205 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang dapat digunakan oleh dosen sebagai salah satu metode dalam memfasilitasi pengembangan refleksi mahasiswa. Model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik terdiri dari (1) pemilihan kasus, (2) presentasi kasus, (3) evaluasi diri, (4) umpan balik teman, (5) umpan balik pembimbing klinik, (6) menulis refleksi. Langkah tiga, empat dan lima dapat digunakan secara tidak berurutan tergantung situasi dan jenis mahasiswa yang dihadapi oleh dosen. 2. Penerapan pembelajaran reflektif saja tidak mampu meningkatkan penalaran klinik secara signifikan, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meminimalkan berbagai macam hambatan yang masih terjadi pada pembelajaran klinik dan pembiasaan mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan pembelajaran reflektif. Hambatan yang masih sering ditemui pada pembelajaran klinik misalnya dari aspek mahasiswa (kurang persiapan dan bekal masuk stase; sikap pasif saat berada di suatu stase; kurang berpikir kritis; perilaku, tanggung jawab dan disiplin yang kurang), aspek dosen (variasi keterampilan dosen memfasilitasi pembelajaran; kurang motivasi; variasi isi pembelajaran antar dosen), variasi kasus dan jumlah pasien, sistem pendidikan (kebijakan rumah sakit; sistem penilaian, metode pembelajaran dan kurikulum; sarana
206 prasarana; posisi, kejelasan tugas dan hak mahasiswa profesi dan PPDS; status sosial dan gender; biaya formal dan non formal. 3. Model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik mengembangkan metakognisi dengan meningkatkan keaktifan mahasiswa dan saling berbagi ilmu antar mahasiswa, juga meningkatkan keterampilan dosen dalam memfasilitasi pembelajaran dan memperbaiki komunikasi mahasiswa dan dosen. Semua itu didukung juga oleh faktor motivasi mahasiswa akan mempengaruhi penalaran klinik mahasiswa. Dukungan keluarga terutama berupa sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam pembelajaran mahasiswa program studi profesi dokter. Keluarga juga merupakan salah satu pihak yang memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran. Riwayat budaya pembelajaran yang bersifat students centered learning pada tahap pendidikan tingkat dasar maupun menengah akan mempengaruhi penalaran klinik mahasiswa program studi profesi dokter. B. SARAN 1. Perlu upaya perbaikan terhadap hal-hal yang masih menjadi penghambat pada kelancaran proses pembelajaran klinik, sehingga dengan perbaikan ini bersama dengan penerapan pembelajaran reflektif diharap akan meningkatkan metakognisi dan penalaran klinik mahasiswa. Untuk perbaikan yang efektif, perlu dilakukan secara bersama dengan berbagai pihak terkait pembelajaran klinik misalnya antara institusi pendidikan (Fakultas kedokteran), rumah sakit pendidikan, dan profesi lain yang terkait pembelajaran tahap profesi dokter
207 sehingga tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif. Dosen sebagai salah satu pihak yang mempunyai posisi penting dalam pembelajaran perlu selalu meningkatkan kemampuan diri dalam memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan koordinasi baik antar sesama dosen, institusi pendidikan (misalnya dalam hal kurikulum dan kebijakan fakultas), maupun rumah sakit (misalnya mengetahui dengan benar kebijakan rumah sakit). Mahasiswa program studi profesi dokter juga sebaiknya mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalani pembelajaran, dan selalu melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan belajarnya, misalnya dengan meningkatkan kemampuan belajar mandiri, motivasi dan keaktifan belajar. 2. Perlu kurikulum pendidikan kedokteran terutama program studi profesi dokter yang memasukkan unsur refleksi secara luas pada semua bagian klinik dan berkesinambungan dalam proses pembelajaran ataupun penilaian mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan refleksi mahasiswa dan kemampuan dosen dalam memfasilitasi pembelajaran reflektif klinik. 3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan melibatkan seluruh bagian klinik dengan berbagai karakteristik bagian tentang implementasi model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik untuk memberikan bukti ilmiah yang lebih lengkap tentang implementasi refleksi pada kurikulum institusi pendidikan kedokteran tahap klinik, juga hambatan dan manfaat pada berbagai bagian atau departemen klinik. 4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh model pembelajaran ini terhadap penalaran klinik dengan mengendalikan variabel luar yang belum
208 dapat dikendalikan dalam penelitian ini, seperti pembimbing klinik, waktu pembelajaran dan keterpaparan kasus pasien. 5. Perlu penelitian lebih lanjut tentang variasi model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang dihasilkan dalam penelitian ini, adakah perbedaan implementasi masing-masing variasi tersebut terhadap peningkatan penalaran klinik. 6. Perlu penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran reflektif terhadap penalaran klinik mahasiswa tahap klinik dengan menggunakan jenis penelitian yang lain, misalnya time series design, supaya dapat melihat perkembangan penalaran klinik mahasiswa dari waktu ke waktu selama menempuh tahap klinik. Hasil penelitian dengan time series design ini juga dapat digunakan untuk memberikan umpan balik secara spesifik departemen mana yang masih memerlukan peningkatan dalam proses belajar mengajar. 7. Perlu penelitian lebih lanjut secara spesifik tentang upaya mengatasi hambatan dalam pembelajaran tahap klinik yang juga dalam penelitian ini menghambat implementasi pembelajaran refleksi, misalnya masalah keterbatasan waktu pembimbing klinik dan lingkungan pembelajaran yang masih kurang kondusif. 8. Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi dosen pembelajaran klinik, misalnya dari aspek benturan waktu untuk kepentingan pelayanan dan pendidikan, status dosen yang bervariasi (dosen diknas, dosen luar biasa) dengan semua akibatnya.
209 9. Perlu penelitian lebih lanjut tentang waktu (durasi) pembelajaran pada tahap sarjana dan tahap profesi dokter yang optimal untuk penerapan pembelajaran reflektif untuk memfasilitasi pengembangan penalaran klinik.