BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Hasil Analisis Deskriptif. Deskripsi data dilakukan untuk mengkategorikan kelompok

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Otomotif SMKSaraswati

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB III METODE PENELITIAN

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi psikologi dan fisiologis terutama fungsi seksual (Wibowo dan Sarwoko, 1989). Masyhuri dan Suprihatin (1989) juga menyatakan seiring perkembangan seksualnya, para remaja mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Remaja mulai menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan kawan dari lawan jenisnya. Masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanakkanak dengan masa dewasa.pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksualnya (Kartono Kartini, 1995). Remaja berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang, mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Seolaholah remaja ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa juga dapat dilakukan oleh remaja. Keinginan mencoba sering diarahkan ke pada diri sendiri maupun terhadap orang lain (Gunarsa, 2003). 1

Menurut Darmiyati (2008) arus globalisasipun begitu cepat masuk ke dalam masyarakat terutama termasuk di kalangan remaja. Pengaruh globalisasi terhadap remaja begitu kuat dan telah membuat remaja kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam remaja sekarang. Di Indonesia, generasi muda terpuruk menuju jurang kehancuran dengan pergaulan bebas dan narkoba. Di Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya ada 50% remaja usia 15 sampai 24 tahun mengaku pernah berhubungan seksual sejak usia 13 sampai 18 tahun (Tahrir, 2008). Penelitian Sahabat Remaja tentang perilaku seksual di empat kota menunjukan bahwa 3,6% remaja di Medan, 8,5% remaja di Yogyakarta dan 3,4 % remaja di Surabaya serta 31,1% remaja di Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif (Tito, 1999). Hasil penelitian sepuluh mahasiswa Universitas Gajah Mada (kelompok diskusi Dasagung) tanggal 24 Maret 21 Juni 1984 di Yogyakarta mengungkapkan bahwa sebagian besar mahasiswa dan pelajar hidup bersama. Mereka menemukan 29 pasangan yang hidup bersama di rumah-rumah pondokan (dalam Sarwono, 2007). Menurut Hurlock (1997) seks merupakan salah satu topik yang sangat menarik bagi remaja. Ketertarikan remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan-perubahan hormon seksual di dalam diri mereka yang mempengaruhi kondisi psikologis remaja serta meningkatkan ketertarikan mereka terhadap makna dari seks. Oleh karena itu remaja aktif mencari informasi mengenai seks. 2

Soetjiningsih (2006) menyatakan bahwa ada beberapa faktor pendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah seperti yang direkomendasikan hasil penelitian BKKBN. Pertama, faktor pengaruh liberalisme dan pergaulan pranikah, kedua kemudian lingkungan dan keluarga, ketiga pengaruh media massa dan keempat khususnya televisi dan internet. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua-remaja, tekanan negatif teman sebaya dan eksposur media pornografi. Glock dan Stark (1968) merumuskan religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kuat komitmen, seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianutnya. Untuk melihat seberapa jauh religiusitas seseorang, maka dapat dilihat bagaimana ia melaksanakan dimensi-dimensi religiusitas. Religiusitas memiliki lima dimensi religiusitas yaitu Ideologis (kepercayaan), Ritualistik (perilaku keagamaan), Experiential (perasaan, persepsi, sensasi), Intelektual (pengetahuan), dan Konsekuensial (yang efek dalam dunia sekuler sebelum empat dimensi). Hasil penelitian Afrianti (2002) faktor tingkat religiusitas berpengaruh penting dalam perilaku seks pranikah. Perilaku seks pranikah yang bertentangan dengan norma agama ini disebabkan oleh merosotnya kepercayaan pada agama sehingga remaja sudah tidak ragu lagi untuk 3

melanggar norma-norma dan aturan agama. Terlebih remaja yang tergolong sebagai remaja tengah yang pertumbuhan jasmaninya belum matang sehingga menimbulkan dorongan seks. Dorongan seks yang kuat tersebut akan membawa remaja kepada bermacam-macam tindakan. Untuk itulah remaja membutuhkan agama sebagai pengendali dirinya dalam memantapkan kepribadian dan mengontrol perilakunya. Sarwono (2003) menyatakan, bahwa perilaku seks pranikah adalah segala perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk perilaku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai perilaku sentuhan, berciuman, berpelukan, menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau memegang alat kelamin (bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan) dan kemudian bersenggama yang dilakukan di luar hubungan pernikahan. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan maupun diri sendiri. Penelitian Departemen Kesehatan (2006) menyatakan bahwa sekitar 30% remaja melakukan hubungan seks sebelum menikah dan 85% di antara remaja tersebut melakukan seks di rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rasa ingin tahu remaja yang kurang pengetahuan tentang seks sehingga menyebabkan remaja bereksplorasi dalam memenuhi dorongan seks seperti berhubungan intim. 4

Hasil penelitian 79 orang mahasiswa Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta (dalam Santi, 2005) menunjukan adanya hubungan positif, jika tingkat religiusitasnya tinggi maka pengendalian dorongan seksualnya juga semakin rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Suharsono (dalam Rahmawati dkk, 2002) mengenai tingkat religiusitas dengan perilaku seksual menunjukkan semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka ia akan mampu mengendalikan perilaku seksualnya. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Idayanti (2002) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku seksual remaja, dimana semakin tinggi religiusitas maka perilaku seks pranikahnya semakin rendah. Lain halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Theresia (2012) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku seks pranikah remaja. Dimana hasil pengukuran religiusitas yang tinggi tetapi hasil perilaku seks pranikahnya juga tinggi. Hasil pra penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga sebagai berikut : Tabel 1.1 Kategori Variabel Perilaku Religiusitas Siswa Kelas VIII SMP Kristen Salatiga Interval Kategori Frekuensi Prosentase (%) 0-5 Sangat rendah 6-11 Rendah 2 5.6 7 19.4 5

12-17 Sedang 7 19.4 18-23 Tinggi 13 36.1 24-30 Sangat tinggi 7 19.4 Total 36 100 Maksimum 30 Minimum 0 Tabel 1.2 Kategori Variabel Perilaku Seks Pranikah Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Interval Kategori Frekuensi Persen (%) 0-7 Sangat rendah 8 22.2 8-15 Rendah 12 33.3 16-23 Sedang 7 19.4 24-32 Tinggi 9 25.0 33-41 Sangat tinggi 0 0 Total 36 100 Minimum 0 Maksimum 41 Tabel 1.3 Hasil Korelasi Hubungan antara Perilaku Religiusitas dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 6

religius seks_pra religius Pearson Correlation 1 -.544 ** Sig. (2-tailed).001 N 36 36 seks_pra Pearson Correlation -.544 ** 1 Sig. (2-tailed).001 N 36 36 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Dalam hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 pada umumnya perilaku religiusitas siswa VIII SMP Kristen 2 Salatiga pada kategori tinggi (36,1%) dan pada Tabel 1.2 pada umumnya perilaku seks pranikah siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga pada kategori rendah (33,3%). Kemudian setelah dilakukan analisis korelasi antara variabel religiusitas dengan variabel perilaku seks pranikah bahwa hasilnya menunjukkan koefisien korelasi sebesar r xy = -0,544** dan p = 0,01 < 0,05, dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara antara perilaku religiusitas dengan perilaku seks pranikah pada siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga. Hasil koefisien korelasi yang negatif menunjukkan arah korelasi kedua variabel adalah negatif, bahwa semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah perilaku seks bebasnya. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Sehubungan dengan hasil penelitian yang berbeda antara hasil penelitian Yuhanita (2012) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan dengan hasil penelitian Theresia (2012) yang tidak ada 7

hubungan yang signifikan, maka pada bulan Februari penulis lakukan penelitian awal pada siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga. Hasil dari penelitian awal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan. 1.2 Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dirumuskan: Adakah hubungan yang signifikan antara perilaku religiusitas dengan perilaku seks pranikah pada pada siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara religiusitas dengan perilaku seks pranikah pada siswa pada kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritik : Bila ditemukan dalam penelitian ini hasil ada hubungan yang signifikan antara variabel religiusitas dengan variabel perilaku seks pranikah maka sejalan dengan hasil penelitian Theresia (2012). Bila ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel religiusitas dengan variabel perilaku seks pranikah maka sejalan dengan hasil penelitian Yuhanita (2002). 2) Manfaat Praktis : 8

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai semakin maraknya perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh para remaja, sehingga diharapkan remaja mampu membatasi diri. Serta memberikan masukan dan informasi bagi para orang tua agar lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya dan membangun komunikasi yang hangat dengan anak mengenai masalah seksualitas agar anak tidak terjerumus dalam pergaulan seks pranikah. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu berisi tentang perilaku religiusitas, perilaku seks pranikah, penelitian yang relevan serta hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas, teknik analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan berisi tentang deskripsi subjek penelitian, analisis deskriptif, analisis korelasi, uji hipotesis, hasil dan pembahasan. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran. 9