PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSETRASI ROOTONE- F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) DI POLYBAG HAMKAMIL NPM : 01410483010 381 ABSTRAK Pengembangan komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dapat menjadi salah satu komponen dari pertumbuhan perekonomian nasional. Salah satu jenis buah yang potensial dan layak diusahakan secara komersial sebagai komoditas unggulan adalah buah naga. Dapat diperbanyak secara generatif maupun secara vegetatif namun yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara vegetatif yaitu dengan menggunakan stek batang. Rancangan percobaan menggunakan RAL terdiri dari satu faktor dengan 6 taraf. P 0 (tanpa Rooton F), P 1 (kosentrasi 3 gr/10 ml air), P 2 (kosentrasi 6 gr/10 ml air), P 3 (kosentrasi 9 gr/10 ml air), P 4 (kosentrasi 12 gr/10 ml air), P 5 (kosentrasi 15 gr/10 ml air). Dilanjutkan uji jarak berganda Duncan (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian konsentrasi Rootone F yang sesuai dapat memicu pertumbuhan Tunas dan Akar stek buah naga, pada dosis 3 g/10 ml air memberikan hasil tertinggi pada jumlah akar 4-5 akar primer dan panjang akar 18,20 cm. Pemberian Rootone F dengan konsentrasi 6 gr/10 ml air memberikan hasil yang tertinggi yaitu panjang tunas 56,67 cm. Key words : buah naga, Hylocereus costaricensis, Rootone F PENDAHULUAN Perkembangan agribisnis buah-buahan akan memberi nilai tambah bagi produsen dan industri pengguna seperti minuman sari buah, serta dapat memenuhi dan memperbaiki keseimbangan gizi bagi konsumen. Salah satu jenis buah yang potensial dan layak diusahakan secara komersial sebagai komoditas unggulan adalah buah naga. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Lengkap Buah Naga NO ZAT GIZI KONSENTRASI 1 Kadar Gula 13-18 briks 2 Air 90 % 3 Karbohidrat 11,5 g 4 Asam 0,139 g 5 Protein 0,53 g 6 Serat 0,71 g 7 Kalsium 134,5 mg 8 Fosfor 8,7 mg 9 Magnesium 60,4 mg 10 Vitamin C 9,4 mg Sumber : (Simatupang, 2007) Budidaya tanaman buah naga akhirakhir ini mulai banyak diminati oleh petani. Peningkatan usaha pengembangan buah naga, mengakibatkan permintaan akan bibit buah naga ini semangkin tinggi. Dalam rangka pengembangan danpeningkatan produksi tanaman, bibit merupakan salah satu aspek budidaya yang mempunyai peranan penting. Bibit yang baik akan menentukan keberhasilan dari komoditi dikemudian hari. Tanaman buah naga dapat diperbanyak secara generatif maupun secara
vegetatif.keistimewaan perbanyakan secarageneratif adalah bibit dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak dan pertumbuhannya relatif seragam sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh bibit yang siap tanam, terjadi stagnasi pertumbuhan pada saat pemindahan bibit dari seed bed ke polybag dan ada kemungkinan sifat tanaman baru tidak serupa dengan induknya.cara generatif ini sangat jarang dilakukan karena dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk bibit siap tanam dilapangan. Perkembangbiakan secara vegetatif merupakan alternatif yang perlu diperhatikan. Perbanyakkan buah naga yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara vegetatif yaitu dengan menggunakan stek batang. Salah satu keuntungan perbanyakan buah naga dengan stek ini adalah bibit yang dihasilkan seragam.perkembangbiakan dengan cara stek diharapkan dapat menjamin sifat-sifat yang sama dengan induknya (Nababan, 2009), dan waktu berbuah relatif lebih pendek. Menurut Wudianto (1991),perbanyakan dengan cara stek dapat memperoleh sifat seperti induknya.sifat ini meliputi ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah,dan sebagainya. Stek biasanya digunakan berukuran 30 cm yang berasal dari cabag yang produktif (Kristanto, 2009). Mengingat kebutuhan bibit yang begitu besar dan dalam batas waktu yang cukup singkat, sedangkan pohon induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu diusahakan penggunaan bahan stek seefisien mungkin. Hartman dan Kester (1983) menyatakan bahwa perbanyakan dengan stek mempunyai beberapa kendala, yaitu zat tumbuh tidak tersebar merata sehingga pertumbuhan stek tidak seragam, sehingga dibutuhkan zat pengatur pertumbuhan.zat pengatur pertumbuhan yang biasa digunakan dalam pertumbuhan stek ialah auksin. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di STIP Graha Karya Muara Bulian, waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama 4 bulan, dari bulan 15 April sampai 12 Juli 2015. Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: ZPT Auksin (Rootone F), batang buah naga (Hylocereus costaricensis), tanah, pasir, pupuk kandang (BO), polybag ukuran 12 x 22 cm, alkohol, pestisida. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah: cangkul, parang, pisau, ember, tali raffia, oven listrik, timbangan, ayakan tanah, hanspayer, jangka sorong, dan alat tulis. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu pemberian auksin dengan Kosentrasi yang berbeda terdiri dari 6 (enam) taraf yaitu, P 0 (tanpa Rooton F), P 1 (kosentrasi 3 gr/10 ml air), P 2 (kosentrasi 6 gr/10 ml air), P 3 (kosentrasi 9 gr/10 ml air), P 4 (kosentrasi 12 gr/10 ml air), P 5 (kosentrasi 15 gr/10 ml air). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga didapat 24 satuan percobaan.setiap satuan percobaan terdiri dari 10 batang bibit tanaman.jumlah sampel yang diamati adalah 3 tanaman per satuan percobaan. Analisis data menggunakan uji lanjut Duncan (DNMRT) taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Pengamatan Analisis Sidik Ragam dan Uji DNMRT Panjang Tunas Stek Buah Naga Pada umur 80 Hari Konsentrasi Rootone F Panjang Tunas stek buah naga 56,67 a 0g/10 ml air 51,25 ab 15g/10 ml air 48,75 ab 9g/10 ml air 46,25 ab 12g/10 ml air 44,42 b 3g/10 ml air 43,00 b
Tabel 3. Hasil Pengamatan Analisis Ragam dan Uji DNMRT Diameter Tunas Stek buah naga pada umur 80 HST Konsentrasi Rootone F Diameter Tunas Stek buah naga (Cm) 10,03 a 0g/10 ml air 9,03 b 12g/10 ml air 7,74 c 3g/10 ml air 7,05 d 9g/10 ml air 6,70 e 15g/10 ml air 6,52 f Tabel 4. Hasil Pengamatan Analisis Sidik Ragam dan Uji DNMRT Jumlah Tunas Stek Buah Naga Pada umur 80 Hari Konsentrasi Rootone F Jumlah Tunas Stek buah naga (Cm), 3g/10 ml air 6g/10 ml air 0g/10 ml air 12g/10 ml air 15g/10 ml air 9g/10 ml air 3,00 a 2,75 a 2,08 b 2,00 b 2,00 b 1,75 b Tabel 5. Hasil Pengamatan Analisis Sidik Ragam dan Uji DNMRT Jumlah Akar Primer Stek Buah Naga Pada umur 80 Hari Konsentrasi Rootone F Jumlah akar Primer Stek buah naga (Cm) 3 g/10 ml air 4,33 a 0 g/10 ml air 4,08 ab 4,00 ab 9 g/10 ml air 3,83 ab 15 g/10 ml air 3,58 b 12 g/10 ml air 3,42 b Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisis Sidik Ragam dan Uji DNMRT Panjang akar Stek Buah Naga Pada umur 80 Hari Dosis Rootone F Panjang akar Stek buah naga (Cm) 3 g/10 ml air 18,20 a 12 g/10 ml air 16,50 ab 0 g/10 ml air 13,60 b 13,10 b 9 g/10 ml air 12,00 c 15 g/10 ml air 11,20 c Tabel 2 dan 3 Memperlihatkan bahwa pemberian Rootone F memberikan pengaruh nyata terhadap Panjang tunas dan diameter tunas tanaman Buah naga. Tabel 2 memperlihatkan pada perlakuan Konsentrasi Rootone F, berbeda nyata dengan Konsentrasi 12 g/10 ml air dan 3g/ 10 ml air akan tetapi tidak berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Pada Konsentrasi tanpa Rootone F, 15 g/10 ml air dan 9 g/10 ml air, tidak berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Pada Konsentrasi 9 g/10 ml air dan 3 g/10 ml air, berbeda nyata dengan Konsentrasi 6 g/ 10 ml air akan tetapi tidak
berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Sedangkan tabel 3 memperlihatkan bahwa pemberian Konsentrasi Rootone F memberikan pengaruh nyata terhadap Diameter tunas tanaman Buah naga. pada perlakuan Konsentrasi Rootone F 6 g/10 ml air, tanpa Konsentrasi Rootone F dan Konsentrasi 12g /ml air berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Pada dosis 3 g/10 ml air tidak berbeda nyata dengan Konsentrasi 9 g/10 ml air akan tetapi tidak berberda nyata dengan dosis lainya, pada Konsentrasi 15 g/10 ml air berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner, Pearce dan Mitchell (1991), bahwa auksin eksogen dapat berperan sebagai pemicu pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel. Apabila pemberiannya berada pada batas konsentrasi optimum. ZPT pada konsentrasi Rooton F tinggi cenderung akan menghambat pertumbuhan tunas. Menurut Huik (2004), bahwa pemberian konsentrasi yang tinggi atau diatas normal, auksin dapat bersifat sebagai inhibitor karena enzim tidak bisa menangkap konsentrasi tersebut sehingga cenderung untuk menghambat pertumbuhan. Menurut Wattimena (1991), apabila auksin yang terdapat pada daerah meristematik tanaman dirangsang lagi dengan auksin eksogen maka auksin yang terdapat pada tanaman akan terangsang lagi untuk memacu pertumbuhan tanaman. Tabel 4 Memperlihatkan bahwa pemberian Rootone F memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas tanaman Buah naga. pada perlakuan Konsentrasi Rootone F 3 g/10 ml air dan berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Pada Konsentrasi tanpa pemberian Rooton berbeda nyata dengan Konsentrasi lainya. Pada pemberian Konsentrasi 12 g/10 ml air 15 berbeda nyata dengan Konsentrasi 6 g/ 10 ml air, 3 g/10 ml air dan tanpa pemberian Rotoon F, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan Konsentrasi 15 g/10 ml air dan 9 g/10 ml air. Hal ini sesuai dengan Gardner et al., (2002), menyatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal terdiri dari laju fotosintesis, respirasi, diferensiasi dan pengaruh gen, sedangkan faktor eksternal meliputi cahaya, temperatur, air, bahan organik dan ketersedian unsur hara. Sehingga dengan terpenuhinya faktor faktor ini proses fotosintesis dapat berlangsung dan menghasilkan fotosintat yang akan digunakan untuk proses pertumbuhan selanjutnya terutama pertumbuhan akar Tabel 5 dan 6 Memperlihatkan bahwa pemberian Rootone F memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah dan panjang akar tanaman Buah naga. pada perlakuan Konsentrasi Rootone F 3 g/10 ml air lebih dominan, Hal ini sesuai dengan pendapat Delvin (1975) dalam Abidin (1985), bahwa pemberian konsentrasi Rooton F/auksin yang relatif tinggi pada akar membuat terhambatnya perpanjangan akar. Pemberian perlakuan konsentrasi Rooton F yang rendah yakni 3 g/10 ml air menunjukkan kecenderungan hasil terbaik untuk panjang akar dan Jumlah akar. Hal ini diduga karena konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi optimal untuk panjang akar dan volume akar. Menurut Aos ( 1990 ), bahwa peran pisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensasi jaringan xylen dan floem dan pembentukan akar. Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa pemberian Rootone f / auksin dalam konsentrasi rendah akan memacu pemanjangan akar, bahkan pertumbuhan akar utuh dan konsentrasi yang lebih tinggi pemanjangan akar tersebut hampir selalu terhambat. Menurut Dwidjosaputro (1990), akar merupakan daerah akumulasi pertumbuhan tanaman khususnya pada tanaman yang masih muda sehingga dengan pemberian auksin dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya mempercepat munculnya akar. KESIMPULAN Pemberian konsentrasi Rootone F yang sesuai dapat memicu pertumbuhan Tunas dan Akar stek buah naga, pada dosis 3 g/10 ml air memberikan hasil tertinggi pada jumlah akar 4-5 akar primer dan panjang akar 18,20 cm. Pemberian Rootone F dengan konsentrasi 6 gr/10 ml air memberikan hasil yang tertinggi yaitu panjang tunas 56,67 cm.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Panduan Praktis : Hasilkan Buah Naga Kualitas Prima. Trubus : 402/XXXIV Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung. Aos. M. Akyas. 1990. Dalam Prospek dan Masalah Penggunaan Zat Pengatur Djoko. 2005. Prospek Buah Naga. Trubus Edisi April. Hal 29-32. Dwidjosaputro. 1995. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. Harjadi, S. S. 1984. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Hartadiyati,Eny.2010.Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Semarang: IKIP PGRI SEMARANG. Hasanah, F. dan Setiari, N. 2007. Pembentukan Akar Pada Stek Batang Nilam(Pogostemon cablin Benth.) Setelah Direndam Iba (Indol Butyric Acid)Pada Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. 15. No. 2. Hal. 1-6. Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persaja. Jakarta Hidayanto, M., S. Nurjanah., dan F. Yossita. 2003. Pengaruh Panjang Stek Akar dan Konsentrasi Natrium Nitrofenol Terhadap Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus Commubis). Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Kristanto, D. 2009. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan Kebun. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada. Jakarta.2000. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Grafindo Persada. Jakarta. Lingga, P. 1998. Petunjuk Pengunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Mashudi, Adinugraha, H.A., Setiadi, D., Ariani, A.F. 2008. Pertumbuhan tunas tanaman pulaipada beberapa tinggi pangkasan dan dosis pupuk NPK. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 2. No. 2. Hal 1-9. Salisbury,Frank B and Ross,Cleon W.1995.Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Bandung. Simatupang, L. 2007. Buah Naga Segar dan Nikmat. http://food_details.php. Diakes pada tanggal 3 November 2014 Sofyan, A dan Muslimin, I. 2006. Pengaruh Asal Bahan dan Media Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tembesu (Fragraea fragarans ROXB). Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006. Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Hinger Plant. Martinus Nijhoft Publisher. Netherlands. Wattimena JR, Sugiarso NC, Widianto MB, Sukandar EY, Soemardji AA, Setiabudi AR. 1991. Farmakologi dan Terapi Antibiotik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wudianto, R. 2004. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Yasman dan Smits, 1998. Metode Pembuatan Setek Dipterocarpaseae. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda. Yogyakarta