BAB I PENDAHULUAN. tidak tersisih di negeri sendiri (Fitrihana, 2010: 3).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

Kurikulum Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN EKONOMI KONSEP PRINSIP EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP N 2 TODANAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Perluasan Lapangan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi diri. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat. atau memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan ke arah yang lebih baik untuk mencapai derajat kemakmuran dan. meningkatkan kesejahteraan hidup warga masyarakat.

BAB 1. NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP...

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang memiliki jenis flora dan fauna serta dilintasi garis

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh : Asrifah Imami NIM : K BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

DIALOG NASIONAL: UPAYA PENCAPAIAN MDG DI INDONESIA Jakarta, 5 Agustus 2004

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB III VISI DAN MISI

Peranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan merupakan sumber utama dalam penyediaan tenaga kerja yang kompeten di pasar kerja. Namun masih ada gap antara kebutuhan SDM di industri dengan SDM yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan. Ancaman lain adalah akan ada serbuan tenaga kerja asing ke negara ini jika semua pintu globalisasi telah dibuka. Bangsa yang besar ini hanya mampu menyuplai tenaga kerja level bawah ke negara lain (TKI) sementara itu negara lain menyupali para ahli untuk bangsa ini. Implikasinya dalam pengembangan SDM adalah walaupun hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal namun kualitas tetap dituntut untuk memenuhi standar global agar tetap mampu bersaing dan tidak tersisih di negeri sendiri (Fitrihana, 2010: 3). Indeks Pembagunan Manusia (IPM) Indonesia versi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang dikeluarkan 2 November 2011 menyebutkan, terjadinya penurunan IPM Indonesia dari peringkat ke-108 tahun (2010) menjadi peringkat ke-124 (2011). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Negara lain terus memperbaiki indeks kualitas pembagunan manusianya. Sementara pemerintah Indonesia masih disibukkan dengan berbagai persoalan dalam negeri seperti kasus korupsi yang tidak berkesudahan dan stabilitas politik dalam negeri yang menyebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia (Sinambela, 2011: 1). 1

2 Berdasarkan survei tahun 2009 Indonesia berada di urutan 109 se Asia, apalagi SDM di dunia pendidikan, penyebabnya kualitas SDM ini menurun. Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) mengklaim indeks pembangunan manusia (IPM), alias kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia pada 2011 mengalami kenaikan dari 0,600 pada 2010 menjadi 0,617 pada 2011. Namun pada tingkat ASEAN, rangking SDM Indonesia berada di bawah Malaysia (61), Singapura (26) dan Brunei Darussalam (33). Negara ASEAN yang rangking IPM-nya di bawah Indonesia adalah Vietnam (128), Timor Leste (147), dan Myanmar (149) (Sahlan, 2011: 1). Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan Negara dan Bangsa. Sumberdaya manusia yang diharapkan adalah sumberdaya yang mampu bersaing dalam percaturan global dalam kualitas dan ketrampilan standar dunia kerja. Masalah SDM berkontribusi pada proses pembangunan ekonomi nasional. Namun kontribusi SDM Indonesia tidak menunjukkan signifikansi selama ini. Pertumbuhan ekonomi bukan didapatkan dari produktivitas SDM yang tinggi dan kemampuan manajerial SDM Indonesia tetapi berasal dari eksploitasi sumber daya alam (SDA) berupa hasil tambang dan hasil hutan ditambah arus modal asing, tenaga kerja asing (ekspatriat) dan investasi langsung. Bukti nyata rendahnya SDM Indonesia adalah keterpurukan ekonomi Nasional akibat ketidakmampuan menghadapi persaingan ekonomi global (Gobel, 2011: 3). Di masa sekarang ini Indonesia secara intensif tengah memasuki era pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas, siapa yang

3 berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal tersebut mutlak diperlukan karena sebagai penopang utama pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan, serta menjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia dari multi dimensi krisis, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi (Bahri, 2011: 2). Salah satu penyebab ketinggalan Indonesia dengan negara lain antara lain disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk Indonesia. Ledakan jumlah penduduk ini akan berdampak luas terhadap penyediaan anggaran dan fasilitas kesehatan, pendidikan, serta ketersediaan pangan. Ledakan jumlah penduduk ini pun akan berdampak terhadap pemenuhan gizi bayi serta meningkatnya angka pengangguran. Persebaran penduduk Indonesia juga masih belum merata. Dampak dari persebaran yang tidak seimbang ini antara lain adalah sulitnya pelaksanaan program pembangunan yang lebih merata dan memperberat daya tampung lingkungan. Sementara itu, mobilitas penduduk di Indonesia juga belum mampu memperbaiki pemerataan persebaran penduduk antarwilayah. Mobilitas penduduk yang menonjol akhir-akhir ini lebih bersifat mobilitas dengan motif terpaksa sebagai akibat terjadinya kerusuhan sosial di berbagai wilayah (Mustofa, 2008: 6). Berbagai persoalan tersebut di atas berimbas pada permasalahan pendidikan di Indonesia. Permasalahan pendidikan di Indonesia secara umum, diidentifikasi dalam empat krisis pokok, yaitu menyangkut masalah kualitas, relevansi, elitisme, dan manajemen. Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan

4 berkenaan dengan empat masalah di atas, antara lain analisis komparatif yang membandingkan situasi pendidikan antara negara di kawasan Asia. Keempat masalah tersebut merupakan masalah besar, mendasar, dan multidimensional, sehingga sulit dicari ujung pangkal pemecahannya. Permasalahan ini terjadi pada pendidikan secara umum di Indonesia (Tilaar, 2008: 45). Lembaga pendidikan merupakan salah satu pengelola pendidikan diharapkan dapat menjadi tumpuan harapan bagi bangsa ini untuk bangkit dari segala keterpurukan. Melalui lembaga pendidikan diharapkan muncul generasigenerasi masa depan yang memiliki semangat pembaruan. Lembaga pendidikan yang diharapkan menjadi kawah candradimuka dalam melahirkan agent social of change, terkadang mengalami kelumpuhan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah lembaga pendidikan mengalami disorientasi dalam memaknai arah dan tujuan pendidikan. Lembaga pendidikan seolah-oleh menjadi lembaga yang hanya mencetak selembar kertas yang bernama ijazah. Namun tak mampu melahirkan sosok-sosok pembaharu yang cerdas dan bermoral. Kredibilitas sebuah lembaga pendidikan tergantung dari barisan nilai yang tertera dalam selembar kertas yang bernama ijazah. Namun hal ini yang menjadi embrio kesalahan, apabila selembar kertas ijazah ini merupakan satusatunya penentu kredibilitas lembaga pendidikan yang didewakan. Sehingga lembaga pendidikan sebagai salah satu kawah candradimuka dalam melahirkan jiwa-jiwa pembaharu tak akan pernah terwujud (Sulaimah, 2012: 2). Di lembaga pendidikan, para orangtua mempercayakan keinginannya agar anak-anak untuk pintar, dan anak menjadi pintar merupakan salah satu tolok ukur

5 keberhasilan pendidikan. Keinginan untuk terus belajar baik di dalam maupun di luar sekolah akan memunculkan sifat atau sikap berubah dari bodoh menjadi pintar dari yang tidak tahu menjadi tahu. Yang lebih penting adalah keinginan anak untuk merubah. Belajar adalah cara untuk berubah (Anonim, 2011: 2). Salah satu mata pelajaran yang dipelajarai di SMA adalah Geografi. Geografi adalah bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala gejala yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan menggunakan perspektif keruangan (spatial perspective). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek keruangan lah yang menjadi ciri pembeda bidang geografi dengan bidang ilmu lain (Sandy, 2008: 2). Di SMA 3 Salatiga, pembelajaran geografi diberikan kepada kelas XI khusus jurusan IPS, dengan durasi waktu 18 jam pelajaran dalam satu semester, dengan harapan siswa menguasai standar kompetensi seperti yang telah digariskan dalam kurikulum. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut guru sejak awal pembelajaran telah menyusun RPP sebagai pengembangan dari silabus dan kurikulum yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran kependudukanpun seharusnya dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaana pembelajaran yang telah digariskan, namun pada kenyataannya, guru sering mengabaikan perencanaan yang telah dibuat, sehingga dalam pelaksanaan guru sering mengambil inisiatif sendiri berdasarkan kondisi kelas yang sedang berjalan. Sistematika proses pembelajaran yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sering diabaikan, sehingga guru sering mengambil jalan pintas untuk melaksanakan pembelajaran.

6 Hal tersebut menyebabkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sering tidak tercapai. Permasalahan lain yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran kependudukan adalah kurangnya sarana dan prasarana serta keterbatasan media pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran telah direncanakan sedemikian rupa oleh guru, dengan metode dan media yang dianggap tepat. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran hal tersebut sering menyimpang, karena keterbatasan sarana dan prasarana. Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji tentang pengelolaan pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, maka fokus penelitian adalah bagaimana karakteristik pengelolaan pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga dengan subfokus sebagai berikut. 1. Bagaimanakah karakteristik aktivitas guru dalam pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga? 2. Bagaimanakah karakteristik aktivitas siswa dalam pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga? 3. Bagaimana karakteristik interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendiskripsikan karakteristik aktivitas guru dalam pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga. 2. Untuk mendiskripsikan karakteristik aktivitas siswa dalam pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga. 3. Untuk mendiskripsikan karakteristik interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran geografi kompetensi kependudukan di kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan, dan sebagai bahan acuan bagi peneliti yang lain tentang pembelajaran geografi. 2. Praktis a. Siswa, hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan bagi siswa kelas X, dan kelas XI, XII IPS, khususnya di SMA Negeri 3 Salatiga. b. Guru, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan guru geografi di SMA Negeri 3 Salatiga, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar geografi.

8 c. Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pembelajaran geografi kompetensi kependudukan. d. Perpustakaan, hasil penelitian ini dapat menambah literatur mata pelajaran geografi, khususnya tentang kependudukan. E. Daftar Istilah 1. Aktivitas guru dalam pembelajaran adalah kegiatan guru dalam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan dam mengevaluasi pembelajaran. 2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah kegiatan siswa dalam mengikuti pembelaran, mulai tahap awal, tahap inti pembelajaran, dan penutup. 3. Interaksi guru dan siswa adalah komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.