HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA NGENTAK PONDOKREJO SLEMAN YOGYAKARTA

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Oleh : HUSNUL FATAH NOOR SHULHAENI J 50012 0066 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i

ii

iii

iv

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA NGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA Abstrak Penelitian tentang tingkat pendidikan orang tua serta pengaruhnya terhadap status gizi balita menunjukan adanya perbedaan hasil pada beberapa peneliti. Pekerjaan dan pendapatan keluarga atau status ekonomi memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap keluarga. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai tingkat pendidikan orang tua serta pengaruhnya terhadap status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pendidikan orang tua terhadap status gizi balita di Desa Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta tahun 2016.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah balita berumur 12-60 bulan dan berdomisili di Desa Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Total Sampling. Data diperoleh dari kuesioner dan pengukuran antropometri. Uji statsistik menggunakan chi square. Didapatkan hasil untuk status gizi berdasarkan BB/U pada ayah sebesar p=0,19 dan ibu p=0,02. Sedangkan hasil untuk status gizi berdasarkan TB/U pada ayah sebesar p=0,05 dan ibu p=0,009.terdapat hubungan antara pendidikan orang tua dengan status gizi balita di Kelurahan Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Kata Kunci: Status Gizi, Tingkat Pendidikan, Balita. THE CORRELATION BETWEEN PARENTS EDUCATION AND NUTRITIONAL STATUS IN CHILDHOOD IN NGARGOSARI VILLAGE SAMIGALUH DISTRICT OF KULON PROGO YOGYAKARTA Abstract Reseach about parents level of education and effect of nutritional status in childhood showing there were significant result in some researcher. Profession and income or economics status gave an different effect in some families. So that need further research about parents level of education and the effect to childhood nutritional status. To determine a correlation parents level of education in childhood nutritional status in Ngargosari village Samigaluh District of Kulon Progo Yogyakarta in 2016.This study was cross sectional design. The subject of this research are childhood around 12-60 months and lived in Ngargosari village Samigaluh district of Kulon Progo Yogyakarta. Technic sampling was total sampling. The data was obtained by questionnaires and antropometric measurement. The reaserch statical test was using chi square. The data was obtained in nutritional status Weight for age (BB/U) in level of education in fathers obtained value p=0,19 and mothers p=0,02. While the result nutritional status Height for age (TB/U) in level of education fahers obtaind value p=0,05 and mothers p=0,009.there are a correlation between parents levels of education and nutritional status in childhood in Ngargosari village Samigaluh District of Kulon Progo Yogyakarta. Keywords: Nutritional status, Level of education, Childhood. v

1. PENDAHULUAN Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat dimana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa (Natalia, 2013). Pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan balita sejak dini, dengan cara melakukan pengukuran berat badan sebagai cara terbaik untuk menilai status gizi balita tiap bulannya sehingga tumbuh kembang anak akan terpantau (Rahmadiliyani, 2012). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja (Samsul, 2011). Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bapenas, 2010). Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013), secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 persen dan kekurangan gizi 17,9 persen. Rentang prevalensi BBLR (per 100) di Indonesia adalah 1,4 sampai 11,2. Walaupun pada tingkat nasional prevalensi balita kurang gizi telah hampir mencapai target MDGs, namun masih terjadi disparitas antar provinsi, antara perdesaan dan perkotaan, dan antar kelompok sosial-ekonomi (Riskesdas, 2013). Berbagai upaya dalam meningkatkan status gizi anak balita telah dilakukan oleh pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan. Namun yang paling berperan dalam meningkatkan status gizi anak balita adalah lingkungan keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita adalah kurangnya pendidikan dan pengetahuan pengasuh anak,penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, keterbatasan akses ke pangan dan pendapatan yang rendah (UNICEF, 2012). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya masalah gizi pada balita, karena tingkat pendidikan formal mempunyai kaitan erat dengan pengetahuan tentang kesehatan dan praktik gizi. Hasil penelitian 1

Rahmawati (2013) menyimpulkan semakin tinggi pendidikan orang tua maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah. Status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi balita. Hasil penelitian Rahmawati (2013) menyimpulkan semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Kelurahan Ngargosari merupakan salah satu wilayah yang ada di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa gambaran keadaan gizi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2012 adalah masih tingginya prevalensi balita kurang gizi yaitu sebesar 8,45 %, walau sudah menurun dibanding tahun 2011 sebesar 10%. Sedangkan prevalensi balita dengan status gizi buruk sebesar pada tahun 2012 sebesar 0,56% dan tahun 2011 sebesar 0,68% (menurun dibanding tahun 2010 sebesar 0,7%) (Dinkes DIY, 2013). Dari hasil penimbangan di posyandu daerah Kulon Progo DIY diperoleh hasil balita yang ditimbang sebanyak 80,2% dan jumlah anak balita bawah garis merah (BGM) sebanyak 0,9%. Kecamatan bebas rawan gizi adalah kecamatan dengan angka KEP (Kurang Energi Protein) total balita dibawah 15%. Tahun 2013 semua kecamatan bebas rawan gizi (Dinkes Kulon Progo, 2014). Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara pendidikan keluarga dengan status gizi balita di Kelurahan Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. 2. METODOLOGI PENELITIAN Peneliti ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode analitik korelasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari di wilayah DesaNgargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta tahun 2016. Data hasil Bulanan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2016 di DesaNgargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta menunjukan bahwa jumlah balita 116 balita. 2

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita (anak berumur 12-60 bulan) dengan berbagai tingkat status gizi (gizi lebih, baik, kurang dan gizi buruk) yang berdomisili di Desa Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Cara pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan orangtua sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Status gizi balita umur 12-60 bulan. 3. HASIL PENELITIAN 3.1 Deskripsi Hasil Data Penelitian Tabel 6 Pendidikan Ayah Jumlah Persentase Rendah 30 25,9 Tinggi 86 74,1 Total 116 100 Tabel 7 Pendidikan Ibu Jumlah Persentase Rendah 43 37,1 Tinggi 73 62,9 Total 116 100 Tabel 8 Nilai Z-Score menurut Berat Badan / Umur Jumlah Persentase Baik 84 72,4 Tidak Baik 32 27,6 Jumlah 116 100 Tabel 9 Nilai Z-Score menurut Tinggi Badan / Umur Jumlah Persentase Baik 64 55,2 Tidak Baik 52 44,8 Total 116 100 3

3.2 Analisis Bivariat Hasil analisis hubungan antara pendidikan orang tua dengan status gizi balita di Desa Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10 Hubungan pendidikan ayah dengan status gizi balita menurut Pendidikan Ayah BB/U Berat Badan Chi Square Baik Tidak Baik Rendah 19 11 0,19 Tinggi 65 21 Jumlah 84 32 Analisa uji statistik chi square sebesar 0,196 berarti nilai p > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi balita (gizi baik) dengan pendidikan ayah. Tabel 11 Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita menurut BB/U Pendidikan Ibu Berat Badan Chi Square Baik Tidak Baik Rendah 26 17 0,02 Tinggi 58 15 Jumlah 84 32 Analisa uji statistik chi square sebesar 0,027 berarti nilai p < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi balita (gizi baik) dengan pendidikan ibu. Tabel 12 Hubungan pendidikan ayah dengan status gizi balita menurut Pendidikan Ayah TB/U Tinggi Badan Chi Square Baik Tidak Baik Rendah 12 18 0,05 Tinggi 52 34 Jumlah 64 52 4

Analisa uji statistik chi square sebesar 0,05 berarti nilai p = 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi balita (gizi baik) dengan pendidikan ayah. Tabel 13 Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita menurut TB/U Pendidikan Ibu Tinggi Badan Chi Square Baik Tidak Baik Rendah 17 26 0,009 Tinggi 47 26 Jumlah 64 52 Analisa uji statistik chi square sebesar 0,009 berarti nilai p < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi balita (gizi baik) dengan pendidikan ibu. 4. PEMBAHASAN Pendidikan orang tua dibagi menjadi pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Pendidikan ayah didapatkan 30 orang (25,9%) berpendidikan rendah dan 86 orang (74,1%) berpendidikan tinggi. Pendidikan ibu didapatkan 43 orang (37,1%) berpendidikan rendah dan 73 orang (62,9%) berpendidikan tinggi. Dari hasil pengukuran terhadap anak balita dengan menggunakan indeks berat badan/umur yang disesuaikan dengan standart WHO-NCHS ditemukan sebagian besar anak balita mempunyai status gizi yang baik yaitu sebesar 72,4%, sedangkan anak balita yang mempunyai status gizi tidak baik yaitu sebesar 27,6%.Sedangkan hasil pengukuran terhadap anak balita dengan menggunakan indeks tinggi badan/umur yang disesuaikan dengan standart WHO - NCHS ditemukan hampir setengah dari anak balita yang diperiksa mempunyai status gizi tidak baik yaitu sebesar 44,8% dan selebihnya 55,2% anak balita yang diperiksa mempunyai status gizi yang baik (WHO, 2011). Sedangkan anak balita yang mempunyai status gizi tidak baikdiasumsikan karena ayah dan ibu balita kurang memperhatikan asupan gizi anak serta kesehatan anak dan dapat juga disebabkan adanya penyakit atau infeksi yang 5

semakin menambah buruk kondisi kesehatan anak sehingga pertumbuhan anak tidak baik (WHO, 2011). Dari hasil uji chi square pada penelitian ini didapatkan status gizi berdasarkan berat badan/umur tidak ada hubungan dengan tingkat pendidikan ayah karena nilai p=0,19 (p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian Suyadi (2009) yang mengemukakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan status gizi balita. Dan ada hubungan dengan tingkat pendidikan ibu karena nilai p=0,02 (p<0,05). Begitu juga hasil penelitian Hariadi (2010) dan Hadi Saputra (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan pendidikan ibu dengan status gizi balita. Sedangkan dari hasil uji chi square pada penelitian status gizi berdasarkan tinggi badan/umur terdapat hubungan dengan tingkat pendidikan ayah karena nilai p=0,05 (p=0,05) dan tingkat pendidikan ibu karena nilai p=0,01 (p<0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian Rina (2011) bahwa proporsi status gizi kurang baik terbanyak pada pendidikan keluarga rendah (< SMP) yaitu 22,4%, bila dibandingkan dengan pendidikan tinggi yaitu 20%. Selanjutnya faktor perancu yang mempengaruhi penelitian ini adalah perhatian orang tua terhadap status gizi balita, mencakup pada pemberian makanan tambahan, pendapatan orang tua, pelayanan kesehatan, penyakit infeksi, pekerjaan, dan pengetahuan mengenai gizi balita. Pemberian makanan tambahan dapat meningkatkan status gizi balita karena kebutuhan gizi menjadi lebih tercukupi. Pendapatan orang tua lebih berpengaruh pada biaya untuk membeli bahan pangan yang mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarga terutama balita. Pelayanan kesehatan berfungsi untuk mencegah adanya infeksi terhadap balita yang dapat menurunkan status gizi balita. Penyakit infeksi pada balita dapat bersifat akut bahkan kronis, sehingga balita dengan penyakit infeksi secara otomatis nafsu makan menjadi turun dan kebutuhan gizi menjadi tidak tercukupi. Orang tua yang bekerja terlalu sibuk kebanyakan kurang memperhatikan keadaan balita, biasanya orang tua seperti ini lebih sering menitipkan balita kepada kakek atau nenek balita sehingga kasih sayang orang tua terhadap balita menjadi kurang 6

dan status gizi balita menjadi tidak terpantau dengan baik. Orang tua yang memiliki pengetahuan mengenai gizi balita kebanyakan mempunyai status gizi balita baik, karena mereka lebih tahu faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita yang kemudian mereka terapkan di lapangan. Kelebihan dari penelitian ini adalah status gizi balita yang di ambil dari tinggi badan/umur dan berat badan/umur. Menurut Departemen Kesehatan (2008) indikator TB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul akibat keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit berulang karena hygene dan sanitasi yang kurang baik. Sedangkan indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum, artinya tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk dan kurang mengidentifikasi ada tidaknya masalah gizi pada balita tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Keterbatasan dari penelitian ini yaitu untuk keaktifan orang tua balita dalam keaktifan posyandu yang tidak bisa dikendali, sehingga terdapat hasil balita dengan status gizi baik walaupun pendidikan orang tuanya rendah. Ruang lingkup dari penelitian ini juga belum luas, yaitu pada karakteristik keluarga terhadap status gizi belum diteliti. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Terdapat hubungan antara pendidikan orang tua dengan status gizi balita di Kelurahan Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. 5.2 Saran 5.2.1. Bagi Dinas Kesehatan ( Puskesmas ) Memberi informasi tentang hubungan karakteristik keluarga dengan status gizi balita di wilayah Desa Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo DIY tahun 2015. 7

5.2.2. Bagi Kepala Desa Ngargosari Memberikan informasi tentang pentingnya karakteristik keluarga sangat berhubungan dengan status gizi balita sehingga pemanfaatan posyandu di wilayah desa dapat di optimalkan pemanfaatanya oleh masyarakat desa. 5.2.3. Pendidikan Ibu sebagian masih rendah, sehingga diharapkan adanya usaha untuk meningkatkan jenjang pendidikan ibu maupun meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan yang dapat dilakukan melalui penyuluhan tentang gizi dan kesehatan dengan cara kunjungan rumah oleh petugas kesehatan dan kader kesehatan di desa setempat. 5.2.4. Peningkatan keaktifan bagi orang tua balita dalam kegiatan posyandu, hal ini dapat sebagai media untuk memantau pertumbuhan balita dan dapat meningkatkan kesehatan balita tersebut. 5.2.5. Bagi Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor - faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini yang berhubungan dengan karakteristik keluarga terhadap gizi balita dengan sampel yang lebih besar dan ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat memberikan banyak keterangan yang lebih dalam tentang kondisi status gizi balita. 8

DAFTAR PUSTAKA Badan Pembangunan Nasional, 2010. (http://els.bappenas.go.id/ 5 Agustus 2015). Depkes, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Oktober 9. 2015. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/profil%20kesehatan%20indo nesia%2008.pdf Dinkes. 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. --------. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014. Hadisaputra, S. 2009. Analisis determinan status gizi balita di RSUD Kota Bandung. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Hariadi. 2010. Analisis Hubungan Penerapan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat. Tesis. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Natalia, L. D., Rahayuning P, S. M., & Fatimah, M. d. (2013 Volume 2, Nomor 2). Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Batita Di Desa Gondangwinangun Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Rahmadiliyani, N., & Meililiyanie. (2012 Volume 4 Nomor 2). Analisa Faktor-faktor Yang Menyebabkan Keengganan Ibu Balita Berkunjung Ke Posyandu di Desa Jingah Habang Hilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Media Sains, 160-165. Rahmawati A. 2013. Hubungan antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone. Makasar: Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pp. 8-9 Rina. 2011. Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga, Karakteristik Keluarga dan Anak dengan Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Depok: Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013. Samsul. (2011). Dampak Gizi Buruk Bagi Anak-Anak Penerus Bangsa. http://samsuljoker.blogspot.com/2011/01/dampak-gizi-buruk-bagianak-anak.html, [diakses pada tanggal 10Desember 2015]. 9

Suyadi, E.S. 2009. Kejadian Kurang Energi Protein Balita dan Faktorfaktor yang Berhubungan di Wilayah Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok 2009. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. UNICEF, 2012. Gizi Ibu dan Anak. WHO. 2011. Kesehatan Keluarga dan Masyarakat. http://www.who.or.id/ind/ourworks.asp?id=ow3, [diakses pada tanggal 12 Mei 2015]. 10