KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 14 TAHUN 1989 TENTANG PENERTIBAN PENUMPANG, BARANG DAN KARGO YANG DIANGKUT PESAWAT UDARA SIPIL MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa untuk lebih menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan perlu diambil langkahlangkah preventip dalam usaha pencegahan kemungkinan tedadinya tindakan-tindakan yang membahayakan atau mengancam keselamatan penerbangan tanpa mengurangi kelancaran pengangkutan; b. bahwa berdasarkan huruf a, perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan terhadap penumpang pesawat udara, awak pesawat udara, bagasi penumpang, bagasi kabin, kargo, kiriman pos Berta barang-barang lainnya yang diangkut dengan pesawat udara; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b di atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Penertiban Penumpang, Barang dan Kargo yang Diangkut dengan Pesawat Udara Sipil; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1887); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3276); 3. Verordening Toesicht Luchtvaart Staatsblad 1936 Nomor 426 (Peraturan Pengawasan Penerbangan); 4. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Organisasi Departemen; 5. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1988; 6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 50/OT/Phb-78 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan;
7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91/OT 002/Phb-80. KM 164/ot 002/ Phb-80, KM 221/ OT 002/Phb- 88, KM 37/OT 002/Phb-85 dan KM 210/HK 601/Phb-87 tentang Susunan Organisasi clan Tata Kerja Departemen Perhubungan jo. KM 64 Tahun 1986 tentang Susunan Organisasi Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; MEMUTUSKAN Dengan mencabut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SK.295/C/1970 tentang Penertiban Penumpang Pesawat Udara; Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENERTIBAN PENUMPANG, BARANG DAN KARGO YANG DIANGKUT DENGAN PESAWAT UDARA SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : a. Bagasi kabin (hand baggage) adalah barang yang dibawa oleh penumpang sendiri clan berada di bawah pengawasan pemiliknya; b. Bagasi (check baggage) adalah barang penumpang yang bersangkutan sebelum keberangkatannya diserahkan pads pengangkut untuk diangkut dengan pesawat udara bersama-sama dengan penumpang yang bersangkutan; c. Barang berbahaya adalah benda atau zat padat, cair dan gas yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa clan harts benda serta keselamatan penerbangan; d. Daerah sisi udara adalah bagian dari bandar udara yang dipergunakan untuk lepas landas, melandas clan pergerakan pesawat udara di darat termasuk appron clan daerah penyangga lainnya; e. Daerah steril adalah tempat, ruangan maupun bangunan, bagian dari bandar udara yang bersih dari adanya senjata api, senjata tajam serta benda lain yang dapat dipakai sebagai slat untuk mengancam atau memaksakan kehendak; f. Kargo adalah barang muatan pesawat udara yang dilengkapi dengan Surat Muatan Udara (SMU) termasuk bagasi yang dikirim melalui prosedur pengiriman kargo;
g. Kiriman Pos adalah kantong atau wadah lain yang berisi himpunan surat pos dan atau paket pos untuk dipertukarkan; h. Lapor diri (check-in) adalah proses pelaporan penumpang yang akan melakukan penerbangan; i. Pemeriksaan adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap orang dan atau bagasi kabin, bagasi dan kargo dalam rangka keamanan dan keselamatan penerbangan; j. Penumpang Domestik adalah penumpang yang mengadakan pedalanan dengan pesawat udara Indonesia dari atau ke bandar udara di dalam Wilayah Republik Indonesia; k. Penumpang Internasional adalah penumpang yang mengadakan pedalanan dengan pesawat udara dari atau ke Bandar Udara Indonesia menuju ke atau berasal dari bandar udara di luar negeri; I. Penumpang pesawat udara adalah penumpang yang melakukan pedalanan dengan pesawat udara yang dilengkapi dengan tiket atau dokumen sejenis untuk maksud tersebut. BAB II PEMERIKSAAN PENUMPANG, AWAK PESAWAT DAN WAKTU PELAPORAN Pasal 2 (1) Setiap penumpang pesawat udara, awak pesawat udara dan atau bagasi kabin harus melalui proses pemeriksaan security sebelum memasuki daerah steril maupun daerah sisi udara. (2) Setiap penumpang pesawat udara sipil harus melapor pads petugas perusahaan penerbangan sebelum berangkat. (3) Nama yang tercantum dalam tiket harus sesuai dengan identitas penumpang. (4) Setiap penumpang transit maupun transfer harus dilakukan pemeriksaan security ulang sebelum naik pesawat. (5) Apabila perlu Kepala Bandar Udara atau Administrator Bandar Udara dapat melakukan pemeriksaan di dalam pesawat udara sipil. (6) Batas waktu paling lambat untuk check-in adalah 30 (tiga puluh)
menit sebelum jadwal keberangkatan pesawat udara. (7) Pejabat perusahaan penerbangan yang berwenang dapat menolak mengangkut penumpang, yang berdasarkan bukti yang jelas dapat membahayakan keselamatan penerbangan. BAB III PEMERIKSAAN BAGASI Pasal 3 Bagasi harus melalui proses pemeriksaan security sebelum diserahkan kepada petugas perusahaan penerbangan di tempat check-in Pasal 4 Bagasi yang dibawa penumpang atau awak pesawat udara harus dilengkapi dengan tanda atau identitas pemilik. Pasal 5 Bagasi penumpang yang ditolak dengan alasan keamanan penerbangan tidak dibenarkan untuk diangkut dengan pesawat udara. Pasal 6 Senjata api, senjata tajam serfs bends lain yang dapat dipakai sebagai slat untuk mengancam atau memaksa kehendak dilarang dimasukkan atau ditempatkan di dalam kabin pesawat udara. BAB IV PEMERIKSAAN KARGO DAN KIRIMAN POS Pasal 7 (1) Kargo dan kiriman pos harus melalui proses pemeriksaan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke gudang dan atau pesawat udara. (2) Khusus untuk pemeriksaan kiriman pos perlu memperhatikan kelancaran pengirimannya. Pasal 8 Untuk kelancaran proses pemeriksaan pengangkutan barangbarang berbahaya harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
B A B V KETENTUAN PENUTUP Pasal 9 Peraturan pelaksanaan Keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Pasal 10 Direktur Jenderal Perhubungan Udara mengawasi pelaksanaan Keputusan ini. Pasal 11 Keputusan ini berlaku pads tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 1 Maret 1989 MENTERI PERHUBUNGAN ttd AZWAR ANAS SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang EKUIN clan Pengawasan Pembangunan; 2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 3. Para Menteri Bidang EKUIN; 4. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 5. Panglima Komando Operasi Keamanan clan Ketertiban; 6. Jaksa Agung Republik Indonesia; 7. Gubernur Bank Indonesia; 8. Para Gubernur KDH Tingkat I seluruh Indonesia; 9. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Kepala Badan clan para Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Perhubungan; 10. Administrator Bandar Udara Soekarno Hatta; 11. Para Atase Perhubungan; 12. Para Kepala Kantor Wilayah Departemen Perhubungan; 13. Para Kepala Biro di lingkungan Departemen Perhubungan.