BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PROLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No.81a Tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan bagian dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Melalui pendidikan yang berkualitas maka akan terbentuk manusia yang berilmu, berahlak mulia, dan sehat. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadara dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan ungkapan tersebut jelas menyebutkan bahwa melalui pendidikan sumber daya manusia berkualitas akan terbentuk. Mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan agar membentuk sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas maka harus dilaksanakan sebaikbaiknya melalui rencana yang matang dan benar dalam implementasinya. Sehingga investasi pendidikan dalam membentuk generasi yang cerdas, berahlak mulia, dan memiliki keterampilan menjadi kekuatan bagi negara. Seperti yang diungkapkan Mulyasa (2013, hlm.13) bahwa pendidikan memegang peran yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Kurikulum 2013 bertujuan membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, dimana salah satunya membentuk manusia Indonesia yang memiliki kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis (Abidin, 2013, hlm.9). Kemampuan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang bernuansa pendekatan ilmiah dapat dikemas melalui berbagai model pembelajaran seperti discovery/ Inquiry learning, problem based learning dan project based learning (Permendikbud No.65 Tahun 2013). Model pembelajaran yang mengarah kepada kemampuan memecahkan masalah dapat dikemas dalam model problem based 1

2 learning. Kemampuan memecahkan masalah melalui problem based learning dapat menumbuh kembangkan peserta didik untuk terampil, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan diri (Hosnan, 2014, hlm.294). Kemampuan memecahkan masalah merupakan kapasitas seseorang dalam proses pemikiran dan pencarian jalan keluar dari masalah. Menurut Paidi (2010, hlm.4) kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki peserta didik terutama SMA karena kemampuan ini dapat membantu peserta didik membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Kemampuan memecahkan masalah melalui metode heuristika (sistematis) dilakukan dengan tahapan-tahapan dari mulai menyebutkan masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan berbagai alternatif solusi, dan menentukan solusi terbaik. Manfaat dari memecahkan masalah dengan heuristika membantu peserta didik mampu memecahkan masalah dengan cara yang sistematis sehingga solusi yang diperoleh akan lebih baik. Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran geografi diarahkan kepada kemampuan dalam mengidentifikasi penyebab dan dampak dari fenomena dan kejadian alam, serta menerapkan pengetahuan yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik dalam memecahkan masalah. Geografi memiliki karakteristik kajian ilmu yang menghubungkan antara alam dengan manusia dimana didalamnya terdapat interaksi antara keduanya. Pada tataran kompetensi yang harus dimiliki fungsi pendidikan dan pembelajaran geografi membina masyarakat yang akan datang untuk sadar akan kedudukannnya sebagai insan sosial terhadap kondisi dan masalah kehidupan yang dialaminya (Fairgrive dalam Sumaatmadja, 1996, hlm.16). Berdasarkan sudut pandang objek kajian dalam geografi, permasalahan di muka Bumi tidak serta merta keseluruhannya dikaji, melainkan memiliki batasanbatasan. Hal yang terpenting dalam kajian geografi yakni menjadikan aspek manusia dan lingkungan sebagai objek penting dalam ruang. Seperti yang tersirat hasil seminar dan lokakarya kualitas guru geografi menurut Pasya (2006, hlm. 82) merumuskan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dalam sudut kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

3 geografi melihat hubungan antara aspek fisik dan aspek sosial dipermukaan bumi sebagai bentuk keanekaragaman yang khas dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Salah satu kajian berkenaan dengan aktivitas manusia melalui sudut pandang geografi yaitu berhubungan dengan aktivitas penduduk ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya. Sumaatmadja (1996, hlm. 60) mengungkapkan bahwa permasalah sosial yang terjadi di permukaan bumi dewasa ini, berpangkal dari penduduk, terutama disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan bahan-bahan kebutuhan hidup. Permasalahan penduduk tidak terlepas dari aspek keruangannya, sehingga erat sekali hubungannya dengan studi geografi. Masalah kependudukan merupakan masalah yang kontekstual yang harus dipahami dan mampu diselesaikan oleh peserta didik sebagai anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk yang memanfaatkan lingkungan sebagai sarana memenuhi kebutuhan hidup. Pemanfaatan lingkungan oleh penduduk sebagai sarana pemenuh kebutuhan menjadikan titik awal adanya sebuah eksplorasi alam. Maka jika mencapai suatu titik keterbatasan alam dalam memenuhi kebutuhan penduduk maka disinilah bermula muncul masalah kependudukan, baik masalah yang muncul secara kualitas maupuan kuantitas kependudukan. Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah kependudukan karena peserta didik merupakan bagian dari komunitas masyarakat dalam skala lebih besar yang disebut sebagai penduduk. Sehingga masalah kependudukan merupakan masalah kontekstual dan faktual untuk diangkat dalam pembelajaran geografi. Sumaatmadja (1996, hlm.61-62) mengungkapkan bahwa manfaat dari mengkaji permasalah penduduk bagi peserta didik dalam proses pembelajaran geografi yaitu: 1. memberikan penjelasan tentang masalah-masalah geografi yang diakibatkan oleh kesenjangan antara faktor penduduk dengan sumber daya lingkungan; 2. membuka kesadaran peserta didik terhadap berbagai masalah sosial ataupun masalah geografi berupa kelaparan, pengangguran, dan lainlain sebagai akibat kesenjangan antara pertumbuhan penduduk permukaan bumi dengan daya dukung lingkungan dalam menjamin kehidupan;

4 3. membina sikap mental masyarakat secara positif terhadap masalahmasalah yang ditimbulkan oleh pertumbuhan, perilaku, dan tindakan penduduk; dan 4. membuka citra, penghayatan, dan kesadaran peserta didik terhadap permasalah kependudukan yang terjadi di dunia khususnya di tanah air indonesia. Berdasarkan ungkapan Sumaatmadja mengenai manfaat belajar tentang kependudukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi mengajak peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya sebagai bagian dari penduduk Indonesia yang peka terhadap permasalahan sosial seperti kelaparan, kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, kualitas pendidikan, angka kelahiran dan kematian, serta daya dukung manusia terhadap lingkungan, dan lain-lain. Belajar tentang kependudukan merupakan bagian dari materi yang dikemas dalam pembelajaran geografi di kelas XI program peminatan ilmu-ilmu sosial pada semester ganjil. Kompetensi terkait dengan aspek pengetahuan yaitu menganalisis dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di Indonesia untuk pembangunan. Sedangkan untuk kompetensi keterampilan peserta didik diharapkan mampu menyajikan laporan observasi tentang dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya manusia di Indonesia dengan memperhatikan prinsip-prinsip geografi dalam bentuk makalah atau bentuk publikasi lainnya. Sedangkan untuk sikap spiritual dan sosial terintegrasi didalamya. Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran, dimana pembelajaran merupakan sistem yang dibangun atas komponen guru, fasiltas, kurikulum, perencanaan, pelaksanan, penilaian, dan lain-lain dimana didalamnya terdapat aktivitas belajar. Terkait dengan proses pembelajaran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa: Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

5 PP No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses di atas menitik beratkan kepada guru agar mampu menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya melalui penyusunan rencana pembelajaran yang mengarah kepada partisipasi peserta didik aktif dan memfasiltasi peserta didik sesuai bakat dan minatnya. Peran penting pembelajan geografi yaitu mengenalkan peserta didik pada lingkungan dengan terbekali kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah lingkungan, sehingga menjadi bagian dari solusi berbagai masalah yang ada. Dalam kenyataannya berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi disekolah bahwa guru mata pelajaran geografi SMA IT As-Syifa Boarding School belum pernah membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah. Sedangkan menurut Sanjaya (2008, hlm.220-221) mengungkapkan bahwa kemampuan memecahkan masalah yang dikemas melalui pembelajaran dengan problem based learning memberikan manfaat: 1) membangun pemikiran kontruktif; 2) memiliki karakteristik kontekstual dengan kehidupan nyata peserta didik; 3) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran; 4) materi pelajaran dapat terliputi dengan baik, dan 5) membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Faktor belum terbekalinya kemampuan memecahkan masalah pada peserta didik di SMA IT As-Syifa Boarding School disebabkan peserta didik sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran yang tidak melibatkan peserta didik aktif apalagi harus menunjukan kemampuan memecahkan masalah, biasanya peserta didik langsung mendapatkan ilmu dari ceramah yang disampaikan guru melalui pengemasan pembelajaran ekspositori. Implementasi kurikulum 2013 melalui proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik menuntut peserta didik untuk membangun pemahamannya sendiri, namun kenyataannya peserta didik merasa enggan untuk mengikuti proses pembelajaran yang diintruksikan oleh guru, dengan tanda peserta didik kurang antusias. Kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian penting dalam membekali peserta didik terutama kemampuan peserta didik dalam menghadapi masalah yang ada disekitar lingkungannya. Kenyataanya pelaksanaan pembelajaran geografi di SMA IT As-Syifa belum sama sekali menggali kemampuan memecahkan masalah peserta didik, padahal sudah jelas betapa

6 pentingnya kemampuan ini kaitannya dengan manusia sebagai penghuni Bumi yang memanfaatkan ruang, sedangkan alam terbatas dalam menyediakan kebutuhan manusia. Mengingat pentingnya kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik, maka pembelajaran geografi memiliki peran didalamnya yakni terkait dengan masalah kependudukan yang ditimbulkan akibat interaksi antara manusia dengan lingkungan. Pembelajaran geografi dalam masalah kependudukan membekali peserta didik sebagai problem solver, sehingga pembangunan akan terealisasi baik secara fisik maupun non fisik (kualitas sumber daya manusia). Inilah pentingnya mengkaji permasalah kependudukan dalam pembelajaran geografi karena akan membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah. Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning memiliki keunggulan dapat membangun pemikiran kontruktif, pembelajaran dilaksanakan secara kontekstual dengan kehidupan nyata peserta didik sehingga berpengaruh terhadap minat dan motivasi dalam pembelajaran, dan membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian dari hasil pembelajaran yang perlu dimiliki oleh peserta didik sebagai sarana membentuk penduduk yang memiliki karakter problem solver bagi permasalah di lingkunganya. Agar terbekalinya kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik kelas XI pada program peminatan ilmu-ilmu sosial di SMA IT As-Syifa Boarding School yang dikemas melalui pembelajaran geografi dalam materi dinamika dan masalahan kependudukan. Maka berdasarkan ungkapan yang telah tersirat dalam latar belakang penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah.

7 B. Rumusan Masalah Pembelajaran geografi yang dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan memecahkan masalah, dalam penelitian ini menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran yang dilakukan dan dikemas dalam pembelajaran geografi melalui materi masalah kependudukan dengan model problem based learning. Model pembelajaran yang direkomendasikan pada kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik untuk membentuk kemampuan memecahkan masalah oleh peserta didik yaitu dengan menggunakan model problem based learning. Indikator kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini terdiri dari kemampuan peserta didik dalam mendefinisikan masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan alternatif solusi, dan menentukan solusi terbaik. Adapun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan mendefinisikan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengidentifikasi masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan merumuskan alternatif solusi pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menetukan solusi terbaik pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 5. Apakah terdapat perbedaaan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis perbedaan kemampuan mendefinisikan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. 2. Menganalisis perbedaan kemampuan mengidentifikasi masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. 3. Menganalisis perbedaan kemampuan merumuskan alternatif solusi pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

8 4. Menganalisis perbedaan kemampuan kemampuan menetukan solusi terbaik pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. 5. Menganalisis perbedaaan kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Penulis paparkan manfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan untuk peneliti dalam memahami model problem based learning dan kemampuan memecahkan masalah. b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bukti empiris mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning dalam kemampuan memecahkan masalah pada matapelajaran geografi. c. Memberikan informasi mengenai efektivitas penerapan model problem based learning pada matapelajaran geografi. 2. Manfaat Paraktik a. Penerapan model problem based learning memberikan variasi pembelajaran sehingga tidak membosankan dalam proses pembelajaran dan mengenalkan proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran geografi kepada peserta didik. b. Mengetahui efektifitas penerapan problem based learning dalam pembelajaran geografi, sehingga guru memperoleh gambaran ketika akan melaksanakan pembelajaran dengan model ini pada materi lain dalam matapelajaran geografi. c. Memberikan masukan kepada sekolah dalam hal manajemen mengenai efektivitas penerapan model-model pembelajaran dalam kurikulum 2013 sehingga menjadi rujukan untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.