5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar PKn Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mangandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh oleh peserta didik atau siswa. Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar sangat diperlukan bagi para pendidik. Menurut Skinner ( dalam Rizky, 2009:1) memberikan definisi belajar adalah Learning is a process of progressive behavior adaption. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresi. Menurut Mc. Beach ( dalam Rizky, 2009:1 ) memberikan definisi mengenai belajar. Learning is a change performance as a result of practice. Ini berarti bahwa bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ). C.T. Morgan dalam introduction to psychology belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu (Rizky, 2009:1). Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Dengan demikian kita sebagai seorang guru tentunya yelah memahami perlunya kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengalaman yang nyata sebagai sarana peningkatan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui hasil belajar harus melakukan pengukuran. Pengukuran adalah suatu proses yang dilakukan secara sistimatis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku (Sridadi 2007) dan pengukuran menurut Rusli Lutan (2000:21) pengukuran ialah
6 proses pengumpulan informasi. Jadi, pengukuran adalah membandingkan suatu benda yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran bersifat kuantitatif dari suatu obyek tertentu. Kegiatan yang selanjutnya setelah pengukuran yaitu melakukan penilaian. Penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya (Sridadi 2007). Menurut Griffin & Nix (1991) penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas, 2006:279). Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya. Tugas PKn dengan paradigma baru adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan tanggungjawab warga Negara (civic responsibility), mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), dan mendorong partisipasi warga Negara (civic participation).pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu dari lima tradisi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yakni citizenship tranmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education), yakni aspek akademik aspek kurikuler, dan aspek social budaya. Secara akademik pendidikan kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologis dan sosial budaya kewarganegaraan individu, dengan menggunakan ilmu politik, ilmu pendidikan sebagai landasan kajiannya atauan penemuannya intinya yang diperkaya dengan disiplin ilmu lain yang relevan, dan mempunyai implikasi kebermanfatan
7 terhadap instrumentasi dan praksis pendidikan setiap warga negara dalam konteks sistem pendidikan nasional (Winataputra, 2004). 2.1.2 Teori-teori Belajar a. Teori perkembangan intelektual Piaget Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut selalu berubah. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektualnya semakin berubah. Perkembangan intelektual menurut Piaget melalui tahap-tahap berikut: (i) sensori motor (0-2 tahun), (ii) pra operasional (2-7 tahun), (iii) operasional konkret (7-11 tahun), dan (iv) operasional formal (11 ke atas). 1. Tahap sensori motor (0-2 tahun) Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerakkannya. 2. Tahap pra operasional (2-7 tahun) Dalam tahap pra operasional, anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan. 3. Tahap operasi konkret (7-11 tahun) Tahap operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengikut penalaran logis, walau kadang-kadang memecahkan masalah secara trial and error. 4. Tahap operasi formal (11 tahun ke atas) Pada tahap operasi formal anak sudah dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa. (Dimyati dkk, 2002:14) 2.1.3 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Oemar Hamalik, 2001). Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan
8 sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Oemar Hamalik, 2001) yaitu sebagai berikut. a. Faktor Internal Faktor internal mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ tubuh, kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal antara lain kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan,motivasi dan budaya belajar masyarakat. Faktor eksternal ini juga akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar. 2.1.4 Pengertian, Hakekat, dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif (STAD) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan gabungan teknik instruksional dan filsafat mengajar yang mengembangkan kerjasama antar peserta didik untuk memaksimalkan pembelajaran peserta didik sendiri dan belajar dari temannya.(killen, 1998). Ada dua komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu a copoperative task yaitu bekerja sama dalam kelompok atas dasar tugas (which is a feature of most group work) dan a co-operative incentive structure yaitu bekerja sama atas dasar latar belajar peserta didik (which is unique to co-operative learning). Pembelajaran kooperatif bukanlah suatu konsep yang baru.selama ini, para guru sering menggunakan strategi kerja kelompok dalam pembelajarannya.namun, pada strategi pembelajaran ini pembagian kelompok peserta didik masih kurang heterogen, tidak memperhatikan tingkat kepandaian, atau latar belakang peserta didik.untuk memahami pengertian pembelajaran kooperatif sebaiknya kita membedakannya dengan pembelajaran secara kelompok.cooperative learning adalah suatu strategi belajar-mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
9 bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.cooperative learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. b. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Slavin (2003), hakikat pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan seluruh peserta didik dalam suatu kelompok yang terstruktur. Struktur kelompok tersebut meliputi struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu kepada organisasi kerja dalam kelompok yang tercermin salah satunya dari pembagian kerja (peran dan tanggung jawab anggota kelompok).struktur tujuan mengacu kepada orientasi kelompok dalam mencapai tujuan (yaitu pretasi dan keberhasilan kelompok).struktur ini dapat terlihat dari adanya saling ketergantungan dan kontribusi serta partisipasi yang merata.mencapai tujuan merupakan semangat peserta didik untuk bekerjasama. Struktur Penghargaan mengacu pada prestasi kelompok sebagai prestasi setiap anggota kelompok, prestasi kelompok merupakan keberhasilan bersama anggota kelompok, bukan ditentukan oleh anggota tertentu. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Agar peserta didik dapat memahami pentingnya pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan kompetensi dan kecakapan hidup, penekanan berikut perlu diinformasikan kepada peserta didik: 1. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sepenanggungan bersama. 2. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
10 3. Peserta didik harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. Peserta didik harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. Peserta didik akan dievaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Peserta didik diminta pertanggungjawabannya secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. c. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain: 1. Akuntabilitas individu, yaitu, bahwa setiap individu di dalam kelompokmempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota. 2. Keterampilan sosial, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan mendidik peserta didik untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan peserta didik untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial. 3. Kesalingtergantungan secara positif, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi.jadi peserta didik berkolaborasi bukan berkompetensi. 4. Proses bekerja dalam kelompok, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Untuk menciptakan kebersamaan dalam belajar, guru harus merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan peserta didik, sehingga mampu mengkondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar
11 peserta didik dalam interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan. Kebersamaan ini bukan saja di dalam kelas, tetapi juga di luar lingkungan kelas. 2.1.5 Tujuan dan Tahapan Pada Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan dan tahapan sebagaiberikut : a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pada awal pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi, aktivitas peserta didik, perilaku kooperatif dan menghargai pluralisme. Akan tetapi sebenarnya aspek akademis juga masuk di dalamnya walaupun tidak tersirat. Killen (1989) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu: peningkatan kinerja prestasi akademik, penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan, dsb), keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Tujuan pertama yaitu membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit. Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antar peserta didik untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep. Tujuan kedua, yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesama peserta didik yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Tujuan ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, para peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain. b. Sintaks atau Tahap-Tahap pada Pembelajaran Kooperatif Berdasarkan kajian terhadap tipe-tipe pembelajaran kooperatif, Killen (1989) mengidentifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif. Umumnya, terdapat enam fase atau tahapan pembelajaran dalam pembelajaran koperatif seperti yang tertera pada Tabel berikut.
12 Fase/Tahapan Umum Model Pembelajaran Kooperatif No Fase Perilaku Guru. 1 Menyediakan Guru mengemukakan tujuan, memotivasi peserta didik obyek dan untuk belajar, menyediakan obyek dan membuat perangkat perangkat pembelajaran. 2 Menghadirkan/men Guru menghadirkan/menyajikan informasi untuk yajikan informasi peserta didik baik secara presentasi verbal ataupun dengan tulisan. 3 Mengorganisasi peserta didik dalam Guru menjelaskan pada peserta didik bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap belajar kelompok kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4 Membimbing bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka sedang bekerja menyelesaikan tugas bersama. 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya. 6 Mengenali prestasi Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha, dan prestasi individu juga kelompoknya dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Pada dasarnya tipe-tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah sama, yaitu lebih mengutamakan kerjasama kelompok. Namun, dalam pengelompokan tugas, tiap tipe tersebut berbeda. Slavin (1995:76) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, di antaranya, Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan Team Assisted Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).
13 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif ( tipe Student Teams Achievement Division ) adalah Memebentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari empat orang secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dll ) Guru menyajikan pelajaran Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikrjakan oleh anggota-anggota kelompok. Dan untuk anggota yang tahu menjelaskan pada anggota yang lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa, dan pada saat menjawab kuis / pertanyaan tidak boleh saling membantu. Guru memberikan evaluasi. 2.2 Kajian Hasil Peneliti Yang Relevan 1. Sri Muhayati Judul PTK Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Metode STAD dengan Kompetensi Dasar Peran Indonesia di Asean Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan metode STAD memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan yang semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari jumlah siswa kelas VI pada SD Negeri 1 Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Tahun pelajaran 2010/2011 ada 18 siswa, kondisi awal sebanyak 45% yang tuntas dan 65% belum tuntas. Setelah melakukan penelitiandan perbaikan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (Student Team Achieviement Devisien) ketuntasan siswa dalam kelas meningkat menjadi 75% dengan nilai ratarata 71,5. Kesimpulan yang dapat peneliti ambil yaitu bahwa metode STAD dapat mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan, dan keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu, para peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain. 2. Judul PTK Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Menjelaskan Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Metode STAD
14 Pada Kelas V SD Negeri 4 Karangsari Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun 2010/2011. Penelitian Tindakan Tersebut disusun oleh : Agung Pramono Guru kelas SD Negeri 4 Karangsari Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan dengan kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode STAD memberi pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 4 Karangsari Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan siswa yang kondisi awal ketuntasannya hanya 43% dapat meningkat menjadi76% dengan nilai rata-rata 73,5. Kajian yang dapat peneliti ambil dari penelitian ini adalah metode STAD membuat suasana penerimaan terhadap sesama peserta didik yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk bekerjasama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Dari hasil kedua penelitian tersebut diatas penulis dapat mengkaji bahwa dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD akan dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri 5 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan, karena pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dan interaksi antar peserta didik untuk saling memberi pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yang disajikan guru bisa terjadi, sehingga semua peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Apalagi dengan kondisi awal yang ada pada siswa kelas VI SD Negeri 5 Karanganyar kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan, pada tes formatif mata pelajaran PKn dengan Kompetensi Dasar mendiskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah yang mendapat nilai diatas KKM (65) hanya 44,44% atau 12 siswa dari jumlah keseluruhan siswa (27), yang artinya masih ada 15 siswa (55,55%) yang belum mencapai ketuntasan. Dengan kondisi ini penulis mempunyai keyakinan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn bagi siswa kelas VI SD
15 2.3 Negeri 5 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester I Tahun 2011/20. Kerangka Pikir Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. STAD adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan dengan membentuk suatu tim yang memiliki kemampuan akedemik yang berbedadan latar belakang yang heterogen, untuk saling bekerja sama dalammemahami konsep-konsep materi pelajaran dengan cara diskusi. Pembelajaran PKn tentang Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah yang dilaksanakan di kelas VI SDN 5 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan diperoleh hasil,belajar siswa yang rendah. Hal ini disebabkab oleh pelaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah. Pada pembelajaran PKn metode ceramah bukanlah metode yang tepat, sehingga peneliti memperbaikinya dengan menerapkan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pada siklus I peneliti menerapkan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD). Diharapkan nantinya siswa bisa bekerja sama dengan kelompoknya untuk mendiskusikan lembar kerja. Siswa yang telah mengerjakan harus membantu siswa yang belum dapat mengerjakan sampai teman dalam satu kelompok dapat mengerjakan. Perbaikan pembelajaran nantinya akan dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II kembali diterapkan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pada penerapan metode tersebut peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Dengan harapan hasil belajar siswa pada PKn tentang Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dapat meningkat secara maksimal.
16 Kondisi awal (Mengajar Konvensional) Siswa hanya menjadi pendengar dan mencatat konsep yang diberikan oleh guru Siwa kurang aktif dalam kegiatan pemnelajaran. Siswa kurang dapat memahami penjelasan guru. Siswa kurang tertarik pada penyampaian guru. Hasi belajar siswa rendah. Mengajar dengan metode STAD Lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keberanian untuk mengemukakan pendapat lebih meningkat. Dapat menghargai pendapat orang lain. Kerja sama antar siswa dalam kelompok maupun kelas lebih meningkat. Tanggung jawab pada tugasnya lebih meningkat. Kreatifitas siswa meningkat Hasil belajar siswa dapat meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan. Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan kerangka pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hepotesis tindakan kelas sebagai berikut : jika pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
17 Achievement Divisions (STAD) dilaksanakan sesuai dengan sintaks atau tahapantahapannya dengan baik, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan daerah dan menjelaskan proses pemilu dan pilkada bagi siswa kelas VI semester 1 SD Negeri 5 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012 akan meningkat.