiri dengan lampiran yang diisyaratkan termasuk media elektronik. Perusahaan berpendapat bahwa hal seperti itu bukan merupakan suatu kesalahan atau kekeliruan, karena tidak mempengaruhi perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. Menurut penulis, hal ini disebabkan karena pihak perusahaan kurang memperhatikan ketentuan yang berlaku. Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan sebaiknya melakukan pemeriksaan kembali atas SPT Masa PPN sebelum disampaikan ke KPP. Perusahaan seharusnya melakukan pengisian SPT Masa PPN sesuai buku petunjuk pengisian SPT Masa PPN agar tidak salah dalam melakukan pengisian SPT Masa PPN. 4.7 Pelaporan SPT Pada Tahun 2011 untuk Masa Juni berbeda dengan Masa Pajak Lainnya Berdasarkan penelitian penulis, dalam pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2011 terdapat satu formulir SPT Masa Pajak PPN untuk Masa Pajak Juni yang berbeda dengan SPT Masa Pajak PPN lainnya. Kesalahan ini karena dalam pelaporan PPN Masa Pajak Juni perusahaan mengunakan formulir SPT Masa 1108. Pemakaian formulir 1108 untuk pelaporan dan penghitungan SPT Masa PPN bulan Juni dikarenakan faktur pajak masukan dan faktur pajak keluaran PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk tidak lebih dari 30 faktur pajak. 70

Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha Kena Pajak yang dikukuhkan di KPP yang menerbitkan atau mengkreditkan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) Faktur Pajak Standar atau dokumen-dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar, dalam satu Masa Pajak. Dan peraturan ini berlaku mulai masa Pajak januari 2011. sehingga wajib pajak dalam menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk hardcopy, terhitung mulai Masa Januari 2011 wajib menggunakan formulir 1108 tersebut. Sementara bagi PKP yang terdaftar di KPP lain (selain 3 KPP tersebut diatas), dalam melaporkan PPN tetap menggunakan Form 1107. Begitu pula bagi PKP yang telah menyampaikan SPT Masa PPN dengan menggunakan espt, tetap menggunakan espt PPN 1107. Sehingga mulai masa Januari 2012, PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk harus menggunakan formulir 1108 bukan formulir 1107, karena atas peninjauan terhadap faktur pajak masukan yang diterima dan faktur pajak keluaran yang diterbitkan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk tidak melebihi dari 30 faktur serta kondisi PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk yang masih pengisian SPT Masa PPN secara manual. Penulis juga melihat pada SPT Masa PPN Juni dengan pemakaian formulir 1108, perusahaan dalam mengisi SPT 1108 tidak mengikuti petunjuk pengisian SPT 1108, dan masih terdapat kesalahan pengisian seperti cara penulisan Nomor Seri Faktur Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak dalam SPT Masa Juni. Akibatnya terdapat ketidaksesuaian formulir yang dipakai dalam pengisian SPT Masa PPN, sehingga harus dilakukan SPT pembetulan. Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan, agar perusahaan memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan dalam ketentuan perpajakan yang berlaku. 71