I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

dokumen-dokumen yang mirip
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dhelvita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

I. PENDAHULUAN. pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi diri dan keterampilan. makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THREE-STEP INTERVIEW

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I LATAR BELAKANG

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir manusia pun dituntut untuk semakin berkembang. Hal ini mewajibkan setiap individu untuk terus mengikuti perkembangan yang terjadi agar tetap dapat bersaing secara global. Oleh karena itu, perkembangan zaman merupakan sebuah tantangan untuk setiap individu agar terus dapat mempersiapkan dirinya secara baik sehingga dapat lebih berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting untuk menentukan kemajuan suatu bangsa di masa depan. Kualitas sumber daya manusia salah satunya dapat dilihat dari kemampuan dalam bersaing di dunia kerja secara global. Beberapa kemampuan yang dapat dilihat adalah keterampilan dan keahlian seseorang di dalam dunia kerja yang digelutinya. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Pendidikan dapat diperoleh di berbagai tempat seperti di keluarga, lingkungan masyarakat, dan di sekolah. Pendidikan yang diperoleh di sekolah disebut pendidikan formal.

2 Pendidikan formal di Indonesia terdiri dari beberapa jenjang yaitu pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat menengah, dan pendidikan tingkat tinggi. Peserta didik yang menempuh di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertaman (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA), harus dapat menguasai berbagai bidang ilmu yang mereka peroleh untuk lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Contoh bidang ilmu yang diberikan di setiap jenjang sekolah adalah matematika. Matematika adalah mata pelajaran yang diberikan ke peserta didik di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Ketika di sekolah dasar, peserta didik sudah mulai dikenalkan dengan aljabar sederhana oleh guru, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan sebagainya. Sedangkan, ketika siswa mulai masuk ke sekolah menengah, tahap demi tahap guru mulai mengenalkan masalah matematika yang lebih kompleks kepada peserta didik sehingga peserta didik sudah terbiasa untuk mengikuti pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika di Indonesia dalam BSNP (2006: 148) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis termasuk ke dalam tujuan pembelajaran matematika di Indonesia. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkonstruksikan dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/ kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik atau kemampuan siswa memberkan dugaan tentang gambar-gambar geometri. Akan tetapi, hasil dari pembelajaran matematika di Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 menyatakan bahwa Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2013: 5). Survei PISA dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik di dalam memecahkan masalah, kemampuan bernalar, dan kemampuan berkomunikasi. Dengan demikian hasil survei tersebut menggambarkan bahwa kemampuan peserta didik di Indonesia dalam kemampuan komunikasi matematis

masih tergolong rendah meskipun menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di Indonesia. 4 Kemampuan komunikasi matematis siswa di SMP Negeri 1 Gadingrejo juga perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu dengan cara mengambil data ulangan harian yang mengukur kemampuan komunikasi yang dilakukan oleh guru. Berikut ini adalah contoh soal dan jawaban dari siswa SMP Negeri 1 Gadingrejo: Soal 1: Doni menaikkan layang-layang dengan benang yang panjangnya 15 m. Jarak Doni di tanah dengan titik yang tepat berada di bawah layang-layang adalah 9 m. Tentukan tinggi layang-layang tersebut! Untuk menjawab soal di atas, seluruh siswa tidak dapat mengomunikasikan soal tersebut ke dalam gambar geometri, sehingga guru membantu untuk merepresentasikan soal tersebut ke dalam gambar geometri di papan tulis, dengan demikian seluruh siswa hanya melanjutkan menjawab soal tersebut dengan cara Phytagoras. Soal 2: Dalam sebuah balok ABCD.EFGH, panjang AB= 12 cm, BC= 9 cm, dan CG= 20 cm. Hitunglah panjang BD. Siswa 1: 20 12 cm 9 cm

5 9 cm X= BD 12 cm Berdasarkan jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa masih bingung untuk menerjemahkan gambar sehingga mereka tidak bisa memilih cara yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru. Model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru di SMP N 1 Gadingrejo adalah model pembelajaran langsung dengan metode tanya jawab. Model ini hanya dapat memberikan kesempatan kepada sebagian kecil siswa di kelas untuk mengembangkan kemampuan komunikasinya. Untuk itu, perlu diterapkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara menyeluruh. Untuk memilih model pembelajaran yang akan diterapkan, maka perlu melihat karakter dari siswa tersebut. Karakter dari siswa kelas VIII di SMP Negeri 1

6 Gadingrejo tergolong cukup aktif di dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dalam proses pembelajaran dimana siswa berani bertanya kepada guru dan menjawab pertanyaan dari guru meskipun belum semua siswa berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Selain itu, siswa juga sering bertanya kepada teman sebayanya tentang cara menyelesaikan suatu soal dan tentang materi yang sedang dipelajari. Selain melihat karakter siswa, pemilihan model pembelajaran juga harus berdasarkan aktivitas yang ada pada model tersebut. Menurut Widjajanti (2010: 4) aktivitas siswa seperti mengomunikasikan hasil-hasil pikiran mereka kepada yang lain secara oral atau dalam tulisan dan menjelaskannya, mendengarkan penjelasan yang lain dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu siswa perlu diberikan kesempatan untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan yang lain. Sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran yang membuat setiap siswa lebih aktif dalam lisan dan tulisan, serta lebih memiliki kesempatan untuk mengemukakan gagasan, menganalisis, dan mendengarkan gagasan dari orang lain. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview. Pada penelitian Fathia (2013) diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview memberikan kesempatan seluruh siswa untuk turut aktif dalam menge-

mukakan gagasannya baik secara lisan maupun tulisan karena model pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap wawancara. 7 Sebelum tahapan wawancara dimulai, guru mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok yang terdiri dari empat orang yang kemudian setiap kelompok dibagi menjadi dua pasang. Setiap pasangan terdiri dari seorang pewawancara dan terwawancara. Wawancara tahap pertama adalah pewawancara bertugas untuk mewawancarai pasangannya. Setelah itu, wawancara tahap kedua, pasangan tersebut bertukar peran, pewawancara menjadi orang yang diwawancarai dan sebaliknya. Wawancara tahap ketiga atau tahap pelaporan adalah kedua pasang yang berada di dalam satu kelompok bergabung dan saling mewawancarai pasangan yang lain tentang apa yang telah didapat dari wawancara tahap pertama dan kedua. Pada setiap tahap wawancara siswa belajar untuk menjelaskan gagasannya secara lisan dan tulisan kepada pewawancara, dengan itu siswa diharapkan dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Berdasarkan langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat diketahui bahwa ciri khas dari model ini adalah interaksi antar siswa yang terjadi di kelas lebih banyak, karena pada tahap wawancara siswa dapat berinteraksi dengan pasangannya, kemudian pada saat tahap laporan siswa berinteraksi dengan teman satu kelompoknya yang terdiri dari empat orang. Sehingga mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan temannya.

8 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gadingrejo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?. Agar permasalahan menjadi lebih jelas, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian yaitu: Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model kooperatif tipe Three-Step Interview di dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

9 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview serta pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi saran untuk para guru dalam memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Three-Step Interview adalah model pembelajaran kooperatif yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang, dimana 4 orang tersebut dibagi lagi menjadi dua pasang siswa yang di dalam setiap pasang terdapat seorang pewawancara dan seorang yang lain menjadi terwawancara. Pada model pembelajaran ini terdapat tiga tahap inti. Tahap pertama pewawancara mewawancarai pasangannya. Tahap selanjutnya, kedua siswa saling bertukar peran. Tahap terakhir, kedua pasang yang berada di dalam satu kelompok bergabung dan saling mewawancarai tentang apa yang telah didapat pasangan yang lain. 2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan pemikiran matematisnya yang dapat diketahui dengan indikator: a. Menyatakan sebuah situasi ke dalam gambar, grafik, bagan, dan table secara benar.

10 b. Menjelaskan ide atau pemikiran matematis secara tertulis dengan jelas dan benar. c. Menggunakan ekspresi, symbol, atau lambang matematika secara tepat 3. Model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di sekolah adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah suatu model yang berpusat pada guru. Guru menyampaikan materi langsung dalam bentuk jadi kepada siswa yang kemudian dilanjutkan dengan menyediakan latihan terbimbing. Setelah itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa utuk latihan mandiri.