BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luasnya ruang lingkup perusahaan mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas ekstern yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas atau pemeriksa intern dalam usaha meningkatkan pengendalian intern perusahaan yang efektif dan efisien. Pengendalian intern perusahaan didesain sebaik mungkin supaya aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Salah satu komponen pengendalian internal menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) adalah penaksiran risiko yang berarti identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola (Konsorsarium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004). Audit internal berperan membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dalam mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas dari proses manajemen risiko, pengendalian internal, dan governance dalam hal memberikan tingkat keyakinan kepada manajemen dan komite audit mengenai kehandalan pengendalian risiko, melakukan penilaian yang independen dan obyektif terhadap struktur dan proses governance. Ketentuan ini diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang medukung eksistensi Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN sudah cukup memadai. Di dalam Undang-undang 19/2003 mengenai BUMN diatur lebih lanjut dalam PP 45/2005 perihal Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, mengenai eksistensi, tugas dan tanggung jawab, serta pelaporan SPI. Pokok-pokok kebijakan semacam itu bahkan telah ada sejak PP 3/1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). (Tjun Tjun dkk,2012). 1
2 PT PLN (Persero) sebagai salah satu perusahaan BUMN pada semester I tahun 2014 mengalami pertumbuhan dengan nilai yang mencapai Rp145,1 triliun dibandingkan pada semester I tahun 2013 yang mencapai Rp116,7 triliun. Kenaikan pendapatan usaha tersebut disebabkan oleh kenaikan volume penjualan kwh tenaga listrik dari tahun 2013 sampai tahun 2014. (Laban Laisila dan Tengku Sufiyanto, www.suara.com). Dengan kenaikan pendapatan tersebut hendaknya perlu diwaspadai hal ini mengingat beberapa masalah yang terjadi pada PT PLN (Persero). Kasus korupsi PT PLN ranting Sekadau Cabang Sanggau Kalimantan Barat, yang dilakukan terpidana Mangarican Sitorus bermula dari tindakan terpidana yang melakukan pungutan saat PLN mencanangkan program pelaksanaan Gerakan Sejuta Sambungan Sehari pada 2010 di lingkungan PT PLN ranting Sekadau Cabang Sanggau. Dia memungut biaya penyambungan listrik melebihi dari biaya yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain uang yang resmi diserahkan ke negara, ada juga uang yang dinikmatinya sekitar Rp 1,2 miliar. (Aseanty Pahlevi, 2014, www.tempo.co). Panja Hulu Listrik DPR berencana membawa kasus kerugian keuangan negara sebesar Rp37 triliun di PT PLN pada tahun 2008-2009 lalu, bahkan selain menyelidiki, DPR juga akan mendorong BPK untuk kembali melaksanakan audit investigatif atas kerugian Rp37 triliun di PT PLN, termasuk kepada Dahlan Iskan, Menteri BUMN yang saat tahun audit tersebut merupakan Dirut PT PLN. (http://www.beritasatu.com). Kasus lainnya adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumatera Utara minta Badan Pengawas Keuangan (BPK) mengaudit Perusahaan Listrik Negara di provinsi tersebut karena PLN tersebut sering melakukan pemadaman yang merugikan konsumen dan masyarakat. Pemadaman listrik yang terjadi dua kali dalam satu hari itu. Dengan gambaran fenomena tersebut menunjukkan lemahnya audit internal yang dilakukan yang menyebabkan pengawasan atau pengendalian tidak optimal. Lemahnya independensi diindikasikan bahwa kedudukan audit internal memiliki rangkap jabatan dengan bagian non audit mengingat jumlah karyawan tetap pada PT PLN hanya 320 orang yang lebih sedikit dibandingkan dengan
3 karyawan outsourching yang mencapai 9.000 orang sehingga kedudukan auditor tidak tetap pada posisinya. Sehingga independensi audit internal dapat dipengaruhi oleh bagian-bagian lainnya karena faktor jabatan yang diduduki. Selain itu kurangnya kompetensi audit internal mengingat kurangnya pendidikan dan pelatihan dan auditor internal tidak bersertifikat QIA. Untuk menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi diperlukan peningkatan mutu professionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara, semangat kesatuan dan persatuan, dan pengembangan wawasan pegawai negeri sipil, salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan jabatan. Pentingnya tanggung jawab auditor dalam melaksanakan pekerjaannya untuk meningkatkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan tidak hanya perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam pengauditan. Seorang auditor internal dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012:16). Menurut Astuti (2010), banyak instansi yang mengikuti pelatihan audit internal, antara lain BUMN, BUMD, Bank, Perusahaan Publik, Rumah Sakit, bahkan Pengawas Keuangan (BPK) juga mengikuti pelatihan di YPIA. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi auditor internal di Indonesia masih harus terus ditingkatkan. Untuk melaksanakan audit internal diperlukan sikap mental independen (Independent Mental Atitude). Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara independensi dan kompetensi auditor internal akan mempengaruhi terciptanya pelaksanaan audit yang berkualitas. Berdasarkan latar belakang penelitian maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor Internal Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal
4 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh independensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten 2. Bagaimana kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten 3. Bagaimana pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh independensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten. 2. Pengaruh kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten. 3. Pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal pada PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten. 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: a. Penulis Untuk menambah pengetahuan dan sebagai alat ukur kemampuan teori yang didapat dari perkuliahan maupun dari literatur yang ada dalam penerapannya dengan masalah yang dihadapi perusahaan. b. Perusahaan Diharapkan dapat memberikan masukan-masukan atau sumbangan pikiran yang berguna bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan efektivitas dalam mengelola pengendalian internal perusahaan di masa yang akan datang.
5 c. Pemerintah dan Masyarakat Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan juga referensi bagi pembaca maupun peneliti dalam melakukan penelitian dengan topik permasalahan yang sama, sehingga kekurangan dalam penulisan ini dapat dilengkapi. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT PLN Unit Distribusi Jabar Banten. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sampai penyusunan selesai, penulis merencanakan pelaksanaan penelitian mulai bulan Juli 2014.