BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Semarang berada pada koordinat 6 0 55 34 LS s.d. 7 0 07 04 LS dan 110 0 16 20 BT s.d. 110 0 30 29 BT memiliki wilayah pesisir di bagian utara dengan garis pantai sepanjang ± 13 km yang rentan terhadap permasalahan naiknya muka laut dan terjadinya Kenaikan muka laut (sea level rise) disebabkan oleh pencairan es di kutub utara dan kutub selatan bumi karena naiknya suhu permukaan global. Peningkatan suhu permukaan global atau pemanasan global ini merupakan salah satu fenomena alam yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adanya efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon di atmosfer bumi (Mustain, 2002). Pemanasan global adalah suatu perubahan fenomena iklim global yang ditandai dengan peningkatan temperatur rata-rata permukaan bumi dari tahun ke tahun. Menurut laporan International Panel on Climate Change (IPCC), rata-rata suhu permukaan global meningkat 0,3 s.d. 0,6 0 C sejak akhir abad 19 sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 s.d. 5,8 0 C (Dahuri dan Bratasida, 2002). Salah satu teknologi yang digunakan untuk mengamati variasi kedudukan permukaan air laut adalah pengamatan pasang surut laut. Pasang surut laut merupakan fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005). Secara umum pengamatan pasang surut laut dilakukan dengan pengukuran menggunakan palem atau tide gauge, 1
2 yang mencatat ketinggian muka laut setiap interval waktu tertentu. Lamanya pengamatan pasang surut dibedakan menjadi tiga, yaitu pengamatan sesaat (25 s.d. 39 jam), pengamatan untuk keperluan praktis (15 hari s.d. 1 bulan) dan pengamatan untuk penentuan datum vertikal (18,61 tahun) yang disebut sebagai pasang surut sejati (Ali, dkk., 1994). Dengan melakukan pengamatan pasang surut tersebut dapat diperoleh ketinggian muka laut rata-rata lokal. Ketinggian muka air laut rata-rata lokal didefinisikan sebagai tinggi muka laut yang dirata-ratakan selama waktu tertentu terhadap titik referensi yang terdapat pada setiap stasiun pengamatan pasang surut. Penurunan muka tanah didefinisikan sebagai semakin rendahnya permukaan tanah relatif terhadap suatu bidang referensi tertentu yang stabil. Terjadinya muka tanah dapat disebabkan oleh fenomena alam seperti kompaksi sedimen dan aktifitas tektonik, maupun akibat pengambilan air tanah secara berlebihan, beban berat yang ditimbulkan oleh konstruksi bangunan dan penambangan (Adi, dkk., 1994; Murdohardono dan Marhento, 1999 dalam Yulaikhah, 2001). Daerah pesisir Semarang merupakan daerah dengan lapisan tanah muda yang lunak sehingga masih terus mengalami pemampatan (BAPPEDA Semarang, 2000 dan Sarbidi, 2002). Lebih lanjut menurut Sarbidi (2002) muka tanah di wilayah Pantai Semarang mencapai 2 s.d. 20 cm/tahun. Pemantauan muka tanah dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi satelit GPS yang terbukti cukup efektif untuk memantau muka tanah yang biasanya berada pada fraksi milimeter (Abidin, 1998). Pada prinsipnya
3 pemantauan muka tanah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penentuan koordinat secara teliti dari bench mark stasiun pasang surut secara periodik. Dengan melihat pola dan kecepatan perubahan koordinat antara pengamatan satu dengan yang pengamatan berikutnya maka karakteristik muka tanah dapat diketahui dan dievaluasi lebih lanjut. Penelitian-penelitian terdahulu melihat permasalahan tersebut secara terpisah yaitu hanya mengkaji kenaikan muka lautnya saja dengan pengamatan pasang surut yang belum terintegrasi dengan meneliti muka tanah dengan teknologi pengamatan dengan GPS. Untuk mengetahui seberapa besar permasalahan tersebut saling berpengaruh maka perlu dilakukan penelitian secara terintegrasi antara pengkajian kenaikan muka laut dan muka tanah di stasiun pasang surut Semarang, sehingga dalam penelitian ini disajikan hubungan antara kenaikan muka laut dan muka tanah di stasiun pengamatan pasang surut Semarang dalam hubungan fungsional. I.2. Perumusan Masalah Wilayah Perairan Utara Semarang memiliki dua permasalahan utama yaitu peningkatan muka laut dan Peningkatan muka laut dapat diidentifikasi dengan menggunakan data pasang surut laut. Penurunan muka tanah di stasiun pasang surut yang dapat ditentukan dengan pengamatan multi-epoch GPS. Saat ini penelitian yang ada baru dilakukan secara terpisah belum terintegrasi sehingga belum diketahui hubungan antara kenaikan muka laut dan muka tanah yang terjadi.
4 Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berapa nilai peningkatan muka air laut di Perairan Utara Semarang berdasarkan data pengamatan pasang surut? 2. Berapa nilai muka tanah di stasiun pasang surut Semarang berdasarkan pengamatan dengan GPS? 3. Bagaimana hubungan fungsional dan pengaruhnya dari kenaikan muka laut dan muka tanah yang dapat menggambarkan posisi geometrik stasiun pasang surut Semarang? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah menentukan hubungan fungsional dan pengaruhnya antara kenaikan muka laut dan muka tanah yang dapat menggambarkan kondisi riil pantai Semarang. Dalam mencapai tujuan umum diperlukan beberapa tujuan khusus dari penelitian ini yang meliputi : 1. Menentukan besar peningkatan muka air laut di Perairan Utara Semarang. 2. Menentukan besar muka tanah di stasiun pasang surut Semarang. 3. Menentukan fungsi antara kenaikan muka laut dan muka tanah di stasiun pasang surut Semarang.
5 I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan fakta bahwa banyak permasalahan yang timbul dari kenaikan muka laut dan muka tanah di Semarang, dengan diketahuinya hubungan fungsional diantara ke dua fenomena tersebut dapat diaplikasikan untuk mengestimasi daerah tergenang banjir rob. 2. Hubungan fungsional yang dihasilkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan pada aspek pembangunan di wilayah Perairan Utara Semarang, di antaranya rencana tata ruang dan tata wilayah. I.5. Batasan Masalah Penelitian ini membahas penentuan hubungan fungsional kenaikan muka laut dan muka tanah di Perairan Utara Jawa khususnya Kota Semarang, Jawa Tengah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Lingkup pengaruh dari kenaikan muka laut dan muka tanah dalam penelitian ini adalah di sekitar stasiun pasang surut Semarang. 2. Metode yang digunakan untuk pengolahan data analisis harmonik pasang surut menggunakan hitung kuadrat terkecil metode parameter. 3. Analisis pola kenaikan muka laut perairan Semarang berdasarkan faktor muka tanah di stasiun pasang surut Tanjungmas.
6 4. Analisis muka tanah dilakukan dengan menghitung nilai dan kecepatan perubahan kedudukan vertikal muka tanah dalam periode tahunan. 5. Gambaran hubungan fungsional yang dimaksud adalah hubungan matematis antara nilai kenaikan muka laut (tahun 1985 s.d. 2011) dengan nilai muka tanah (tahun 2009 s.d. 2012) di stasiun pasang surut Semarang. I.6. Keaslian Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu lokasi penelitian berada di Perairan Utara Semarang. Data yang digunakan adalah data pasang surut dan data multi-epoch GPS. Software yang digunakan adalah t-tide dan GAMIT/GLOBK. Tujuan penelitian untuk menentukan hubungan fungsional antara kenaikan muka laut dan Perbedaan tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Tabel I.1. Tabel I.1. Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu No Kriteria 1 Lokasi penelitian 2 Hal yang diteliti Adhitya (2003) Wirasatriya (2005) Penelitian Wirasatriya (2006) Michelle S. dan Justin T. B. (2007) Penulis (2014) Semarang Semarang Semarang California Semarang Peningkatan muka laut rata-rata tahunan. Pengkajian komponen, tipe pasang surut, dan perkembang an kedudukan muka laut. Kajian elevasi bench mark dan laju tanah di wilayah pesisir Semarang. Penurunan Penentuan hubungan fungsional antara peningkatan mula laut dan
7 Tabel I.1 (Lanjutan) No Kriteria 3 Data yang digunakan Adhitya (2003) Data pasang surut laut. Wirasatriya (2005) Data pasang surut laut. Penelitian Wirasatriya (2006) Data elevasi BM dan data spot height. Michelle S. dan Justin T. B. (2007) Data pengamatan GPS dan InSAR. 4 Software Admiralty Admiralty ArcGIS 9.1 Trimble Geomatics Office 5 Tujuan penelitian Menentukan besar peningkatan muka laut rata-rata tahunan. Mengetahui tipe pasang surut dan laju kenaikan muka laut di perairan Semarang. Mengetahui model sebaran tanah. Penentuan tingkat Penulis (2014) Data pasang surut laut dan data T-tide dan GAMIT/ GLOBK Menentukan hubungan fungsional antara peningkatan muka laut dan Pada Tabel I.1 dapat dijelaskan bahwa penelitian mengenai peningkatan pasang surut muka laut di Semarang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adhitya (2003) meneliti tentang peningkatan muka laut rata-rata tahunan yang diolah menggunakan perangkat lunak Admiralty. Hasilnya diperoleh nilai besar kenaikan muka laut rata-rata tahunan di Stasiun Pasang Surut Semarang. Peneliti lainnya yaitu Wirasatriya (2005) mengkaji komponen, tipe pasang surut, dan perkembangan kedudukan muka laut dengan menggunakan perangkat lunak Admiralty. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui tipe pasang surut dan mengetahui laju kenaikan muka laut di Perairan Semarang. Sedangkan penelitian mengenai muka tanah yang telah dilakukan oleh Wirasatriya (2006) mengkaji elevasi bench mark dan laju tanah di wilayah pesisir Semarang menggunakan data elevasi BM dan data spot height. Pengolahan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.1 untuk mengetahui model sebaran
8 tanah di wilayah Semarang. Peneliti lainnya yang meneliti muka tanah adalah Michelle S. dan Justin T. B. (2007). Penelitian tersebut menggunakan data pengamatan GPS dan InSAR. Data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak Trimble Geomatics Office untuk menentukan tingkat muka tanah di California, Amerika Serikat. Berdasar uraian yang disebutkan sebelumnya dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai peningkatan muka laut di perairan Semarang dengan menggunakan data pasang surut laut telah banyak dilakukan, begitu juga dengan penelitian yang mengkaji tentang penentuan tingkat tanah. Namun demikian, penelitian tersebut dilakukan secara terpisah atau belum terintegrasi antara permasalahan kenaikan muka laut dan muka tanahnya.