Serba-Serbi Bulan Sya ban

dokumen-dokumen yang mirip
Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc Dipublikasikan ulang dari

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

Mengadu Domba Sesama Muslim. E-Artikel dari UstadzAris.com

Syarah Istighfar dan Taubat

BILA SYA BAN TELAH TIBA

Jagalah Lisan ك ب ع ا ي س ئ ىل

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

BILA HARI IED JATUH PAD HARI JUMAT

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

KRITERIA MENJADI IMAM SHOLAT

PAKET FIQIH RAMADHAN (SHALAT TARAWIH & WITIR)

DOA dan DZIKIR. Publication in PDF : Sya'ban 1435 H_2015 M DOA DAN DZIKIR SEPUTAR PUASA

Keutamaan Bulan Ramadhan

Panduan Lengkap I tikaf Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Seputar Mandi Jum'at

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

MERAYAKAN MALAM ISRA DAN MI RAJ

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Optimalkan Ibadah di Bulan Sya'ban

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

UNTUK KALANGAN SENDIRI

PANDUAN I TIKAF RAMADHAN Oleh Nor Kandir ( edisi Ramadhan 1437 H)

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Tata Cara Shalat Malam

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

TAKWA DAN KEUTAMAANNYA

PUASA DI BULAN RAJAB

Tatkala Menjenguk Orang Sakit

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BEBERAPA KEKELIRUAN SEPUTAR LAILATUL QADAR

Keistimewaan Hari Jumat

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

Bisakah Kirim Pahala BISAKAH KIRIM PAHALA

Nawaqidhul Islam: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat

OBAT PENAWAR HATI. Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, - 1 -

As-hamad, Penguasa Yang Maha Sempurna dan Tempat Bergantung Segala Sesuatu

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

Shahih dan Dha'if Hadits PUASA Enam Hari Bulan Syawwal

AGAR KAMU LEBIH DICINTAI ALLAH

Hukum-Hukum Wasiat. Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmiah Dan Fatwa. Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

MENGGAPAI MALAM KEMULIAAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid الشيخ مد صالح ملنجد. Penterjemah: Pengaturan:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

QALBU DAN KEWAJIBAN SESEORANG TERHADAPNYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Hadits-hadits Shohih Tentang

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

MENJAGA KEBERSIHAN JASMANI Bentuk Pengamalan Sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam, Bag: 2

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Dzikir Keluar Masuk RUMAH Serta Syarahnya

Keutamaan Amal Shaleh Pada Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijjah

Hukum Mandi Hari Jum'at

Oleh : Syaikh Salim bin Ied al-hilali

Bolehkah Seorang Muslim Mengucapkan Selamat Natal?

Membatalkan Shalat Witir

Do a & Wirid Mengobati Guna-guna dan Sihir Menurut Al-Qur an dan As-Sunnah

TAFSIR AYAT PUASA. Oleh: Download ± 300 ebook Islam, Gratis!!! kunjungi.

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

MUZARA'AH dan MUSAQAH

Bukti Cinta Kepada Nabi

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Hukum Memelihara Jenggot

HUKUM RINGKAS PUASA RAMADHAN HUKUM RINGKAS PUASA RAMADHAN

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

ة س ى اهو اهر خ اهر خ ى

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

TAFSIR AKHIR SURAT AL-BAQARAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Transkripsi:

Serba-Serbi Bulan Sya ban Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman. Alhamdulillah, saat ini kita telah menginjak bulan Sya ban. Namun kadang kaum muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut. Juga terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Semoga dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas serba-serbi bulan Sya ban. Allahumma a in wa yassir (Ya Allah, tolong dan mudahkanlah kami). Keutamaan Bulan Sya ban Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya ban. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ر ن ك ش ه ش غ ف م ان بط ع ث س ج ت و س ي ض ب و ى ش ه ش ت ش ف ع ف ان أ ع بل إ ن س ة ان ع بن ني ف أ ح ت أ ش ف ع ع ه و أ ب ص بئ ى Bulan Sya ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan. (HR. An Nasa i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah. (Lathoif Al Ma arif, 235) Banyak Berpuasa di Bulan Sya ban 1

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan. Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan, ك ب س ع ىل انه - صه اهلل عه وعهى - ص ىو ح ت ق ىل ال ف ط ش و ف ط ش ح ت ق ىل ال ص ىو. ف ب س أ ت س ع ىل انه - صه اهلل عه وعهى - اع ت ك م ص بو ش ه ش إ ال س ي ض ب و ي ب س أ ت أ ك ث ش ص بي ب ي ف ش ع ج ب Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya ban. (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156) Aisyah radhiyallahu anha juga mengatakan, ن ى ك ان ج - صه اهلل عه وعهى - ص ىو ش ه ش ا أ ك ث ش ي ش ع ج ب ف إ ك ب ص ىو ش ع ج ب ك ه Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya ban. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya ban seluruhnya. (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156) Dalam lafazh Muslim, Aisyah radhiyallahu anha mengatakan, ك ب ص ىو ش ع ج ب ك ه ك ب ص ىو ش ع ج ب إ ال ق ه ال. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja. (HR. Muslim no. 1156) Dari Ummu Salamah, beliau mengatakan, أ ن ى ك ص ىو ي انغ خ ش ه ش ا ت بي ب إ ال ش ع ج ب ص ه ث ش ي ض ب. Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan. (HR. Abu Daud dan An Nasa i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) Lalu apa yang dimaksud dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya ban seluruhnya (Kaana yashumu sya ban kullahu)? Asy Syaukani mengatakan, Riwayat-riwayat ini bisa dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata kullu (seluruhnya) di situ adalah kebanyakannya (mayoritasnya). Alasannya, sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan 2

dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan. (Nailul Author, 7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu alaihi wa sallam berpuasa di seluruh hari bulan Sya ban adalah berpuasa di mayoritas harinya. Lalu Kenapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan Sya ban? An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. (Syarh Muslim, 4/161) Di antara rahasia kenapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya ban adalah karena puasa Sya ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya ban. Karena puasa di bulan Sya ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma arif, Ibnu Rajab, 233) Hikmah di balik puasa Sya ban adalah: 1. Bulan Sya ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkalah manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh mengatakan, Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari mengingat Allah. 2. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya ban. Jadi beliau shallallahu alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Sya ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho nya ketika itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan berikutnya. 3. Puasa di bulan Sya ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma arif, hal. 234-243) Semoga Allah subhanahu wa ta ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut. و ي ب ض ال ع ج ذ ي ت ق ش ة إ ن ث بن ى اف م ح ت أ ح ج ف إ ر ا أ ح ج ج ت ك ت ع ع ان ز ي غ ع ث و ث ص ش ان ز ي ج ص ش ث و ذ ان ت ج ط ش ث ه ب و س ج ه ان ت ش ث ه ب و إ ع أ ن أل ع ط و ن ئ اع ت ع بر أل ع ز Dan senantiasa hamba-ku mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia 3

gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya. (HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do a. (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad) Malam Nishfu Sya ban, Malam Diturunkannya Al Qur an Di antara kaum muslimin ada yang menganggap bahwa malam Nishfu Sya ban (malam pertengahan bulan Sya ban) adalah malam yang istimewa. Di antara keyakinan mereka adalah bahwa malam tersebut adalah malam diturunkannya Al Qur an. Sandaran mereka adalah perkataan Ikrimah tatkala beliau menjelaskan maksud firman Allah, إ ب أ ض ن ب ف ن ه خ ي ج بس ك خ إ ب ك ب ي ز س )3( ف ه ب ف ش ق ك م أ ي ش ح ك ى )4( Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (QS. Ad Dukhan: 3-4) Yang dimaksud dengan malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar, menurut mayoritas ulama. Sedangkan Ikrimah semoga Allah merahmati beliau- memiliki pendapat yang lain. Beliau berpendapat bahwa malam tersebut adalah malam nishfu sya ban. (Zaadul Maysir, 5/346) Namun pendapat yang mengatakan bahwa Al Qur an itu turun pada malam nishfu Sya ban adalah pendapat yang lemah karena pendapat tersebut telah menyelisihi dalil tegas Al Qur an. Ayat di atas (surat Ad Dukhan) itu masih global dan diperjelas lagi dengan ayat, ش ه ش س ي ض ب ان ز أ ض ل ف ان ق ش آ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an. (QS. Al Baqarah:185). Dan dijelaskan pula dengan firman Allah, إ ب أ ض ن ب ف ن ه خ ان ق ذ س Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada Lailatul Qadr. (QS. Al Qadr:1) Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah mengatakan, Klaim yang mengatakan bahwa malam yang penuh berkah (pada surat Ad Dukhan ayat 3-4) adalah malam Nishfu Sya ban sebagaimana yang diriwayatkan dari Ikrimah dan lain-lain-, tidak diragukan lagi bahwasanya itu adalah klaim yang jelas keliru yang menyelisihi dalil tegas dari Al Qur an. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa saja yang menyelisihi al haq (kebenaran) itulah kebatilan. Sedangkan berbagai hadits yang menerangkan bahwa yang 4

dimaksudkan dengan malam tersebut adalah malam nishfu Sya ban, itu jelas-jelas telah menyelisihi dalil Al Qur an yang tegas dan hadits tersebut sungguh tidak berdasar. Begitu pula sanad dari hadits-hadits tersebut tidaklah shahih sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Arobi dan para peneliti hadits lainnya. Sungguh sangat mengherankan, ada seorang muslim yang menyelisihi dalil Al Qur an yang tegas, padahal dia sendiri tidak memiliki sandaran dalil, baik dari Al Qur an atau hadits yang shahih. (Adhwaul Bayan, 1552) Menghidupkan Malam Nishfu Sya ban dengan Shalat dan Do a Sebagian ulama negeri Syam ada yang menganjurkan untuk menghidupkan atau memeriahkan malam tersebut dengan berkumpul ramai-ramai di masjid. Landasan mereka sebenarnya adalah dari berita Bani Isroil (berita Isroiliyat). Sedangkan mayoritas ulama berpendapat bahwa berkumpul di masjid pada malam Nishfu Sya ban dengan shalat, berdo a atau membaca berbagai kisah- untuk menghidupkan malam tersebut adalah sesuatu yang terlarang. Mereka berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya ban dengan berkumpul di masjid rutin setiap tahunnya adalah suatu amalan yang tidak ada tuntunannya (baca: bid ah). Namun bagaimanakah jika menghidupkan malam nishfu Sya ban dengan shalat di rumah dan khusus untuk dirinya sendiri atau mungkin dilakukan dengan jama ah tertentu (tanpa terang-terangan, pen)? Sebagian ulama tidak melarang hal ini. Namun, mayoritas ulama -di antaranya adalah Atho, Ibnu Abi Mulaikah, para fuqoha (pakar fiqih) penduduk Madinah, dan ulama Malikiyah- mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya (baca: bid ah). (Lathoif Al Ma arif, 247-248). Dan di sini pendapat mayoritas ulama itu lebih kuat dengan beberapa alasan berikut. Pertama, tidak ada satu dalil pun yang shahih yang menjelaskan keutamaan malam nishfu Sya ban. Bahkan Ibnu Rajab sendiri mengatakan, Tidak ada satu dalil pun yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan dalil yang ada hanyalah dari beberapa tabi in yang merupakan fuqoha negeri Syam. (Lathoif Al Ma arif, 248). Seorang ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua Lajnah Ad Da imah (komisi fatwa di Saudi Arabia) yaitu Syeikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz mengatakan, Hadits yang menerangkan keutamaan malam nishfu Sya ban adalah hadits-hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun hadits yang menerangkan mengenai keutamaan shalat pada malam nishfu sya ban, semuanya adalah berdasarkan hadits palsu (maudhu ). Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh kebanyakan ulama. (At Tahdzir minal Bida, 20). Begitu juga Syeikh Ibnu Baz menjelaskan, Hadits dhoif barulah bisa diamalkan dalam masalah ibadah, jika memang terdapat penguat atau pendukung dari hadits yang shahih. Adapun untuk hadits tentang menghidupkan malam nishfu sya ban, tidak ada satu dalil shahih pun yang bisa dijadikan penguat untuk hadits yang lemah tadi. (At Tahdzir minal Bida, 20) Kedua, ulama yang mengatakan tidak mengapa menghidupkan malam nishfu sya ban dan menyebutkan bahwa ada sebagian tabi in yang menghidupkan malam tersebut, sebenarnya sandaran mereka adalah dari berita Isroiliyat. Lalu jika sandarannya dari berita tersebut, bagaimana mungkin bisa jadi dalil untuk beramal[?] Juga orang-orang yang menghidupkan malam Nishfu Sya ban, sandaran mereka adalah dari perbuatan tabi in. Kami katakan, Bagaimana mungkin hanya sekedar perbuatan tabi in itu menjadi dalil untuk beramal[?] (Lihat Al Bida Al Hawliyah, 296) 5

Ketiga, adapun orang-orang yang berdalil dengan pendapat bahwa tidak terlarang menghidupkan malam nishfu sya ban dengan shalat sendirian sebenarnya mereka tidak memiliki satu dalil pun. Seandainya ada dalil tentang hal ini, tentu saja mereka akan menyebutkannya. Maka cukup kami mengingkari alasan semacam ini dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ي ع م ع ال ن ظ ع ه أ ي ش ب ف ه ى س د Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim no. 1718). Ingatlah, ibadah itu haruslah tauqifiyah yang harus dibangun di atas dalil yang shahih dan tidak boleh kita beribadah tanpa dalil dan tanpa tuntunan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. (Lihat Al Bida Al Hawliyah, 296-297) Keempat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ال ت خ ت ص ىا ن ه خ ان ج ع خ ث ق بو ي ث انه بن و ال ت خ ص ىا ى و ان ج ع خ ث ص بو ي ث األ بو Janganlah mengkhususkan malam Jum at dari malam lainnya untuk shalat. Dan janganlah mengkhususkan hari Jum at dari hari lainnya untuk berpuasa. (HR. Muslim no. 1144) Seandainya ada pengkhususan suatu malam tertentu untuk ibadah, tentu malam Jum at lebih utama dikhususkan daripada malam lainnya. Karena malam Jum at lebih utama daripada malam-malam lainnya. Dan hari Jum at adalah hari yang lebih baik dari hari lainnya karena dalam hadits dikatakan, Hari yang baik saat terbitnya matahari adalah hari Jum at. (HR. Muslim). Tatkala Nabi shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan agar jangan mengkhususkan malam Jum at dari malam lainnya dengan shalat tertentu, hal ini menunjukkan bahwa malam-malam lainnya lebih utama untuk tidak boleh dikhususkan suatu ibadah di dalamnya kecuali jika ada suatu dalil yang mengkhususkannya. (At Tahdzir minal Bida, 28). Syeikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan, Seandainya malam nishfu sya ban, malam jum at pertama di bulan Rajab, atau malam Isra Mi raj boleh dijadikan perayaan (hari besar Islam) atau ibadah lainnya, tentu Nabi shallallahu alaihi wa sallam akan memberi petunjuk kepada kita umat Islam mengenai hal ini atau beliau sendiri merayakannya. Jika memang seperti itu beliau lakukan, tentu para sahabat radhiyallahu anhum akan menyampaikan hal tersebut pada kita umat Islam dan tidak mungkin para sahabat menyembunyikannya. Ingatlah, para sahabat adalah sebaik-baik manusia di masa itu dan mereka paling bagus dalam penyampaian setelah para Nabi alaihimus shalatu was salaam. Dan kalian pun telah mengetahui sebelumnya, para ulama sendiri mengatakan bahwa tidak ada satu dalil yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau para sahabat yang menunjukkan keutamaan malam jumat pertama dari bulan Rajab dan keutamaan malam nishfu sya ban. Oleh karena itu, menjadikan hari tersebut sebagai perayaan termasuk amalan yang tidak ada tuntunannya sama sekali dalam Islam. (At Tahdzir minal Bida, 30). Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kaum muslimin yang masih ragu dengan berbagai alasan ini. [Silakan lihat penilaian kelemahan beberapa hadits mengenai malam nishfu sya ban di akhir pembahasan ini] 6

Adapun mengenai Shalat Alfiyah, apakah shalat ini adalah suatu amalan yang dituntukan ketika malam nishfu sya ban? Perlu diketahui, orang yang pertama kali menghidupkan shalat ini pada malam nishfu sya ban adalah seseorang yang dikenal dengan Babin Abul Hamroo. Dia tinggal di Baitul Maqdis pada tahun 448 H. Dia memiliki bacaan Qur an yang bagus. Suatu saat di malam nishfu sya ban dia melaksanakan shalat di Masjidil Aqsho. Kemudian ketika itu ikut pula di belakangnya seorang pria. Kemudian datang lagi tiga atau empat orang bermakmum di belakangnya. Lalu akhirnya jama ah yang ikut di belakangnya bertambah banyak. Ketika dating tahun berikutnya, semakin banyak yang shalat bersamanya pada malam nishfu sya ban. Kemudian amalan yang dia lakukan tersebarlah di Masjidil Aqsho dan di rumah-rumah kaum muslimin, sehingga shalat tersebut seakan-akan menjadi sunnah Nabi. (Al Bida Al Hawliyah, 299) Lalu kenapa shalat ini dinamakan shalat Alfiyah? Alfiyah berarti 1000. Shalat ini dinamakan demikian karena di dalam shalat tersebut dibacakan surat Al Ikhlas sebanyak 1000 kali. Shalat tersebut berjumlah 100 raka at dan setiap raka at dibacakan surat Al Ikhlas sebanyak 10 kali. Jadi total surat Al Ikhlas yang dibaca adalah 1000 kali. Oleh karena itu, dinamakanlah shalat alfiyah. Adapun hadits yang membicarakan mengenai tata cara dan pahala mengerjakan shalat alfiyah ini terdapat beberapa riwayat sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu at (Kumpulan Haditshadits palsu). Ibnul Jauzi mengatakan, Hadits yang membicarakan keutamaan shalat alfiyah tidak diragukan lagi bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu (maudhu ). Mayoritas jalan dalam tiga jalur adalah majhul (tidak diketahui), bahkan di dalamnya banyak periwayat yang lemah. Oleh karena itu, dipastikan haditsnya sangat tidak mungkin sebagai dalil. (Al Maudhu at, 2/127-130) Puasa Setelah Pertengahan Sya ban Ada beberapa lafazh yang membicarakan larangan puasa setelah pertengahan bulan Sya ban. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إ ر ا ا ت ص ف ش ع ج ب ف ال ت ص ىي ىا Jika tersisa separuh bulan Sya ban, janganlah berpuasa. (HR. Tirmidzi no. 738 dan Abu Daud no. 2337) Dalam lafazh lain, إ ر ا ك ب ان ص ف ي ش ع ج ب ف ال ص ى و ح ت ج ء س ي ض ب Jika tersisa separuh bulan Sya ban, maka tidak ada puasa sampai dating Ramadhan. (HR. Ibnu Majah no. 1651) Dalam lafazh yang lain lagi, 7

إ ر ا ك ب ان ص ف ي ش ع ج ب ف أ ي غ ك ىا ع انص ى و ح ت ك ى س ي ض ب Jika tersisa separuh bulan Sya ban, maka tahanlah diri dari berpuasa hingga dating bulan Ramadhan. (HR. Ahmad) Sebenarnya para ulama berselisih pendapat dalam menilai hadits-hadits di atas dan hukum mengamalkannya. Di antara ulama yang menshahihkan hadits di atas adalah At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ath Thahawiy, dan Ibnu Abdil Barr. Di antara ulama belakangan yang menshahihkannya adalah Syaikh Al Albani rahimahullah. Sedangkan ulama lainnya mengatakan bahwa hadits tersebut adalah hadits yang mungkar dan hadits mungkar adalah di antara hadits yang lemah. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Abdurrahman bin Mahdiy, Imam Ahmad, Abu Zur ah Ar Rozi, dan Al Atsrom. Alasan mereka adalah karena hadits di atas bertentangan dengan hadits, ال ت ق ذ ي ىا س ي ض ب ث ص ى و ى و و ال ى ي Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa. (HR. Muslim no. 1082). Jika dipahami dari hadits ini, berarti boleh mendahulukan sebelum ramadhan dengan berpuasa dua hari atau lebih. Al Atsrom mengatakan, Hadits larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya ban bertentangan dengan hadits lainnya. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri berpuasa di bulan Sya ban seluruhnya (mayoritasnya) dan beliau lanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan. Dan hadits di atas juga bertentangan dengan hadits yang melarang berpuasa dua hari sebelum Ramadhan. Kesimpulannya, hadits tersebut adalah hadits yang syadz, bertentangan dengan hadits yang lebih kuat. At Thahawiy sendiri mengatakan bahwa hadits larangan berpuasa setelah separuh Sya ban adalah hadits yang mansukh (sudah dihapus). Bahkan Ath Thohawiy menceritakan bahwa telah ada ijma (kesepakatan ulama) untuk tidak beramal dengan hadits tersebut. Dan mayoritas ulama memang tidak mengamalkan hadits tersebut. Namun ada pendapat dari Imam Asy Syafi i dan ulama Syafi iyah, juga hal ini mencocoki pendapat sebagian ulama belakangan dari Hambali. Mereka mengatakan bahwa larangan berpuasa setelah separuh bulan Sya ban adalah bagi orang yang tidak memiliki kebiasaan berpuasa ketika itu. Jadi bagi yang memiliki kebiasaan berpuasa (seperti puasa senin-kamis), boleh berpuasa ketika itu, menurut pendapat ini. (Lihat Lathoif Al Ma arif, 244-245) Puasa Satu atau Dua Hari Sebelum Ramadhan Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 8

ال ت ق ذ ي ىا س ي ض ب ث ص ى و ى و و ال ى ي إ ال س ج م ك ب ص ىو ص ى ي ب ف ه ص Janganlah mendahulukan Ramadhan dengan sehari atau dua hari berpuasa kecuali jika seseorang memiliki kebiasaan berpuasa, maka berpuasalah. (HR. Muslim no. 1082) Berdasarkan keterangan dari Ibnu Rajab rahimahullah, berpuasa di akhir bulan Sya ban ada tiga model: Pertama, jika berniat dalam rangka berhati-hati dalam perhitungan puasa Ramadhan sehingga dia berpuasa terlebih dahulu, maka seperti ini jelas terlarang. Kedua, jika berniat untuk berpuasa nadzar atau mengqodho puasa Ramadhan yang belum dikerjakan, atau membayar kafaroh (tebusan), maka mayoritas ulama membolehkannya. Ketiga, jika berniat berpuasa sunnah semata, maka ulama yang mengatakan harus ada pemisah antara puasa Sya ban dan Ramadhan melarang hal ini walaupun itu mencocoki kebiasaan dia berpuasa, di antaranya adalah Al Hasan Al Bashri. Namun yang tepat dilihat apakah puasa tersebut adalah puasa yang biasa dia lakukan ataukah tidak sebagaimana makna tekstual dari hadits. Jadi jika satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah kebiasaan dia berpuasa seperti puasa Senin-Kamis-, maka itu dibolehkan. Namun jika tidak, itulah yang terlarang. Pendapat inilah yang dipilih oleh Imam Asy Syafi i, Imam Ahmad dan Al Auza i. (Lihat Lathoif Al Ma arif, 257-258) Kenapa ada larangan mendahulukan puasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan? Pertama, jika berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan adalah dalam rangka hati-hati, maka hal ini terlarang agar tidak menambah hari berpuasa Ramadhan yang tidak dituntunkan. Kedua, agar memisahkan antara puasa wajib dan puasa sunnah. Dan memisahkan antara amalan yang wajib dan sunnah adalah sesuatu yang disyariatkan. Sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang menyambungkan shalat wajib dengan shalat sunnah tanpa diselangi dengan salam atau dzikir terlebih dahulu. (Lihat Lathoif Al Ma arif, 258-259) Beberapa Hadits Lemah (Dho if) dan Palsu (Maudhu ) di Bulan Sya ban [Hadits Pertama] إ انه ت ع بن ض ل ن ه خ ان ص ف ي ش ع ج ب إ ن انغ بء انذ ب ف غ ف ش أل ك ث ش ي ع ذ د ش ع ش غ ى ك ه ت Sesungguhnya Allah Ta ala turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya ban, Dia akan mengampuni dosa walaupun itu lebih banyak dari jumlah bulu yang ada di kambing Bani Kalb. [Bani Kalb adalah salah satu kabilah di Arab yang punya banyak kambing] Hadits ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Majah. At Tirmidzi mengatakan bahwa beliau mendengar Muhammad (yaitu Imam Bukhari) mendhoifkan hadits ini. (Lihat As Silsilah Ash Shohihah, no. 1144) 9

[Hadits Kedua] إ ر ا ك ب ت ن ه خ ان ص ف ي ش ع ج ب ف ق ىي ىا ن ه ه ب و ص ىي ىا ى ي ه ب. ف إ انه ض ل ف ه ب ن غ ش وة انش ظ إ ن ع بء انذ ب ف ق ىل أ ال ي ي غ ت غ ف ش ف أ غ ف ش ن أ ال ي غ ت ش ص ق ف أ س ص ق أ ال ي ج ت ه ف أ ع بف أ ال ك ز ا أ ال ك ز ا ح ت ط ه ع ان ف ج ش Apabila datang malam nishfu sya ban, maka hidupkanlah malam tersebut dan berpuasalah di siang harinya. Karena ketika itu, Allah turun ke langit dunia pada malam tersebut mulai dari tenggelamnya matahari. Allah Ta ala berfirman (yang artinya), Siapa saja yang meminta ampunan, Aku akan mengampuninya. Siapa saja yang meminta rizki, aku pun akan memberinya. Siapa saja yang tertimpa kesulitan, Aku pun akan membebaskannya. Siapa pun yang meminta sesuatu, Aku akan mengabulkannya hingga terbit fajar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Sanad hadits ini adalah lemah, bahkan menurut Syeikh Al Albani adalah maudhu (palsu) karena di dalamnya terdapat perowi yang bernama Ibnu Abi Sabroh yang tertuduh sering memasulkan hadits sebagaimana dikatakan dalam At Taqrib. Imam Ahmad bin Hambal dan Ibnu Ma in juga berpendapat demikian yaitu Ibnu Abi Basroh sering memalsukan hadits. Sehingga Syeikh Al Albani berkesimpulan bahwa sanad hadits ini maudhu (palsu). (Lihat As Silsilah Adh Dho ifah, no. 2132) [Hadits Ketiga] س ج ت ش ه ش اهلل و ش ع ج ب ش ه ش و س ي ض ب ش ه ش أ ي ت. Rajab adalah syahrullah (bulan Allah), Sya ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku. Dalam Al Jami Ash Shogir (6839), Syeikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho if. [Hadits Keempat] ي صه ن هخ ان صف ي شعجب ث ىت عششح سكعخ قشأ يف كم سكعخ قم ى اهلل أحذ ثالثني يشح مل خيشج حىت شي يقعذ ي اجل خ Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam nishfu sya ban sebanyak 12 raka at, setiap raka atnya membaca surat Qul huwallahu ahad sebanyak tiga kali, maka dia tidaklah akan keluar sampai dia melihat tempat duduknya di surga... Hadits ini dibawakan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhu at (kumpulan hadits-hadits palsu). Ibnul Jauziy mengatakan bahwa hadits di atas adalah hadits maudhu (palsu) dan di dalamnya banyak perowi yang majhul (tidak dikenal). (Lihat Al Maudhu at, 2/129) Demikian pembahasan kami mengenai panduan amalan di bulan Sya ban. Semoga apa yang kami suguhkan ini bermanfaat bagi kaum muslimin sekalian. Semoga Allah selalu memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayib dan amalan yang diterima. Alhamdulillahilladzi bi ni matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam. 10

*** Diselesaikan di Panggang, Gunung Kidul, 29 Rajab 1430 H Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel 11