16 HASIL DAN PEMBAHASAN Spesies Lalat Buah yang Tertangkap Jumlah seluruh imago lalat buah yang tertangkap oleh perangkap uji selama penelitian adalah sebanyak 12 839 individu. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 7 spesies imago lalat buah yang tertangkap yaitu: B. carambolae, B. dorsalis, B. papayae, B. umbrosa, B. cucurbitae, B. occipitalis, B. albistrigata (Tabel 1) dan (Lampiran 1). Hasil tangkapan menunjukkan bahwa B. carambolae merupakan lalat buah yang dominan di lokasi penelitian, hal ini disebabkan B. carambolae dapat hidup dan berkembang dengan baik. Menurut Siwi et al. (26) jambu biji merupakan inang lain dari B. carambolae. Dalam penelitian Ginting (29) dan Muryati et al. (25), lalat buah B. carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah yang populasinya melimpah di tanaman buah. Hal tersebut disebabkan karena tanaman inang dari kedua spesies ini sangat beragam dan hampir selalu ada. Tabel 1 Spesies lalat buah yang tertangkap di lahan penelitian Spesies Jumlah B. carambolae 11 287 B. dorsalis 763 B. papayae 753 B. umbrosa 22 B. occipitalis 7 B. curcurbitae 5 B. albistrigata 2 Total 12 839 Tangkapan spesies B. dorsalis dan B. papayae memperlihatkan jumlah yang relatif banyak tetapi masih didominasi oleh B. carambolae (Tabel 1). Spesies B. carambolae merupakan hama mayor dalam dorsalis kompleks. Menurut Drew dan Romig (1997) B. carambolae tersebar di Malaysia, Indonesia, dan Singapura.
17 Hal tersebut yang menyebabkan B. carambolae banyak ditemukan dalam hasil penelitian ini. Spesies B. dorsalis, B. papayae, dan B. carambolae dikenal sebagai hama penting untuk komoditas buah-buahan tropika. Ketiga lalat buah ini memiliki inang yang cukup luas. Dalam Vijaysegaran (1997), Tanaman inang B. carambolae adalah belimbing, jambu biji, mangga, sukun, dan beberapa buahbuahan lainnya. Tanaman inang B. dorsalis adalah jeruk, belimbing, jambu biji, mangga, pepaya, persik, pear. Spesies B. papayae memiliki tanaman inang pisang, belimbing, jeruk, mangga, pepaya, dan lainnya. Lalat buah yang sedikit tertangkap oleh perangkap yang diujikan adalah B. umbrosa, B. cucurbitae, B. occipitalis, dan B. albistrigata. Hal ini mungkin disebabkan jambu biji bukan merupakan inang yang sesuai dari lalat buah tersebut sehingga populasinya lebih rendah di lokasi penelitian. Lalat buah B. umbrosa dilaporkan telah tersebar di Indonesia dan menyerang tanaman sukun dan nangka (Vijaysegaran 1997). Lalat buah B. cucurbitae ditemukan pada buah ketimun, waluh, semangka, melon, tomat, cabai yang sudah masak dan sayuran lainnya (Siwi et al. 26). Spesies B. occipitalis dikenal sebagai hama pada mangga dan jambu biji (Drew dan Hancock 1994) dan B. albistrigata juga memiliki inang dari tanaman famili Myrtacea (Siwi et al. 26), tetapi dalam hasil penelitian kedua spesies tersebut menunjukkan populasi yang rendah. Hal ini mungkin dikarenakan penyebaran kedua spesies tersebut belum banyak di daerah Jawa, terutama Bogor. B. occipitalis dilaporkan ditemukan di Sabah Malaysia timur (Drew dan Romig 1997). Spesies ini merupakan tipe lokal di Filipina. Manila (Drew dan Hancock 1994). Dilaporkan B. albistrigata ditemukan pada tanaman jambu bol di daerah Jawa (Hardy 1983 dalam Siwi et al. 26). Kedua spesies ini merupakan spesies non dominan, sehingga kelimpahan populasinya kecil. Spesies yang jarang ditemukan dapat merupakan spesies yang menetap dan mencari makan di suatu habitat atau mungkin hanya penjelajah eksidental (tidak tetap) dari habitat yang berdekatan atau bahkan jenis migran (Rickleft 1978 dalam Ginting 29).
18 Populasi Lalat Buah yang Tertangkap Hasil dari pengamatan yang dilakukan selama 16 minggu menunjukkan bahwa jumlah tangkapan lalat buah lebih ditentukan oleh jenis atraktan daripada warna bola perangkap. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap KM dan MM yang beratraktan metil eugenol menunjukkan hasil tangkapan yang tidak berbeda nyata dengan bola perangkap KL dan ML yang menggunakan atraktan lem beraroma. Sedangkan seluruh bola perangkap yang menggunakan atraktan metil eugenol dan bola perangkap lem beraroma (KM, MM, KL, dan ML) memberikan hasil tangkapan yang berbeda nyata dengan seluruh bola perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat (KP dan MP), bola perangkap warna kuning dan merah tanpa atraktan (K dan M) dan tanpa perangkap (TP) (Tabel 2). Perangkap bola berwarna yang menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma memiliki hasil tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat. Hal ini mungkin disebabkan protein hidrolisat yang mudah hilang karena menguap dan terkena air hujan. Menurut Vickers (1997), protein hidrolisat dalam keadaan tertentu tidak cukup berhasil mengendalikan lalat buah. Ketika populasi lalat buah tinggi, protein hidrolisat tidak cukup menarik lalat buah betina. Protein hidrolisat juga memiliki persistensi yang rendah di alam. Warna bola perangkap yang berbeda dengan atraktan yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap tangkapan lalat buah. Namun ada kecenderungan lalat buah lebih banyak tertangkap oleh bola perangkap menggunakan kombinasi warna kuning dibandingkan warna merah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa bola perangkap yang berwarna kuning dengan atraktan lem beraroma dan metil eugenol memiliki nilai tangkapan lalat buah yang tinggi setiap minggunya, terutama tangkapan pada minggu ke-12 (Tabel 2). Menurut Economopoulos (1989), warna yang paling disukai lalat buah adalah kuning, terutama warna kuning terang. Lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap yang beratraktan metil eugenol tidak berbeda nyata dengan perangkap lem beraroma, tetapi pada minggu ke-13, ke-14, dan ke-16 kedua atraktan tersebut memberikan tangkapan yang berbeda nyata.
19 Tabel 2 Tangkapan imago lalat buah pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap b Minggu a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 12 l13 14 15 16 K 3.3b 2.7b 3b 5.3b 3b 3.6b 3b 5b 3.7b 4.7b 4.7b.7c 8.7cd 5.3cd 1b KM 37a 4a 35.3a 54a 45.3a 72a 67a 95.7a 5.7a 68a 11.3a 56.3a 49.7b 37abc 14.3b KL 67.7a 57.7a 44.7a 44.7a 41.7a 82.7a 7a 83a 72.3a 88.7a 84a 21b 11a 69.7a 95a KP 2.3b 1b 1.3b 11.3b 3b 5.3b 4b 11.3b 8.7b 11.3b 9.7b 4.3c 9cd 6cd 1b M 4.6b 4.3b.3b 8.3b 8.7b 2.3b 2b 4b 5b 3.7b 2.5b 11.3bc 19.3c 16.5bcd 3.7b MM 67.3a 34.7a 38.7a 45.3a 54a 8a 52a 8a 4.67a 64a 7.7a 67.7a 41.3b 19bcd 12.3b ML 55.7a 45a 33.5a 65.3a 35a 67.3a 59.7a 69.3a 72.7a 72.7a 73a 21.3b 81a 49.7ab 69.7a MP 1b 2.7b 2.3b 1.5b 2b 3.3b 2b 1.3b 3.3b 2.5b 16.3b 12bc 8.7cd 2.7d 2.3b TP b b b b b b b b b b b c d d b a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji selang berganda Duncan pada taraf 5%. b KM = bola kuning dengan metil eugenol, KL = bola kuning dengan lem beraroma, KP = bola kuning dengan protein hidrolisat, dan K= bola kuning tanpa bahan atraktan. MM = bola merah dengan metil eugenol, ML = bola merah dengan lem beraroma, MP = bola merah dengan protein hidrolisat, M = bola merah tanpa atraktan, dan TP = tanpa perangkap. Hasil pengamatan minggu ke-11 tidak ditampilkan tangkapan karena ada beberapa data tangkapan yang hilang.
2 Pada minggu ke-14 dan ke-16 bola perangkap kuning atau merah dengan atraktan metil eugenol memiliki kemampuan yang sama dengan atraktan protein hidrolisat, karena tangkapan kedua atraktan tersebut pada bola perangkap kuning ataupun merah tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini bisa disebabkan karena sumber makanan, bola perangkap menjadi kotor atau dari lem perangkap uji yang tidak rekat pada bola atau luntur dari bola. Hasil penelitian Economopoulus (1989), Perangkap kotor dapat mengurangi kemampuan menarik lalat buah untuk datang. Tangkapan lalat buah setiap minggunya terlihat berfluktuasi. Pada minggu ke-7 hingga minggu ke-16 relatif lebih tinggi daripada minggu ke-1 sampai minggu ke-6. Tangkapan yang paling tinggi terjadi pada minggu ke-12 (Gambar 5). Pada minggu ke-8 hingga ke-16 bola perangkap protein hidrolisat dengan warna kuning (KP) memberikan tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan bola perangkap warna kuning tanpa atraktan (K). Bola perangkap protein hidrolisat dengan warna merah (MP) juga memberikan tangkapan lalat buah yang tinggi dibandingkan bola perangkap warna merah tanpa atraktan (M) pada minggu ke-12 dan ke-13. Protein hidrolisat dapat efektif mengendalikan serangan lalat buah (Allwood 1997b) dan penambahan makanan pada perangkap visual dapat meningkatkan tangkapan lalat buah (Economopoulus 1989). Jumlah 12 1 8 6 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 12 13 14 15 16 Minggu Gambar 5 Lalat buah yang tertangkap pada tiap minggunya. K KM KL KP M MM ML MP TP
21 Tangkapan Tiga Spesies Lalat Buah Tiap Minggu Bactrocera carambolae Bola perangkap berwarna menggunakan lem beraroma (KL dan ML) dan metil eugenol (KM dan MM) memiliki hasil tangkapan yang tinggi dan tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan perangkap KP, MP, K, dan M. Perangkap atraktan dengan kombinasi warna kuning memberikan nilai tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan kombinasi dengan warna merah (Tabel 3). Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa bola perangkap warna dengan atraktan metil eugenol dan bola perangkap lem beraroma lebih efektif menangkap imago B. carambolae dibandingkan bola perangkap dan atraktan lainnya. Metil eugenol dapat menarik B. carambolae (Vijaysegaran 1997). Bactrocera dorsalis Jumlah imago B. dorsalis yang tertangkap sangat fluktuatif setiap minggunya. Bola perangkap warna menggunakan atraktan lem beraroma, protein hidrolisat, dan tanpa atraktan memberikan nilai tangkapan yang tidak berbeda nyata hampir setiap minggunya (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa semua bola perangkap memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap B. dorsalis. Bola perangkap KM pada minggu ke-3, ke-5, ke-6, ke-8 hingga minggu ke-13 memiliki nilai tangkapan yang tertinggi. Bola perangkap MM minggu ke-1, ke-2, ke-4, ke-7, dan minggu ke-13 memiliki nilai tangkapan yang tertinggi dari bola perangkap lainnya. Kombinasi warna kuning dengan atraktan metil eugenol memiliki nilai tertinggi pada minggu ke-8 hingga minggu ke-12 (Tabel 4). Seluruh bola perangkap yang menggunakan metil eugenol memiliki potensi yang lebih baik dalam menangkap imago lalat buah. Lalat buah jantan dari spesies B. dorsalis sangat tertarik oleh metil eugenol (Drew dan Hancock 1994). Kombinasi warna kuning juga memiliki potensi dalam menarik imago B. dorsalis lebih banyak dibandingkan kombinasi warna merah.
22 Tabel 3 Tangkapan imago B. carambolae pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap* Minggu* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 12 13 14 15 16 K 3.3b 2.3b 2.7b 4.7b 2.7b 3.7b 2.7b 4.7b 3.7b 4b 3b.7c 5.3cd 4cd.7b KM 28.a 34.7a 27.3a 5.7a 4.7a 65.7a 65.3a 87.3a 44.3a 57.3a 95.3a 56.3a 45.3b 33abc 12.7b KL 53.7a 48a 4.3a 37.3a 38.7a 75a 67.3a 77.3a 6.7a 78.7a 72.3a 19.7b 92a 65.3a 87a KP 2.3b 1b 1b 11b 3b 5.3b 3.5b 11b 7.3b 8.7b 7.3b 4bc 8cd 5.7cd 8.3b M 4.3b 5.5b.3b 7.7b 8.3b 2.3b 12b 3b 4b 2.7b 2.5b 1.3bc 17.7c 1cd 3.3b MM 49.3a 22ab 35.7a 41.3a 51.3a 71.3a 48a 76.3a 34.7a 56a 6.7a 58.3a 35b 16.5bcd 11b ML 43.7a 38.7a 29a 61a 33.7a 6.3a 56.3a 65.7a 61.7a 64.7a 65.3a 19.3b 71.7a 44.7ab 6.3a MP.7b.7b 1.7b 1b 1.7b 3.3b 2b.3b 2.7b 1b 11b 1.7bc 7cd 2d 2b TP b b b b b b b b b b b c d d b *Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
23 Tabel 4 Tangkapan imago B. dorsalis pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap* Minggu* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 12 13 14 15 16 K 1.7ab.3b 1ab 2.3ab 1ab.7ab.3a 1b 1.3ab 1bc 2.3ab 1ab 2.3ab.7b a KM 6ab 4ab 3.3a 2.3ab 3a 4a 1a 5.7a 5a 7a 5.3a 4a 2.7ab 2.3ab 2a KL 4ab 4.3ab 2ab 3.6ab 1ab.7ab 1.7a 1.7b 2.3ab 4ab 4ab b 4.7a 1b 1.7a KP b b b b b b.5a.3b.7ab.7bc 1.5b.3b.3b.5b.7a M 3ab 3ab b b.7ab 1.3ab.a 1.7b 1ab 2bc 2b 3ab 2ab 4.7a.3a MM 7.7a 5a 2.3ab 5.3a 1.3ab 3.6ab 1.5a 3.3ab 4ab 4ab 2.7ab 4a 3.7ab 3.5ab 2.7a ML 4.3ab 1.7ab 1ab 2ab.3b 2.3ab 1a 1b 3.3ab 4.7ab.7b.7ab 1.7ab 1b 2.3a MP b 1a b.3b.3b b a.3b b.5bc 2.3ab b.7b b.3a TP b b b b b b a b b c b b b b a *Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
24 Tabel 5 Tangkapan imago B. papayae pada masing-masing perangkap per minggu Perangkap* Minggu* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 12 13 14 15 16 K c a b.3b.3ab b.3a.3b b b.3c b 1.3b.3a.3bc KM 4b 1.6a 4.7a.3b 2a 3a 1a 2.7a 3.3ab 5.3a 9.7a 3a 2ab 2.7a 1.7b KL 6.7ab 4.7a 2.3ab 2a.7ab 3.7a 1a 2.7a 6a 3.7ab 6.3ab.3ab 3ab 2.3a 4a KP c a.3b.3b b b a b.7b 1.3b.3c b.3b a.7bc M.3c a b.7ab.3ab b 8a.3b 1b.7b c.7ab b a.3bc MM 9a 7a 2ab.7ab 1ab 3.7a 2a 1.3ab 3ab 2.7ab 6.7ab 3a 3.7ab 1.5a.3bc ML 5.7ab 2.7a 1.5ab 1ab.3ab 4.7a 2a.7b 5.3a 1.7ab 5.3ab b 5.3a 2a 5a MP c 1a.7b b b b a.7b.7b 1b 3bc 1.3ab 1b.7a c TP c a b b b b a b b b c b b a c *Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
25 Bactrocera papayae Tangkapan B. papayae tidak berbeda dengan hasil tangkapan B. dorsalis yaitu nilainya fluktuatif setiap minggunya dan nilainya lebih rendah daripada nilai B. carambolae. Semua bola perangkap berwarna dengan atraktan hampir tidak berbeda nyata pada beberapa minggunya (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa semua perangkap memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap B. papayae. Perangkap bola merah dengan protein hidrolisat memberikan pengaruh lebih tinggi dibandingkan bola perangkap merah tanpa atraktan pada minggu ke-1 hingga ke-15. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Hasil Tangkapan Masa Sebelum Panen Raya Masa diantara panen bertepatan dengan pengamatan dari minggu pertama hingga minggu ke-7, yaitu akhir bulan April sampai awal bulan Juni 21. Tangkapan imago B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae mengalami fluktuasi setiap minggunya. Tangkapan dari ketiga spesies imago lalat buah pada minggu ke-3 mengalami penurunan dibandingkan pada minggu ke-2 kecuali pada KM pada B. papayae dan MM pada B. carambolae terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Curah hujan pada minggu ke-3 lebih tinggi dari minggu ke-2 (Gambar 6). Hal ini yang mungkin menyebabkan terjadinya penurunan tangkapan. Curah hujan minggu ke-5 merupakan curah hujan yang paling tinggi ketika masa sebelum panen raya selama penelitian (Gambar 6). Jumlah tangkapan lalat buah minggu ke-5 mengalami penurunan pada ketiga spesies terutama pada spesies B. dorsalis. Tangkapan lalat buah menurun kecuali pada perangkap MM pada B. carambolae, K dan KM pada B. dorsalis, dan KM pada B. papayae meskipun begitu kenaikannya tidak tinggi. Pada minggu ke-6 curah hujan turun lebih rendah dibandingkan minggu ke-5 dan tangkapan minggu ke-6 menunjukkan kenaikan tinggi dibadingkan minggu ke-5 pada ketiga spesies lalat buah (Gambar 6). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tangkapan dari ketiga spesies dipengaruhi oleh curah hujan. Pengaruh curah hujan dapat terlihat pada tangkapan dari ketiga spesies, meskipun tidak terlihat jelas. Kenaikan dan penurunan
26 Tangkapan Tangkapan 9.7 9.2 8.7 8.2 7.7 7.2 6.7 6.2 5.7 5.2 4.7 4.2 3.7 3.2 4.2 3.7 3.2 4.7 a. b. c. K KM KL KP M MM ML MP TP Tangkapan 4.2 3.7 mm 3.2 25 2 15 1 5 Gambar 6 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa sebelum panen raya. 1 2 3 4 5 6 7 Minggu ked. curah hujan
27 tangkapan setiap minggunya dipengaruhi tinggi dan rendahnya curah hujan pada daerah tersebut. Semakin tinggi curah hujan maka tangkapan mengalami penurunan dan pada curah hujan yang rendah tangkapan mengalami kenaikan. Masa Panen Raya Tangkapan imago B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae pada masa panen sangat fluktuatif terutama pada tangkapan B. dorsalis yang memberikan pola tak beraturan. Minggu ke-8 hingga minggu ke-16 merupakan masa panen yang bertepatan dengan bulan Juni akhir hingga awal bulan Agustus 21. Masa panen mempengaruhi kelimpahan imago lalat buah di pertanaman jambu biji karena adanya sumber makanan yang melimpah. Tangkapan imago lalat buah pada ketiga spesies yang diamati mengalami kenaikan setiap minggunya dibandingkan masa sebelum panen. Curah hujan dari minggu ke-8 hingga minggu ke-1 mengalami kenaikan setiap minggunya. Pada minggu ke-9 tangkapan B. carambolae mengalami penurunan tetapi tangkapan B. dorsalis dan B. papayae terjadi kenaikan. Tangkapan minggu ke-9 hingga ke-1 terjadi kenaikan meskipun perubahan curah hujan pada minggu tersebut tinggi (Gambar 7). Kemungkinan hal tersebut disebabkan kelimpahan sumber makanan pada minggu ke-9 hingga minggu ke-14 dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap tangkapan. Curah hujan minggu ke-11 dan minggu ke-12 memiliki curah hujan yang rendah dan sama. Tangkapan ketiga spesies lalat buah terutama B. carambolae dan B. papayae minggu ke-12 nilai yang tinggi pada setiap perangkap (Gambar 7). Curah hujan yang sama dan rendah selama dua minggu mempengaruhi nilai tangkapan sehingga tangkapan menjadi tinggi. Kenaikan tangkapan lalat buah pada bola perangkap MP mulai terjadi dari minggu ke-12 hingga minggu ke-15 kemungkinan banyaknya sumber makanan sehingga imago lalat buah efektif untuk mencari nutrisi.
28 Tangkapan Tangkapan 1.7 1.2 9.7 9.2 8.7 8.2 7.7 7.2 6.7 6.2 5.7 5.2 4.7 4.2 3.7 3.2 4.2 3.7 3.2 4.7 a. b. 8 9 1 12 13 14 15 16 Minggu kec. K KM KL KP M MM ML MP TP Tangkapan 4.2 3.7 mm 3.2 35 3 25 2 15 1 5 8 9 1 11 12 13 14 15 16 Minggu kecurah hujan Gambar 7 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa panen raya.
29 Bola perangkap MP mengandung protein hidrolisat yang dibutuhkan lalat buah. Protein hidrolisat mampu menarik lalat buah betina dan lalat buah jantan, karena keduanya memerlukan protein untuk perkembangan mereka (Vicker 1997). Perubahan curah hujan yang drastis terjadi pada minggu ke-14 hingga minggu ke-15. Tidak adanya curah hujan pada minggu ke-14 menyebabkan tangkapan B. carambolae dan B. papayae lebih tinggi dibandingkan minggu sebelum dan setelahnya. Tangkapan B. dorsalis tidak terlihat dipengaruhi oleh curah hujan karena kenaikan dan penurunan tangkapan masing-masing perangkapnya tidak sesuai dengan tinggi dan rendahnya curah hujan. Tangkapan lalat buah pada semua perangkap dipengaruhi oleh curah hujan atau terjadinya hujan. Bola perangkap bila tidak terlindungi dari air hujan maka kemampuan atraktan pada bola perangkap dapat berkurang. Protein hidrolisat merupakan salah satu atraktan yang dipengaruhi oleh turunnya hujan. Turunnya hujan dapat mempengaruhi efektifitas dari protein hidrolisat sehingga perlu adanya solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Untuk meningkatkan efektifitas protein hidrolisat dapat dicapai dengan meneliti metode aplikasinya. formulasi yang digunakan dan mempertebal atau memberi bahan perekat protein hidrolisat sehingga dapat mengurangi kehilangan karena turunnya hujan (Allwood dan Drew 1997). Rata-Rata Nisbah Kelamin dari Tiga Spesies Lalat Buah Tangkapan imago lalat buah jantan dan betina berbeda-beda pada setiap atraktan atau bola perangkap. Nisbah kelamin B. carambolae pada bola perangkap K, MP, dan KP menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Sedangkan nisbah kelamin pada KM, KL, MM, dan ML memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dan nilai yang kecil. Nisbah kelamin pada bola perangkap K memiliki nilai yang tinggi dan berbeda nyata dengan M. Namun nilai nisbah kelamin K, MP, KP, dan M menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan KM, KL, MM, dan ML (Tabel 6).
Jumlah Jumlah a. 1 8 6 4 2 a. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 y = -1.383x 2 + 32.99x + 459. R² =.27 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 Curah hujan (mm) Jumlah 8 7 6 5 4 3 2 1 y =.129x 2-4.792x + 69.3 R² =.638 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 Curah hujan (mm) Gambar 8 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa sebelum panen raya: (a.) Bactrocera carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae. y =.392x 2-22.65x + 95. R² =.419 4 8 12 16 2 24 28 32 36 Curah hujan (mm) Jumlah 8 7 6 5 4 3 2 1 b. c. b. y = -.14x 2 +.235x + 49.86 R² =.36 4 8 12 16 2 24 28 32 36 Curah hujan (mm) Jumlah 1 8 6 4 2 3 y =.31x 2-3.237x + 66.58 R² =.797 y = -.76x 2 + 1.58x + 48.78 R² =.21 4 8 12 16 2 24 28 32 36 Curah hujan (mm) Gambar 9 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa panen raya: (a.) Bactrocera carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae. Jumlah 8 7 6 5 4 3 2 1 c. 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 24 Curah hujan (mm)
31 Hal ini membuktikan bahwa atraktan protein hidrolisat (KP dan MP) dapat menarik lalat buah betina dibandingkan atraktan metil eugenol dan lem beraroma. Warna juga memiliki pengaruh terhadap tangkapan lalat buah betina. Warna kuning dapat menarik lalat buah betina lebih banyak dibandingkan warna merah. Tabel 6 Rata-rata Nisbah kelamin tiga spesies lalat buah selama 16 minggu Perangkap B. carambolae a B. dorsalis a B. papayae a K.9a 1.a 1.a KM.2c.8b.8b KL.2c.8b.8b KP.8ab 1.a 1.a M.8b 1.a 1.a MM.2c.8b.8b ML.2c.8b.8b MP.9a 1.a 1.a TP.d.c.c a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf 5%. Nisbah kelamin B. dorsalis pada perangkap K, MP, KP, dan M tidak berbeda nyata dan memiliki nilai tinggi. KM, KL, MM, dan ML memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan nilai lebih tinggi dibandingkan nisbah kelamin B. carambolae yang memiliki nilai.2 (Tabel 6). Nisbah kelamin pada B. papayae menghasilkan nilai yang sama dengan B. dorsalis pada masing-masing perangkapnya. K, KP, M, dan MP memiliki nilai tidak berbeda nyata dan berbeda nyata dengan KM, KL, MM, ML, dan TP. Nilai nisbah kelamin yang sama disebabkan B. dorsalis dan B. papayae lebih tertarik terhadap warna baik kuning maupun merah dan protein hidrolisat daripada spesies lalat buah yang relatif banyak ditangkap. K, MP, KP, dan M berbeda nyata dengan KM, KL, MM, ML, TP menunjukkan berbeda nyata terhadap semua bola perangkap.
32 Hasil data nisbah kelamin dari tiga spesies imago lalat buah menunjukkan bahwa perangkap bola warna kuning maupun merah dapat menarik imago lalat buah betina untuk datang. Perangkap bola berwarna dengan atraktan protein hidrolisat menunjukkan kemampuan menarik betina lebih tinggi dibandingkan atraktan lainnya. Leweniqila et al. (1997) menyatakan bahwa prinsip penyemprotan umpan protein adalah semua lalat buah betina yang belum matang membutuhkan makan protein untuk menjadi lalat buah betina yang matang secara seksual. Persentase Kerusakan oleh Lalat Buah Seluruh bola perangkap dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah oleh serangan lalat buah. Bola perangkap tanpa atraktan K dan MP menunjukan persentase kerusakan yang tinggi dibandingkan bola perangkap yang menggunakan atraktan (Gambar 8). Hal ini kemungkinan disebabkan bola perangkap KM dan KL dapat menekan serangan imago lalat buah karena imago lalat buah tertarik kepada bola perangkap tersebut. Persentase 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 K KM KL KP M MM ML MP TP Perangkap Gambar 8 Persentase rata-rata kerusakan buah oleh lalat buah Sumber: wawancara petani yang pertanamannya diberikan bola perangkap Bola perangkap KP memiliki persentase kecil dibandingkan K kemungkinan pada lahan KP pembungkusan buah dilakukan sedini mungkin dan tepat waktu. Bola perangkap K, M, ML, dan MP memiliki persentase yang tinggi dari TP (Gambar 8). Hal ini disebabkan petak K, ML, dan MP terlambat melakukan pengendalian pembungkusan buah. Pada perangkap TP, KM, KL, KP, dan MM pembungkusan buah dilakukan tepat waktu atau sebelum buah berkembang menjadi buah yang matang. Pembungkusan dapat mengurangi
33 serangan lalat buah menjadi 15-25% (Allwood 1997b) sehingga bila terlambat dilakukan pembungkusan maka dapat meningkatkan serangan lalat buah. Dengan adanya bola perangkap berwarna menggunakan atraktan (KM, KL, KP, MM, dan ML) dapat mengurangi serangan yang terjadi selama pembungkusan walaupun tingkat pengurangan serangannya tidak terlalu jauh dengan bola perangkap TP (Gambar 8). Bola perangkap ML dapat mengurangi serangan meskipun tingkat serangannya lebih tinggi dibandingkan TP. Pada petak bola perangkap ML terlambat melakukan pembungkusan tetapi serangan lalat buah tidak terlalu tinggi dengan TP dan lebih rendah dibandingkan bola perangkap K, M, dan MP. Tingkat Pengurangan Serangan Pengurangan serangan lalat buah terhadap buah di pertanaman jambu biji ketika pemasangan bola perangkap mengalami pengurangan. Menurut 6 orang petani dari 8 petani yang lahannya diberi bola perangkap menyatakan bahwa bola perangkap yang dipasang dapat mengurangi serangan lalat buah yang biasa terjadi. Sedangkan 2 orang petani menyatakan tidak mengurangi serangan. 8 6 orang 4 2 ya tidak ya tidak Gambar 9 Tingkat pengurangan serangan di pertanaman jambu biji Sumber: wawancara petani yang pertanamannya diberikan bola perangkap Berdasarkan pengamatan Gambar 9 metode bola perangkap berwarna dengan atraktan memiliki potensi mengurangi serangan. Kadinan et al. (29) melaporkan bahwa umumnya petani yang menggunakan perangkap beratraktan menyatakan perangkap tersebut berhasil mengendalikan serangan lalat buah.