BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kegiatan formal yang dilakukan di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha para pendidik yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan. Pembekalan pengalaman belajar diarahkan untuk membina, sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhamad Arshif Barqiyah, 2013

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan secara keseluruhan. Bertujuan mengembangkan aspek

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan jasmani. Kegiatan diarahkan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mas Athi Sugiarthi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media membelajarkan siswa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Diterapkanya pendidikan dasar Sembilan tahun berdasarkan UU Nomor 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

2015 UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR MELALUI PENGEMBANGAN MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemi Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2014 PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR DAN INDEX MASSA TUBUH PADA SISWA TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan.

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, agar tercipta kondisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang serasi, selaras, dan seimbang. Di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61) menjelaskan bahwa Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam teori-teori modern kegiatan belajar mengajar harus dibangun berdasarkan hubungan timbal balik antara guru dan siswa, yakni kedua belah pihak berperan dan berbuat baik secara aktif di dalam suatu kerangka kerja (frame work) dan dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of reference) yang seyogianya dipahami dan disepakati bersama. Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen penting di mana salah satunya adalah guru. Menurut Supandi (1992:8): Guru merupakan faktor strategik lain yang mempunyai pengaruh nyata terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Begitu pentingnya kedudukan guru sebagai faktor strategi belajar mengajar, sehingga strategi belajar mengajar dapat dibataskan sebagai usaha meningkatkan daya guna interaksi guru dan siswa. Guru mempunyai kuasa yang besar untuk menetapkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Guru merupakan titik sentral dan kunci proses belajar mengajar yang menentukan pola membentuk lingkungan, menetapkan tujuan, dan menyusun bahan, dan penilaian proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar itu pada hakekatnya ada di tangan guru. Kekuasaan di tangan itu tentu saja harus dipergunakan demi kepentingan siswa.

2 Guru merupakan orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa, dengan mengarahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat. Sebagai perencana guru harus bisa menetapkan dan mengembangkan individu siswa yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan belajar sehingga tujuan yang diharapkan tercapai sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya. Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah secara umum lebih dikaitkan dengan aktivitas jasmani dan penilaipun mencakup seluruh aspek yang ada, mulai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor di mana aspek psikomotor lebih banyak yaitu sebesar 50% dari proses dan penilaian pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajarananya banyak mengembangkan aktivitas gerak. Pendidikan jasmani di sekolah dasar lebih mengutamakan aktivitas gerak dasar seperti jalan, berlari, melompat dan melempar namun pada pelaksanaannya aktivitasnya tidak memiliki karakteristik yang memberikan pengalaman gerak yang banyak bagi siswa, sehingga siswa cepat merasa bosan seperti yang terjadi pada peserta didik di SDN Babakan Jati Kota Bandung kurang begitu tertarik pada pelajaran penjas, anggapan yang muncul mereka mengagap pelajaran penjas hanya membuangbuang waktu serta pelajaran yang melelahkan dan tidak menarik. Kita sebagai guru hendaknya harus berpikir lebih agar dapat merubah anggapan tersebut menjadi sesuatu yang dapat menarik bagi siswa dalam mengikuti pelajaran penjas. Pada saat pembelajaran di lapangan seringkali terlihat siswa bermalas-malasan

3 dalam melaksanakan tugas gerak yang di berikan oleh guru, ada sebab-sebab para siswa bersifat demikian, ketertarikan mereka terhadap pembelajaran penjas kurang, tidak jarang pada saat pembelajaran sedang berlangsung masih terlihat ada beberapa siswa yang hanya diam dan ngobrol dengan temannya sementara guru yang bersangkutan sedang memberikan intruksi. Hal demikian sudah sepatutnya menjadi bahan renungan dan evaluasi bagi para guru penjas untuk mengatasinya dan mencari jalan keluar agar pembelajaran penjas menjadi menarik dan tidak membosankan bagi siswa. Banyak metode yang dapat diterapkan oleh guru agar suasana belajar menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Aktif di maksudkan agar dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga waktu perhatiannya terhadap pembelajaran tinggi. Jika dalam proses pembelajaran tidak aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, maka pembelajaran tersebut sama dengan permainan biasa yang hanya mengharuskan peserta didik bergerak tanpa ada hasil yang dituju yang akhirnya akan menghilangkan nilai-nilai yang terkandung, seperti mendidik siswa belajar bertanggung jawab, saling menghargai, tolong menolong dan percaya diri. Seperti yang di kemukakan Lutan (2000:2-3) di halaman berikut

4 Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk : (1) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial, (2) membangun rasa percaya diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani, (3) memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efesien dan terkendali, (4) mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan, (5) berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang (6) menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk aktivitas olahraga. Seperti yang dikemukakan di atas bahwa penjas pun bukan hanya sematamata hanya membuat anak bergerak saja akan tetapi banyak aspek yang di dapat dari pembelajaran penjas. Melihat permasalahan yang telah di jelaskan di atas peneliti mempunyai salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa agar aktif dalam mengikuti pembelajaran penjas salah satunya adalah implementasi pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain. Peneliti ingin memperkenalkan pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain agar pada saat pembelajaran penjas di harapkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini di karenakan bila diperhatikan secara seksama, sebenarnya siswa-siswa di sekolah dasar kegiatan hari-harinya saat istirahat di sekolah selalu diisi dengan aktivitas bermain yang dinamis. Dari aktivitas fisik yang mereka lakukan tersebut nampak jelas bahwa mereka selalu bergerak dengan keterampilan, kecepatan, kecekatan, kekuatan yang mereka miliki sendiri. Mereka dapat berlari kencang manakala mengejar atau dikejar temannya, atau sedang mengejar bola. Mereka juga dapat beraktivitas berlama-lama seolah tak kenal lelah, serta tampak terlihat cekatan

5 dalam menghindar maupun mengejar lawannya. Dalam atletik gerakan-gerakan yang digunakan merupakan gerak dasar alamiah manusia dan gerakan-gerakannya di gunakan hampir sebagian besar cabang olahraga. Seperti yang dijelasakan oleh Bahagia (2000:2) atletik merupakan ibu dari sebagian besar cabang olahraga, dimana gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti : jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga. Guru yang baik harus dapat menerapkan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa dan bahan materi yang diajarkan khususnya dalam kontek pembelajaran pendidikan jasmani. Pendekatan mengajar menurut Subagiyo (1997:265), keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan. Sedangkan menurut Supandi (1986:3.1) pendekatan mengajar yaitu keputusan yang diambil yang berkaitan dengan tindak tanduk, perilaku, atau perbuatan mengajar. Pelaksanaan dan penerapan pendekatan mengajar dalam pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar mengajarnya. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999:121) bahwa pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. Sedangkan Bahagia dan Suherman (1999/2000:35) berpendapat, strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik). Pendekatan

6 bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Sehingga siswa tidak merasa bosan dan malas hal ini sesuai dengan sifat alamiah manusia yang selalu bergerak dan bermain. Bermain merupakan sifat utama anak-anak hampir setiap hari anak-anak melakukan kegiatan bermain, sungguh sulit bagi mereka untuk duduk dan diam, mereka selalu bergerak lari kesana kemari, melompat, melangkah, memukul, melempar dan lari lagi. Semua ini merupakan gerak dasar dalam aktivitas atletik dan dorongan dalam diri anak yang tidak dapat ditekan lagi. Seperti yang dikemukakan Smith yang dikutif oleh Sukintaka (1992:2) mengemukakan sebagai berikut: bermain adalah dorongan langsung dan dalam diri setiap individu yang bagi anak-anak merupakan pekerjaan. Besar kecil keinginan untuk bergerak anak-anak tidak selalu sama, dorongan bergerak tidak dapat diajarkan tetapi merupakan pembawaan masing-masing, hal ini perlu diarahkan oleh pendidik/guru agar gerakan dalam kegiatan bermain bisa bermanfaat. Seperti dijelaskan dalam Sukintaka (1992:11)...bahwa dengan bermain kita dapat meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia. Berdasarkan masalah dan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, peneliti merasa tertantang untuk meneliti masalah tersebut menjadi bahan penelitian bagi penulis maka dari itu peneliti mengambil judul IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS ATLETIK DENGAN PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut : Pembelajaran aktifitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa dalam aktivitas penjas. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, mengacu pada judul penelitian yaitu: Implementasi aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani (pada siswa kelas V SDN Babakan Jati Kota Bandung), penulis merumuskan masalah umum penelitian sebagai berikut: Apakah implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa di SDN Babakan Jati Kota Bandung. D. Pemecahan Masalah Kemampuan siswa pada dasarnya berbeda antara satu dengan yang lain. Melihat dari persoalan ini sebagai seorang guru harus lah mempunyai cara bagai mana mengatasi hal tersebut. Manakala dalam suatu pembelajaran terlihat siswa yang masih diam tanpa melakukan apapun guru otomatis harus merubah metode pembelajaran sehingga dapat di ikuti oleh semua siswa. Salah satunya dengan memodifikasi alat, lapangan, dan peraturan permainan sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan pendapat Bahagia (2011:2), dihalaman berikut

8 Pada hakekatnya aktivitas pembelajaran dengan konsep penjas sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga seringkali harus membuat aktivitas permainan itu di buat berbeda untuk setiap kelompok peserta kegiatan. Seorang guru harus menciptakan suasana di mana semua siswa pernah merasakan kepuasan dan keberhasilan pada saat proses pembelajaran. Semua itu dapat tercipta dengan cara sebagai berikut : 1. Membuat modifikasi alat dari bahan yang mudah di mainkan oleh siswa atau benda apapun yang dapat di mainkan dalam ukuran, berat, maupun keras, lunaknya alat. Bisa juga dengan menggunakan kardus, matras, patok (cons) dan sebagainya. 2. Mengenalkan berbagai macam variasi permainan yang menyerupai gerakan yang di perlombakan dalam olahraga atletik. Aktivitas permainan yang bervariasi dapat berupa lari melompati kardus, melempar kertas atau turbo dan sebaginya. 3. Mendekatkan atau menjauhkan target sasaran sesuai kemampuan siswa. Dengan cara ini siswa akan mengalami kepuasan dan keberhasilan dalam melakukan aktivitas penjas. 4. Membuat peserta didik berfikir bagaiman kelompoknya dapat berlari dengan kencang dan mendapatkan waktu yang terbaik. E. Tujuan Penelitian Sebagai peneliti memerlukan tujuan yang jelas untuk,mendukung maksud-maksud tertentu. Arikunto (1993:49) mengemukakan tujuan penelitian:

9 Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang di peroleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan rumusan masalah penulis merumuskan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: Untuk membuktikan apakah implementasi pembelajaran aktivitas atletik dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan waktu aktif belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan mendapat temuan-temuan yang nantinya mempunyai manfaat yang berguna baik secara teoritis maupun praktis : 1. Secara teoritis. a. Dapat memperkuat teori yang sudah ada mengenai pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah seperti pendekatan bermain. b. Dapat dijadikan acuan dalam memperluas wawasan bagi dunia pendidikan khuusnya bagi guru pendidikan jasmani agar dapat menyempurnakan proses belajar atletik, serta dapat mendesai materi pembelajaran lebiih menarik. 2. Secara praktis. a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan waktu aktif siswa dalam pembelajaran penjas. b. Sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani untuk bisa lebih memotivasi siswa agar lebih antusias dalam mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran penjas dengan cara merancang serta memodifikasi

10 bahan pengajaran (alat, lapangan, dan peraturan permainan) menjadi lebih menarik agar siswa tidak merasa jenuh. c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik dalam rangka inovasi pembelajaran. d. Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau hendak meneliti mengenai aktivitas dengan penekatan bermain dalam permasalahan dan sampel yang berbeda. G. Definisi Operasional Untuk mempermudah serta menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu untuk memberikan definisi dalam judul penelitian di halaman berikut: 1. Pembelajaran, Sagala (2008:61) dijelaskan Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. 2. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan menurut Wahyuni, Sutarmin dan Pramono. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah kegiatan integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. 3. Atletik menurut Wisahati dan Santosa (2010:47) adalah Jenis olahraga yang terdiri dari nomor lari, lompat dan lempar.

11 4. Pendekatan bermain menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. 5. Meningkatkan W.J.S Poerdarminta (1984:1078) adalah Menaikan (derajat, taraf, dsd, mempertingi, memperhebat, produktifitas dsd). dalam arti ini adalah menaikan keterampilan bermain bola voli. 6. Bermain dalam W.J.S Poerdarminta (1984:620) adalah Melakukan sesuatu (dengan alat dsd) untuk bersenang-senang. Bermain dalam hal ini adalah bermain mengunakan bola voli. 7. Siswa dalam W.J.S Poerdarminta (1984:955) adalah Pelajar