BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 139

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

Abstrak. Kata Kunci: Inside Outside Circle, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika di Indonesia masih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK TERHADAP MATERI VERBAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO RECORDING DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 69 Kota Bengkulu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Susi Pupu Marpu ah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ini pihak-pihak yang terlibat adalah guru dan para siswa. Guru. siswa bertugas mengikuti pembelajaran dari guru.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang amat besar dalam menyiapkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada siswa melainkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda

ELSA YUNIAR PRAMITA DEWI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 7915/D/Kp/2014 memutuskan tentang petunjuk teknis pemberlakuan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini di latar belakangi dari hasil obsevasi awal pada tanggal 23 Januari 2015. Peneliti melakukan observasi di SMP Kartika XIX 2 Bandung khusunya di kelas VII B dengan jumlah peserta didik sebesar 44 orang, dengan spesifikasi jumlah peserta didik laki-laki sebanyak 24 orang dan jumlah peserta didik perempuan sebanyak 20 orang. Dari hasil pengamatan peneliti menemukan berbagai masalah pada saat pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS. Masalah-masalah yang ditemukan diantaranya yaitu pertama, peserta didik kurang memiliki etika dalam berinteraksi di kelas baik di depan guru maupun peserta didik lainnya. Kedua, pada saat pembelajaran berlangsung suasana di kelas terlihat tidak kondusif dan gaduh, peserta didik tidak menyimak penjelasan atau intruksi dari guru. Ketiga, ketika sedang berdiskusi mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru peserta didik menjawab pertanyaan dengan penuh keraguan, peserta didik sering menanyakan hasil jawaban kepada guru karena peserta didik tidak percaya diri dalam mengerjakan tugasnya. Keempat, ketika diperintahkan oleh guru untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompok, tidak yang berani menyampaikan hasil diskusinya. Proses diskusi tidak berjalan efektif, ketika sedang berdiskusi peserta didik tidak mengemukakan pendapatnya mengenai materi pelajaran melainkan curhatan pribadi peserta didik tersebut. Kelima, ketika diperintahkan oleh guru untuk ke depan menjawab pertanyaan peserta didik tidak ada yang berani kedepan menjawab pertanyaan. Ketika guru memerintahkan untuk bertanya apabila ada materi yang belum dipahami, tidak ada satupun peserta didik memberikan pertanyaan dan pada akhir pembelajaran tidak ada peserta yang berani menyimpulkan hasil pembelajaran. Dari berbagai masalah yang dikemukakan di atas, peneliti mengambil salah satu fokus masalah untuk dikaji. Hal utama dari masalah tersebut yaitu kurangnya karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapat

2 secara verbal karena pada dasarnya karakter sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan khususnya dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik. Maka dari itu, peneliti merasa tertarik mengkaji mengenai karakter percaya diri pada saat mengemukakan pendapat secara verbal. Pentingnya karakter diperkuat oleh Nucci dan Narvaez yang menjelaskan bahwa 80% negara bagian telah memiliki mandat untuk mengimplementasikan pendidikan karakter. Negara-negara bagian tersebut cenderung merefleksikan harapan masyarakat agar sekolah menjadi suatu tempat dimana anak-anak memperoleh dukungan bagi pembentukan nilai-nilai seperti kejujuran 97%, hormat dengan orang lain 94%, demokrasi 93%, dan menghormati orang-orang yang berbeda ras dan latar belakang 93%. Hal ini termasuk dalam Agenda Publik (dalam Samani hariyanto, 2011, hlm. 15). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sudah diimplementasikan pada setiap negara bagian. Sekolah menjadi bagian dalam pembentukan nilai-nilai karakter seperti halnya kejujuran, rasa hormat, demokrasi, menghormati, dan lain sebagainnya. Berdasarkan kenyataan di lapangan, pendidikan karakter hanya sebagai wacana semata. Dalam penerapannya masih banyak memiliki kekurangan. Kenyataan tersebut berbeda dari harapan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah sebagai penanaman nilai pendidikan karakter. Di dalam dunia pendidikan tugas seorang guru yang akan membentuk Nilai-nilai karakter, yang dapat mempengaruhi peserta didik. Nilai-nilai yang sudah tumbuh dalam diri peserta didik akan diterapkan pada kehidupan di masyarakat yang nantinya dapat mengembangkan sikap moral dan budi pekerti. Lickona mengemukakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling) dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan. sikap moral memiliki komponen kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan diri. Sehingga percaya diri termasuk dalam Pendidikan Karakter yang membentuk sikap moral peserta didik (dalam Zubaedi 2011, hlm. 29). Karakter percaya diri diperlukan oleh peserta didik khususnya dalam pembelajaran dikelas. Dengan mempunyai karakter percaya diri peserta didik

3 akan tampil jauh lebih optimis dan bisa menyampaikan pendapat secara baik, menunjukan suatu sikap yakin kepada orang lain dibandingkan dengan peserta didik yang kurang memiliki karakter percaya diri. Peserta didik akan jauh lebih pemalu, tidak punya keberani dalam mengemukakan pendapat maupun dalam menuangkan ide-ide. Oleh karena itu, dilihat dari hakekatnya karakter percaya diri sangat penting bagi kelangsungan hidup peserta didik, dimana peserta didik dituntut berani dalam mengemukakan pendapatnya secara verbal yang nantinya akan membentuk pembelajaran yang interaktif. Belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya. Demikian untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari peserta didik dalam pembelajaran untuk membentuk karakter percaya diri. Dalam kegiatan belajar, peserta didik dituntut secara aktif untuk ikut berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran. Jika peserta didik tidak memiliki karakter percaya diri maka peserta didik tidak bisa aktif ataupun interaktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Dengan demikian, peserta didiklah yang akan membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efisien jika memiliki tingkat percaya diri yang tinggi khususnya dalam mengemukakan pendapat secara lisan yang dilakukan dalam proses diskusi. Psikolog Maslow (dalam, Sarastika, hlm. 50) menyebutkan bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Peserta didik yang aktif dan memiliki percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya secara verbal pada proses pembelajaran akan terlihat pada baik dan buruknya prestasi yang diperoleh. Peserta didik yang memiliki tingkat percaya diri yang rendah akan terlihat jauh berbeda karena peserta didik yang tidak percaya diri akan mudah menyarah, pesimis, menyendiri dan cenderung bersikap egosentris serta memiliki perasan takut atau gemetar disaat berbicara dihadapan orang banyak. Adapun ciri-ciri orang percaya diri yang bisa kita amati baik secara verbal maupun non verbal diantaranya membuat pernyataan yang jujur, jelas singkat dan langsung pada masalah, menawarkan kritik membangun dan tidak menyalahkan, mengajuakan pertanyaan untuk menemukan pemikiran dan perasaan orang lain, menghargai hak orang lain serta mengkomunikasikan sikap saling menghargai

4 pada saat kebutuhan dari dua orang sedang bertentangan dan mencari penyelesian yang dapat diterima kedua belah pihak. Menurut Sarastika menyatakan bahwa percaya diri merupakan sebuah ukuran mengenai seberapa besar seseorang menghargai dirinya sendiri, seseorang menganggap dirinya penting maka seseorang tersebut akan menjaga kesehatan fisik dan mental serta menjaga penampilan yang nantinya akan membuat seseorang tersebut menjadi lebih sehat (2014, hlm. 27). Sementara menurut Dariyo (2007, hlm. 206) berpendapat bahwa : Percaya diri merupakan kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Orang yang percaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri berfikir positif menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, sperti minder, pesimis, pasif, apatis dan cenderung apriori. jika Karakter percaya diri ini nantinya akan mendorong peserta didik berani dalam berupaya memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupanya. Serta bagi negera bisa menyalurkan aspirasi dan konstribusinya sebagai warga negara yang demoktratis dan bisa menjadi warga negara yang baik sebagaimana tertuang dalam tujuan dari pada pembelajaran IPS. Secara lebih spesifik tujuan pendidikan khususnya pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama, yaitu untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pendidikan IPS bukan merupakan bentuk integrasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial saja, akan tetapi merupakan bentuk penyederhanaan dari berbagai disiplin ilmu lainnya dan berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Pendapat senada dikemukakan oleh Somantri (2001, hlm. 92) dalam tulisanya yang menjelaskan bahwa : Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah

5 Pernyataan diatas jelas memperkuat keyakinan peneliti bahwa hasil akhir dari pembelajaran IPS bukan hanya konsep-konsep ilmu-ilmu sosial saja, akan tetapi mencakup pemahaman mengenai permasalahan sosial. Sehingga peserta didik tidak hanya mendapatkan informasi semata, tetapi mampu mengolah informasi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sosial di masa yang akan datang. Mengacu dari pemaparan diatas, sudah terlihat jelas bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya tenaga-tenaga pendidik yang profesional khususnya untuk yang mengajar mata pelajaran IPS. Sehingga bisa mengajak peserta didik lebih mandiri dalam belajar. tidak hanya berjalan satu arah, lebih menekankan proses pembelajaran student center, membawa peserta didik lebih aktif dan interaktif, memiliki karakter percaya diri yang tinggi dan pada akhirnya mengarahkan pada hasil akhir pembelajaran yang optimal serta bisa mencapai dari tujuan pembelajaran, khusunya dalam tujuan pembelajarn IPS. Dalam hal ini, peneliti menawarkan solusi dari permasalahan yang telah dipaparkan diantaranya dengan menggunakan metode (inside-ouside-circle) yang mana metode ini termasuk dalam model Cooperartif Learning. Metode ini memiliki keunggulan dalam peningkatan komunikasi atau partisipasi peserta didik dan memungkinkan peserta didik untuk saling berbagi informasi bersama dengan singkat dan teratur serta bisa melihat tingkat kepercayaan diri peserta didik khususnya dalam mengemukakan pendapat secara verbal didepan teman-teman kelasnya (dalam Huda, 2012, hlm 144). Dalam metode ini peserta didik dibentuk dalam kelompok lingkaran besar dan lingkaran kecil, dari setiap kelompok tersebut akan berpasangan dan diberikan materi berupa pertanyaan atau informasi yang mana peserta didik mengemukakan pendapatnya mengenai materi yang sudah ditugaskan, kemudian informasi tersebut dibagikan pada pasanganya dan bergantian sesuai dengan arah jarum jam. Dari solusi yang ditawarkan oleh peneliti, mampu meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara verbal dan mampu mengubah keadaan dalam pembelajaran dikelas serta bisa mengatasi masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti.

6 Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti merasa tertantang untuk melakukan penelitian yang mengangkat judul skripsi Penerapan Metode Inside-Outside-Circle Untuk Meningkatkan Karakter Percaya Diri Peserta didik Dalam Mengemukakan Pendapat Secara Verbal Pada Pembelajaran IPS. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana guru merencanakan metode Inside-outside-Circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam pemengemukaan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS? 2. Bagaimana guru melaksanakan metode inside-outside circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalan mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS? 3. Bagaimana hasil pencapaian dalam penggunaan metode Inside-Outside-Circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS? 4. Bagaimana hambatan dan solusi dalam penerapan metode Inside-Outside- Circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti memaparkan tujuan dari penelitian diantaranya sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Inside-Outside-Circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS.

7 2. Untuk mengidentifikasi proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Inside-Outrside-Circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS. 3. Untuk mengidentifikasi seberapa besar hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah pembelajaran dengan menggunakan metode Inside-Outside- Circle dalam pembelajaran IPS. 4. Untuk mengidentifikasi solusi dari hambatan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Inside-Outside-Circle untuk meningkatkan karakter percaya diri peserta didik dalam mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : a. Peneliti memperoleh pemahaman serta aplikasi dari metode Inside-Outside- Circle yang di implementasikan dalam pembelajaran IPS. b. Memberikan manfaat bagi peneliti untuk berfikir aktif dan ilmiah dalam menghadapi problematika-problematika pendidikan terutama dalam pembelajaran IPS. 2. Manfaat Praktis : Dengan diadakanya penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat dan konstribusi bagi pihak pihak yang mempunyai kaitan dalam dunia pendidikan terutama : 1. Bagi guru merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan dan dikembangkan. 2. Bagi peserta didik dapat meningkatkan karakter percaya diri dalam mengemukakan pendapat secara verbal pada pembelajaran IPS dikelas serta memahami materi dan dapat di implementasikan pada kehidupan nyata sehingga peserta didik berani menyerukan aspirasinya. 3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran (Inside-Outside-Circle) serta

8 meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan propesional guru untuk memcapai tujuan pendidikan yang semestinya. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika skripsi terdiri dari lima bab. Bab I mengenai pendahuluan yang merupakan latar belakang penelitian yang terdiri dari alasan ketertarikan pengkajian, permasalahan penelitian, metode yang digunakan dalam mengembangkan kondisi pada penelitian. Selain itu, di bab I dikatakan pula mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, beserta struktur organisasi skripsi yang didalamnya merupakan sistematika penyusunan skripsi. Pada bab II, berisikan mengenai kajian pustaka, yang menjelaskan mengenai konsep-konsep teori utama dan pendapat ahli dalam bidang yang dikaji, yaitu teori mengenai pembelajaran IPS, model pembelajaran Cooperative Learning, karakter percaya diri, mengemukakan pendapat secara verbal, metode Inside Outside Circle, manfaat metode Inside-outside-Circle dalam kemampuan komunikasi untuk meningkatkan percaya dir peserta didik, konsep komunikasi yang di dalamnya menjelaskan mengenai tujuan komunikasi, fungsi komunikasi, keterkaitan komunikasi dengan berpendapat secara verbal, selain itu menjelaskan pula mengenai karakter percaya diri dalam mengemukakan pendapat secara verbal, keterkaitan antara metode yang digunakan dengan pembelajaran IPS, kerangka berfikir dan penelitian terdahulu. Pada bab III, menjelaskan mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini, dijelaskan secara rinci mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengolahan data, dan teknik analisi data, validasi data serta interpretasi data. Pada bab IV, menjelaskan mengenai pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Pada bab V, menjelaskan mengenai kesimpulan dari keseluruhan kegiatan proses penelitian dan saran.