I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan sehat untuk menjaga kesehatan tubuh. Laju pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia meningkat antara 7.7-24.2%/tahun (Suwandi, 2009). Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia mengalami fluktuasi, tercatat pada 2012 sebesar 134,527 kg/kapita/tahun; 2013 sebanyak 118,156 kg/kapita/tahun; dan pada 2014 konsumsi sayuran meningkat menjadi 129,160 kg/kapita/tahun (Susenas, 2016). Sawi hijau atau caisim (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan sawi hijau di pasar yang paling utama adalah untuk konsumsi rumah tangga dan pengadaan bagi restauran-restauran yang menyajikan makanan berbahan dasar sayur. Setiap 100 g bahan pada sawi hijau, kandungan gizinya adalah : kalori 22.00 kl, protein 2.30 g, lemak 0.30 g, karbohidrat 4.00 g, serat 1.20 g, kalsium (Ca) 220.50 mg, fosfor (P) 38.40 mg, zat besi (FE) 2.90 mg, vitamin A 969.00 mg, vitamin B1 0.09 mg, vitamin B2 0.10 mg, vitamin B3 0.70 mg, vitamin C 102.00 mg, (Anonim 1, 1981). Permintaan masyarakat terhadap sawi hijau semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan konsumsi per kapita, luasan panen dan produksi. Konsumsi sawi hijau mengalami kenaikan dari 1.304 kg/kapita/tahun pada 2013 menjadi 1.408 kg/kapita/tahun pada 2014 (Susenas, 2016). Produksi sawi hijau di Indonesia meningkat antara 3-7%/tahun dalam kurun waktu lima tahun dari 2010-2014 dan kemungkinan akan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Berikut adalah data produktivitas sawi hijau dalam kurun waktu 2010 hingga 2014 menurut basis data Kementerian Pertanian tahun 2016 (Anonim 2, 2016) : 1
Tabel 1.1. Produktivitas sawi hijau di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014. Produktivitas Sawi No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) (Ton/Ha) 1 2010 59,450 583,770 9.820 2 2011 61,538 580,969 9.440 3 2012 61,059 594,911 9.743 4 2013 62,951 635,728 10.099 5 2014 [*] 59,258 [*] 597,674 [*] 10.086 Sumber : Kementerian Pertanian, 2016 [*] Angka sementara Sawi hijau layak dikembangkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Kondisi wilayah Indonesia cocok untuk budidaya tanaman ini. Menurut Haryanto et al., (2006) dari aspek agroklimat, beberapa wilayah di Indonesia sangat potensial untuk budidaya sayuran. Sebagai contoh adalah hampir di seluruh wilayah Sumatera dan Jawa, sebagian di Kalimantan dan Sulawesi. Masa panen yang relatif singkat yakni 40-50 hari setelah tanam juga merupakan daya tarik untuk mengusahakan sawi hijau. Apabila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya, komoditas ini mampu berkembang karena adanya peluang dari pasar domestik dan harganya relatif stabil. Jika ditinjau dari aspek teknis, budidaya sawi hijau mudah diusahakan dan tidak terlalu sulit. Budidaya sawi hijau tidak lepas dari peran media tanam. Media tanam yang sesuai mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan sawi hijau dengan baik. Petani sayuran di Indonesia umumnya mengandalkan media tanah sebagai media utama dalam budidaya sawi hijau. Tanah mengandung sejumlah hara yang dibutuhkan tanaman juga relatif mudah didapat. Konversi penggunaan lahan di Indonesia dari sektor pertanian ke sektor non pertanian mempengaruhi luas area tanam yang ada. Permasalahan tersebut berpengaruh terhadap kegiatan budidaya tanaman sayuran dalam penyediaan media tanam yang subur. Hal ini juga berdampak buruk pada kuantitas produksi sayuran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, degradasi lahan atau tanah yang disebabkan oleh 2
penggunaan pupuk yang berlebihan juga membuat kualitas produk sayuran yang dihasilkan semakin menurun. Salah satu alternatif budidaya tanaman untuk mengatasi keterbatasan lahan adalah pengembangan budidaya sayuran di lahan perkotaan. Lahan perkotaan umumnya tidak memiliki sejumlah ruang yang cukup untuk penanaman sayuran skala besar. Pengembangan tanaman sayuran di lahan perkotaan dapat dilakukan dengan budidaya pada pot, polibag, atau dapat juga memanfaatkan wadah-wadah bekas untuk dijadikan tempat penanaman. Media tanam yang akan digunakan juga perlu pertimbangan dari segi ukuran, ekonomi, maupun kemudahan dalam penyediaan. Media yang digunakan harus bersifat porus, ringan, dan memiliki aerasi baik agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman dengan optimal. Selain itu, media tanam harus mudah diperoleh dan memiliki harga yang terjangkau. Sebagai contoh, media tanam yang umum dijumpai untuk penanaman sayuran diantaranya adalah sekam, arang sekam, serbuk gergaji kayu, dan serbuk halus sabut kelapa (kokopit). Selain faktor media, terdapat faktor penting lain dalam budidaya tanaman yang menunjang keberhasilan produksi sawi hijau yaitu masalah pemupukan. Menurut Bastari cit. Wijaya (2010) tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga panen. Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Pemberian takaran pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman. Untuk meningkatkan produksi sawi hijau, maka dibutuhkan pemupukan yang tepat, baik dengan pupuk kimia maupun pupuk organik. Akan tetapi, masalah lain dari pupuk kimia adalah berdampak negatif seperti rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk secara terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi terhambat dan mengurangi produktivitas. Penggunaan bahan/pupuk organik dapat menjadi alternatif solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia dalam meningkatkan produktivitas tanaman sawi hijau. Penambahan bahan organik dalam tanah akan dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan stabilitas agregat tanah yang nantinya dapat memelihara aerasi tanah dengan baik dan dapat menunjang peningkatan efisiensi 3
penggunaan pupuk (Hayati et al., 2012). Bahan organik juga meningkatkan kemampuan tanah untuk memegang air dan menurunkan kehilangan air (Murphy, 2014). Samekto (2006) menambahkan bahwa penggunaan pupuk organik tidak menimbulkan efek buruk bagi kesehatan karena bahan dasarnya alamiah, sehingga mudah diserap secara menyeluruh oleh tanaman. Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kandang. Menurut Syekhfani (2000) pupuk kandang memiliki sifat yang tidak merusak tanah, menyediakan unsur hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan unsur hara mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Menurut Setiawan (2002) pengaruh pemberian pupuk kandang secara tidak langsung memudahkan tanah untuk menyerap air. Salah satu jenis pupuk kandang yaitu pupuk kandang dari kotoran kambing. Karakteristik kotoran kambing yang berbentuk butiran-butiran kecil dan memiliki tingkat kadar air yang rendah juga akan memudahkan dalam pengolahannya menjadi pupuk kandang (Hartatik dan Widowati, 2012). Menurut Tan (1993), pupuk kotoran kambing memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk kotoran sapi dan kuda, yaitu pada unsur makro Nitrogen (N), Fosfor (P), serta Kalium (K). Oleh karena itu perlunya dilakukan penelitian tentang penggunaan berbagai jenis media tanam dan takaran pupuk kandang kambing untuk meningkatkan hasil tanaman sawi hijau. 1.2.Tujuan Penelitian Mengetahui kombinasi media tanam dan takaran pupuk kandang kambing yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil sawi hijau. 4
1.3.Kegunaan Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan beberapa media tanam selain tanah yang ketersediaannya melimpah dan sangat potensial untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selanjutnya adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan media tanam selain tanah dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi hijau. Sehingga nantinya hal tersebut dapat dijadikan solusi dalam mengatasi penurunan kuantitas maupun kualitas lahan. Selain itu, hasil penelitian ini juga akan berguna untuk meramu komposisi media dan pupuk kandang kambing dalam budidaya tanaman sawi hijau. Takaran pupuk kandang kambing yang tepat tentu akan menghasilkan hasil tanaman sawi hijau yang tumbuh optimal dan dapat meningkatkan hasil. 5