BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai Provinsi dalam perkembangannya telah menjalani proses yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN NIAS DARI WILAYAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Letjen TNI (Purn) DR Tiopan Bernhard Silalahi, SH atau yang lebih di

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANI-SASI, DAN TATA KERJA MENTERI MUDA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1997 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN BARAT BENTUK BARU (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1962 Tanggal 1 Januari 1962)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS MENTERI MUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 98 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. Selain stasiun, pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1946 TENTANG SUSUNAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 31 TAHUN 2004 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLINK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH SINGKIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF RANTAU PRAPAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1946 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B E N G K A L I S,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai perkebunan dan mengenai tenaga kerja pada masa Orde

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

2008, No Mengingat: meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaata

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

PEMERINTAH KOTA PADANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Otonomi Daerah XVIII, di Jakarta, tgl. 25 April 2014 Jumat, 25 April 2014

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI STAF AHLI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANJUNG PINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG DARURAT (UUDRT) NOMOR 20 TAHUN 1950 (20/1950) TENTANG PEMERINTAHAN JAKARTA RAYA. Presiden Republik Indonesia Serikat,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara sebagai Provinsi dalam perkembangannya telah menjalani proses yang sangat panjang. Dari satu periode keperiode berikutnya telah mengalami berbagai perubahan, baik yang berkaitan dengan wilayah, sistem dan strukturnya. Perubahan-perubahan itulah yang melahirkan sosok-sosok pemimpin Sumatera Utara sesuai dengan perkembangan sistem dan struktur pemerintahannya. Sebagai salah satu bagian wilayah Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Sumatera Utara pada awalnya telah memiliki pemerintahan tradisional yang mempunyai peran penting terutama dalam hal meletakkan dasar-dasar pembagian wilayah maupun otonomi daerah. Dalam perkembangan selanjutnya terutama sejak kedatangan penguasa asing dikawasan Sumatera Utara, corak pemerintahan yang ada sebelumnya mengalami perubahan. Pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda yang disebut Hindia Belanda mulai diletakkan dasar-dasar pemerintahan yang modern. Maksud pemerintahan yang modern disini adalah suatu sistem dan struktur pemerintahan yang dilakukan atau didistribusikan berdasarkan pertimbanganpertimbangan rasional, objektif dan penempatan aparatur sesuai dengan kemampuan masingmasing. 1) 1) Tim Pengumpulan, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Prop. DATI-I Sumatera Utara.Sejarah Perkembangan Pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, (Medan 1994), hlm. 4 Pemerintahan Hindia Belanda mengeluarkan Undang-Undang yang disebut Decentralisatiewet. Berdasarkan Undang-Undang yang baru ini lahirlah pemerintahan yang

otonom di Indonesia. Kemudian secara administrative Pemerintahan Hindia Belanda membagibagi kawasan Nusantara dalam beberapa wilayah atau gewestan. Khususnya Pulau Sumatera merupakan wilayah pemerintahan yang disebut Gouvernment van Sumatera dikepalai oleh seorang yang berpangkat Gouverneur atau Gubernur yang berkedudukan di kota Medan. Wilayah Sumatera kemudian disebut Province yang dibagi-bagi kedalam beberapa daerah administrative yang dinamakan residentie atau keresidenan, salah satunya keresidenan Sumatera Timur. Sistem pemerintahan yang mulai diterapkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda tersebut kemudian melahirkan pemimpin-pemimpin wilayah atau gewestan seperti Governeur ditingkat Province Sumatera. Salah satu wilayah pemerintahan Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Pulau Nias adalah salah satu pulau terluar di gugusan barat pulau Sumatera, yang memiliki latar tradisi politik segmental dan kesatuan etnisitas serta bahasa yang berbeda dari yang berada di Pulau Sumatera, Nias memperindah mozaik budaya Sumatera Utara, tetapi sekaligus juga menambah kompleksitas dari permasalahannya. 2) Pulau Nias merupakan salah satu wilayah di Provinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah tertinggal dan miskin diantara beberapa wilayah lainnya. Hal tersebut dibenarkan dari beberapa catatan sejarah yang ditulis oleh para sejarawan pada masa lampau hingga kenyataan kondisi pada saat ini. 2) Ibid hlm. xvii Baik dari segi perekonomian, pembangunan, hingga pendidikan Pulau Nias masih belum mencapai kemajuan yang pesat. Seperti diungkapkan dalam buku Asal-Usul Masyarakat Nias: Sekarang pada peralihan zaman dari milenium kedua hingga ketiga, banyak orang Nias sudah pergi keseberang, Mangalui katanya, mencari pekerjaan, artinya banyak diantara mereka yang pergi keseberang menghilang ditengah hutan atau dikebun kelapa sawit. Mereka kalah bersaing dikota, karena tidak memiliki pendidikan atau ketrampilan. 3)

Walaupun merupakan sebuah wilayah yang tertinggal, Nias memberikan sumbangsih terhadap kemajuan bangsa dan negara dengan melahirkan salah satu sosok pemimpin Sumatera Utara yang pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara periode 1965-1967. Salah seorang pemimpin Sumatera Utara yang pernah mengepalai penyelenggaraan pemerintahan di Propinsi Sumatera Utara adalah Roos Telaumbanua yang lebih dikenal dengan nama PR Telaumbanua atau Pendeta Roos Telaumbanua. PR Telaumbanua adalah Gubernur Propinsi Sumatera Utara Ke-10 yang satu-satunya berasal dari Pulau Nias. PR Telaumbanua sebelum menjadi Gubernur Sumatera Utara, pernah menjabat Bupati Nias, Walikota Medan dan Residen Sumatera Timur. Walaupun PR Telaumbanua hanyalah bersifat sebagai pejabat dalam masa peralihan dari Gubernur sebelumnya Ulung Sitepu sampai ditunjuknya seorang gubernur yang defenitif. 3) Harmmerle, Johannes M. Asal-Usul Masyarakat Nias. (Gunungsitoli:2001) Hal 20 Pada masa beliau ini Pada masa PR.Telaumbanua (18 Oktober 1965-31 Maret 1967) merupakan masa yang tidak panjang karena hanya sampai 17 Bulan. Akan tetapi pada masa inilah merupakan masa yang kompleks karena peralihan kekuasaan telah terjadi di kawasan Sumatera Utara. 4) Pada era pemerintahan PR Telaumbanua telah melaksanakan penumpasan PKI dan juga pembersihan struktur aparatur pemerintahan propinsi dari oknum-oknum PKI serta usaha-usaha pembangunan diberbagai bidang. Kebijakan yang dilakukan pada masa pemerintahan PR Telaumbanua tersebut berdasarkan pada sikap kebijakan Presiden Soekarno mengenai penyelesaian G-30-S Yang tidak membenarkan pembentukan Dewan Revolusi. Usaha pembersihan pemerintahan dari pengaruh PKI yang dilaksanakan oleh PR.Telaumbanua juga

didasarkan pada Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang dipegang oleh Presiden Soeharto yang berisi mengenai pembubaran PKI. 5) Dengan kehadiran dan keberhasilan PR Telaumbanua sebagai Gubernur Sumatera Utara, seharusnya masyarakat Sumatera Utara terutama masyarakat Pulau Nias yang selama ini terpaku pada keterbelakangan dan tertinggal dari daerah-daerah lain yang telah maju dilingkungan Propinsi Sumatera Utara dapat menjadikan PR Telaumbanua sebagai sosok inspirasi untuk turut memajukan Pulau Nias dan Propinsi Sumatera Utara. Namun, pada kenyataanya bahwa hingga saat ini, masyarakat Sumatera Utara khususnya masyarakat Nias masih belum mengetahui dan mengenal sosok- 4) Tim Pengumpulan, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Prop. DATI-I Sumatera Utara.Op Cit.hlm. 362 5) Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta: 489). hlm. 489 PR Telaumbanua sebagai Gubernur Sumatera Utara periode 18 Oktober 1965-31 Maret 1967. Berdasarkan keadaan tersebut, penulis mengadakan penelitian untuk mengulas dan membahas lebih dalam tentang sosok PR Telaumbanua sebagai Gubernur Sumatera Utara ke-10, dengan judul penelitian Tinjauan Historis Terhadap Sosok PR.Telaumbanua (Gubernur Sumatera Utara 1965-1967). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat di identifikasi yaitu: 1. Latar belakang keluarga P.R Telaumbanua 2. Latar belakang pendidikan P.R Telaumbanua 3. Latar belakang perpolitikan P.R Telaumbanua

4. Situasi politik Indonesia pada tahun 1965 yang mempengaruhi pengambilan kebijakan PR.Telaumbanua 5. Kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh P.R Telaumbanua semasa menjabat Gubernur Sumatera-Utara periode 1964-1965 6. Peranan P.R telaumbanua dalam kancah pemerintahan lokal, Provinsi dan Nasional 7. Apresiasi positif dan negatif masyarakat Sumatera-Utara terhadap sosok PR. Telaumbanua 8. Cita-cita P.R Telaumbanua bagi kemajuan Pulau Nias C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang ada dimana banyak sekali faktor yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, dan terbatasnya waktu, biaya dan tenaga peneliti serta analisis yang dikuasai maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar lebih terarah dan terfokus. 6) Oleh karena itu penelitian dibatasi berdasarkan identifikasi masalah yaitu latar belakang kehidupan keluarga, pendidikan dan politik PR. Telaumbanua, Pembatasan masalah ini hanya meliputi latar belakang kehidupan PR. Telaumbanua sebelum menjadi Gubernur Sumatera-Utara hingga Beliau menjadi pemimpin Provinsi Sumatera Utara serta mengulas tentang kebijakankebijakan yang dilaksanakan oleh P.R Telaumbanua selama menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara tahun 1965-1967. D. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Latar belakang kehidupan pribadi PR.Telaumbanua? 2. Apa saja kebijakan PR.Telaumbanua selama menjabat Gubernur Sumatera-Utara? 3. Bagaimana apresiasi positif dan negatif masyarakat Nias terhadap sosok PR.Telaumbanua? 6) Hartono.Metodologi Penelitian. (Pekanbaru:2001) hlm 25 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Latar belakang kehidupan pribadi PR.Telaumbanua? 2. Untuk mengetahui Kebijakan PR. Telaumbanua selama menjadi Gubernur Sumatera- Utara periode 1965-1967 3. Untuk mengetahui apresiasi positif dan negatif masyarakat Nias terhadap sosok PR. Telaumbanua F. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Memberi informasi bagi pembaca tentang latar belakang kehidupan keluarga, pendidikan dan politik PR.Telaumbanua 2. Memberi informasi bagi pembaca tentang peran dan Kebijakan PR.Telaumbanua semasa menjadi Gubernur Sumatera-utara periode 1965-1967

3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk refrensi/rujukan penelitian bagi peneliti lain. 4. Untuk menambah khazanah ilmu sejarah dan juga sebagai bahan masukan bagi Lembaga Pendidikan umumnya dan UNIMED khususnya. 5. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Nias dan Masyarakat Sumatera Utara mengenai keberadaan sosok PR.Telaumbanua sehingga menjadi sosok inspirasi dan teladan bagi masyarakat untuk mengikuti jejak perjuangan Beliau.