I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

LAMPIRAN 1. Alur pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

Uji Saponin Uji Triterpenoid dan Steroid Uji Tanin Analisis Statistik Uji Minyak Atsiri Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman yang berkhasiat sebagai obat-obatan (Muhlisah, 2007). Salah satu tanaman yang sudah dikenal secara luas di Indonesia memiliki khasiat sebagai obat adalah pegagan (Centella asiatica). Beberapa penelitian menemukan bahwa tanaman pegagan memiliki kandungan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga memiliki potensi untuk menjadi bahan alternatif irigasi saluran akar gigi pada perawatan saluran akar gigi (James, 2009). Selain itu, yang menjadi keunggulan pegagan adalah sifatnya yang tidak toksik terhadap jaringan (Sulastry, 2009). Daun pegagan merupakan bahan alam yang mempunyai banyak khasiat. Hasil penelitian membuktikan pegagan memiliki sifat antimikroba, antioksidan, anti inflamasi, dan anti nyeri, dan tidak bersifat toksik. Ekstrak daun pegagan mengandung sterol, tanin, asam esensial (beta - chariophylen, trans - beta - pharnesen, dan germachrene D), phytosterol (kampesterol, sitosterol, dan stigmasterol ), mucus, resin, asam amino bebas (alanin, serine, aminobutyrate, aspartat, glutamat, lysin, dan treonine), flavonoid (turunan dari chercetin dan kempferol), alkaloid (hydrochotine), dan bitter component (James, 2009). 1

Selain itu, daun pegagan juga mengandung berbagai asam lemak, antara lain adalah asam linoleat, linolenic, asam oleat, asam palmitat, dan asam stearat (Srivastava dkk., 1997). Komponen ekstrak pegagan yang memiliki sifat antibakteri adalah minyak atsiri, flavonoid, dan triterpenoid saponin. Salah satu senyawa yang terdapat pada minyak atsiri pegagan adalah fenol. Mekanisme kerja senyawa fenol dalam membunuh sel bakteri, yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri. Akibat terdenaturasinya protein sel bakteri, maka semua aktivitas metabolism sel bakteri terhenti, sebab semua aktivitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh enzim yang merupakan protein (Lawrence dan Block,1968). Flavonoid memiliki kemampuan membentuk kompleks dengan protein sel bakteri melalui ikatan hidrogen. Struktur dinding sel dan membran sitoplasma bakteri yang mengandung protein menjadi tidak stabil karena struktur protein sel bakteri menjadi rusak karena adanya ikatan tersebut, sehingga protein sel bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologisnya (Harborne, 1987). Flavonoid juga menyebabkan perubahan pada membran sel bakteri yang diikuti dengan masuknya air yang tidak terkontrol ke dalam sel bakteri, hal ini menyebabkan pembengkakan sel bakteri dan akhirnya membran sel bakteri pecah.(black dan Jacobs, 1993). Triterpenoid saponin merupakan salah satu komponen pegagan yang memiliki aktifitas antimikroba dan berperan melindungi dari infeksi pathogen. Selain itu, Triterpenoid saponin juga bertanggung jawab untuk penyembuhan luka dengan 2

menginisiasi produksi kolagen I, yaitu protein yang mempercepat proses penyembuhan luka dan meningkatkan aktivasi makrofag (Zheng, 2007). Komponen senyawa yang terkandung dalam pegagan ada yang bersifat polar ataupun nonpolar. Untuk dapat menarik kedua senyawa tersebut, perlu dilakukan ektraksi dengan pelarut yang bersifat universal. Etanol merupakan pelarut yang mampu melarutkan senyawa polar maupun nonpolar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dash dkk. (2011) tentang aktifitas antibakteri ekstrak pegagan dengan berbagai penyari (petroleum eter, etanol, kloroform, n-heksana, dan air) terhadap beberapa bakteri. Ekstrak etanol daun pegagan sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan seluruh mikroorganisme tersebut dengan zona hambat 12 19 mm. Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan mempertahankan gigi agar tetap berada dalam mulut dan dapat berfungsi dengan baik. Perawatan saluran akar gigi terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluran akar (cleaning and shaping). Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian (Grossman dkk., 1995). Menurut Molander (1998), salah satu bakteri patogen yang sering ditemukan pada infeksi saluran akar gigi adalah Enterococcus faecalis. Enterococcus faecalis adalah bakteri yang termasuk dalam grup Streptococcus (Ryan, 2004). Enterococcus 3

faecalis termasuk mikroorganisme non-motile, bersifat anaerob fakultatif, dapat melakukan fermentasi glukosa tanpa memproduksi gas, dan tidak menghasilkan reaksi katalase dengan hidrogen peroksida. Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup di lingkungan yang sangat keras, termasuk ph basa yang ekstrim (9,6) dan konsentrasi garam yang tinggi (Stuart dkk., 2006). Seperti spesies lain dalam golongannya, E. faecalis dapat menyebabkan infeksi pada manusia, misalnya endokarditis, bakteremia, infeksi saluran kemih (ISK), meningitis, dan infeksi lain pada manusia (Murray, 1990). Sebelum dilakukan pengisian atau penutupan saluran akar dengan bahan pengisi, hendaknya saluran akar dibersihkan dan didisinfeksi dengan menggunakan larutan irigasi yang dilakukan pada tahapan preparasi saluran akar. Larutan irigasi adalah larutan yang digunakan untuk membuang dan melarutkan sisa-sisa preparasi (debris) saluran akar, memberi pelumas, dan sebagai antibakteri (Walton dan Torabinejad, 2008). Bila tidak disertai irigasi, jaringan dan debris dari sistem saluran akar tidak dapat dibersihkan secara sempurna dan dikhawatirkan bila tidak diperoleh keadaan saluran akar yang bersih, akan terjadi infeksi saluran akar oleh mikroorganisme yang belum terdisinfeksi (Grossman dkk., 1995). Menurut Mulyawati (2011), bahan ideal untuk irigasi saluran akar adalah bahan yang memiliki sifat antimikroba, dapat melarutkan jaringan organik, mampu melarutkan smear layer, tegangan permukaan yang rendah, dan toksisitas yang rendah. Bahan irigasi saluran akar yang umum digunakan secara luas pada saat ini 4

adalah sodium hipoklorit, EDTA, dan chlorhexidine gluconate. Disamping efektifitasnya yang tinggi, bahan-bahan tersebut juga memiliki efek samping yang tidak sedikit. Sodium hipoklorit merupakan bahan yang iritatif dan kaustik terhadap jaringan dikarenakan PH yang sangat basa (12-13), dan pada konsentrasi 5,25% sodium hipoklorit bersifat sangat toksik kepada jaringan periapikal gigi (Spangberg, 2002). Sedangkan chlorhexidine gluconate, walaupun belum terbukti menyebabkan kerusakan jaringan pada penggunaan jangka panjang, chlorhexidine gluconate terbukti dapat menimbulkan respon inflamasi pada jaringan jika terpapar pada daerah sekitar saluran akar gigi (Yessilsoy dkk., 1995). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai bahan alternatif irigasi saluran akar gigi yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan tidak bersifat toksik bagi jaringan. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri, (2012) mengenai daya antibakteri ekstrak daun pegagan terhadap bakteri E. faecalis sebagai larutan sterilisasi saluran akar gigi dengan metode dilusi menggunakan media Mueller Hinton Broth, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol pegagan memiliki efek antibakteri terhadap E. faecalis dengan kadar bunuh minimum (KBM) pada konsentrasi 15%. Selain itu, hasil prepenelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa konsentrasi yang memiliki aktifitas antibakteri yang cukup signifikan terhadap bakteri E. faecalis adalah ekstrak pegagan dengan konsentrasi 20% dan 30%. Berdasarkan latar 5

belakang tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan uji aktifitas antibakteri menggunakan ekstrak pegagan dengan konsentrasi sebesar 20% dan 30%. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak daun pada tanaman pegagan (Centella asiatica) dengan konsentrasi 20% dan 30% mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Enterococcus faecalis. C. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai efektifitas ekstrak daun pegagan telah dilakukan sebelumnya. Rahmawati, (2010) melakukan penelitian in vitro tentang efek antibakteri ekstrak etanol pegagan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan penyari etanol dengan konsentrasi 96%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol pegagan menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri, (2012) mengenai daya antibakteri ekstrak daun pegagan terhadap bakteri Enterococcus faecalis dengan menggunakan metode dilusi menggunakan media Mueller Hinton Broth membuktikan bahwa ekstrak etanol pegagan memiliki efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis dengan KBM 15%. Beberapa data diatas menunjukan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan belum ada penelitian yang menguji daya 6

antibakteri ekstrak daun pegagan dengan konsentrasi 20% dan 30% dengan metode difusi, sebagai larutan irigasi saluran akar terhadap bakteri Enterococcus faecalis. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak daun pegagan dengan konsentrasi 20% dan 30% sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar terhadap bakteri Enterococcus faecalis. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan pengetahuan mengenai daya antibakteri ekstrak daun pegagan sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar terhadap bakteri Enterococcus faecalis. 2. Menambah informasi dalam bidang kedokteran gigi khususnya dalam bidang konservasi gigi. 7