RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Peninjauan Kembali dalam Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai Pemilihan Kepala Daerah I. PEMOHON 1. Drs. Donatus Nimbetkendik, M. TP.,.... Pemohon I 2. Abdul Rahman, SE,... Pemohon II.. Selanjutnya disebut para Pemohon Kuasa Pemohon: DR. H. Jamaluddin Rustam, SH., MH, dkk, advokat pada Law Firm DR.H. Jamaluddin Rustam, SH.,MH & ASSOCIATES, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 19 Februari 2016. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 1
3. Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) Pemohon adalah perseorangan warga Indonesia dan sebagai Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, yang merasa dibatasi untuk menempuh upaya hukum luar biasa terhadap Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan adanya ketentuan Pasal 154 ayat (10) Undang-Undang a quo. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN 1) Pengujian Materiil UU 1/2015: Pasal 154 ayat (10): Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (9) bersifat final dan mengikat serta tidak dapat dilakukan upaya hukum lain. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 27 ayat (1): Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya 2. Pasal 28C ayat (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. 3. Pasal 28D ayat (1) dan ayat (3): (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak menerbitkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak Nomor 5 Tahun 2015 tentang 2
Perubahan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Sebagai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Fakfak Tahun 2015 tertanggal 25 November 2015 yang isinya Menyatakan Pasangan Calon Nomor Urut 2 atas nama Drs. Donatus Nimbetkendik, M.TP (Calon Bupati Pemohon I) dan H. Abdul Rahman, SE (Calon Wakil Bupati Pemohon II) adalah Memenuhi Syarat (MS) sebagai peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015, oleh karena itu Pemohon menurut hukum berhak mengikuti Tahapan Pemilihan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati di wilayah hukum Kabupaten Fakfak; 2. Kemudian Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat telah menerbitkan/mengeluarkan keputusan tata usaha negara berupa Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat Nomor 66/Kpts/KPU.Prov- 032/XI/TAHUN/2015 tentang Membatalkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Fakfak Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Sebagai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Fakfak Tahun 2015; 3. Pada tanggal 8 Desember 2015 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makassar mengeluarkan Keputusan dalam Perkara Nomor 20/G/Pilkada/PT.TUN. MKS yang menyatakan membatalkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua Barat Nomor 66/Kpts/KPU.Prov-032/XI/TAHUN/2015 tanggal 25 November 2015; 4. Namun kemudian KPU Provinsi Papua Barat mengajukan kasasi dan dikabulkan dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 695 K/TUN/PILKADA/2015 tanggal 23 Desember 2015, 5. Atas putusan kasasi tersebut, Pemohon mengajukan upaya hukum luar biasa, namun Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makassar dan Panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makassar menolak Pemohon 3
untuk mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali serta tidak meregistrasi permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon dengan alasan menurut Pasal 154 ayat (10) UU 1/2015, putusan tersebut sudah bersifat final dan mengikat serta tidak bisa lagi menempuh upaya hukum lain, sehingga Panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara mengeluarkan Surat Penolakan untuk tidak menerima dan meregistrasi permohonan Peninjauan Kembali Pemohon berdasarkan Surat Nomor W4- TUN/14/AT.01.06/I/2016 tertanggal 05 Januari 2016; 6. Bahwa para Pemohon merasa dirugikan dengan ketentuan Pasal 154 ayat (10) UU 1/2015, menurut para Pemohon ketentuan a quo mempersempit dan mengekang terhadap hak-hak hukum Pemohon (war ga negara) untuk menempuh upaya hukum dan memperoleh keadilan, kebenaran, serta persamaan di depan hukum sebagaimana diatur dalam UUD 1945. 7. Pasal 154 ayat (10) Undang-Undang a quo memuat norma hukum yang bias dan menimbulkan multitafsir serta bersifat diskriminatif; VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 154 ayat (10) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota MenjadiUndang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5678) dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5656), bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan Pasal 154 ayat (10) Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi 4
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5678) dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5656)tidak berlaku, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengansegala akibat hukumnya; D a n A t a u : 4. Menyatakan Pasal 154 ayat (10) Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5678) dan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5656) hendaknya dimaknai dapat mengajukan upaya hukum Luar Biasa (upaya Hukum Peninjauan Kembali); 5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 5