BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mereka yang memiliki uang atau modal baik di pedesaan maupun di. menyebabkan ekonominya semakin melemah.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga dibutuhkan adanya aturan yang disebut dengan hukum. adanya hukum sebagai suatu norma dalam masyarakat diharapkan dapat

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PINJAM- MEMINJAM UANG ATAU KREDIT. (Studi Kasus Koperasi KPRI Guru Sekolah Dasar di Sragen)

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia seperti negara berkembang lainnya, sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sebuah pinjaman dengan bunga yang ringan maupun menjual

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan manusia dalam rangka bertahan hidup. Pasal 28 C

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Akuntansi OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (LBKK). Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Keuangan Bukan Bank

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

Sitompul Charles Marolop

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. hendak mempelajari hukum koperasi adalah pengetahuan tentang ideologi, paham

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi nasional semakin menyatu dengan ekonomi regional dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam hal penyediaan dana. Bank dalam bahasa itali adalah banca yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan. Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan bangun perusahaan yang

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

NOTARIS DAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KREDIT PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) UNIVERSITAS NEGERI MALANG

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

serta mengembangkan perangkat peraturan pendukung, serta pengembangan sistem pendanaan perumahan. Salah satu alternatif dalam pendanaan perumahan yang

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat memerlukan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan nilai-nilai yang mengakar sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila dalam Pancasila tersebut, antara lain Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, wajib dipelihara nilainya serta berfungsi sebagai falsafah bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan perekonomian, sosial-budaya, serta berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk usaha dalam pemeliharaan nilai-nilai Pancasila adalah penbentukan suatu norma dasar yang memuat nilai-nilai Pancasila serta aturan-aturan dasar yang wajib dipatuhi oleh semua masyarakat Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (selanjutnya disebut dengan UUD 1945) yang terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu Pembukaan (Preambule), Batang Tubuh, serta Penutup. Pembukaan UUD 1945 (Preambule) memuat tujuan serta cita-cita bangsa, termasuk di dalamnya mengandung nilai-nilai Pancasila. Tujuan negara Indonesia tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan (Preambule) UUD 1945 Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

2 Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Penggalan kalimat memajukan kesejahteraan umum mengandung arti bahwa salah satu tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum yang berarti merujuk kepada rakyat luas atau berorientasi pada kesejahteraan yang merata sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial di kalangan masyarakat itu sendiri. Tujuan kesejahteraan umum tersebut harus diwujudkan melalui suatu sistem perekonomian yang cocok bagi kepribadian bangsa Indonesia. Sistem perekonomian Indonesia kemudian dirumuskan kembali di dalam Batang Tubuh UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Bab ini pada pokoknya berisikan bahwa pembangunan ekonomi nasional haruslah bermuara pada peningkatan kesejahteraan sosial, bukan semata-mata mementingkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan fisik semata. Hal tersebut tertuang pada isi pasal-pasal pada Bab XIV yang mengutamakan kepentingan bersama masyarakat demi mengatasi ketimpangan struktural ekonomi. Pasal 33 tentang Perekonomian Indonesia merupakan salah satu pasal penting yang berkaitan dengan sistem perekonomian Indonesia. Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 tersebut diartikan sebagai sesuatu yang

3 mengandung sikap dan perilaku yang menunjukan sebuah manifestasi yang cenderung tinggi dengan wujud tanggungjawab yang mempertimbangkan hubungan keakraban dan kedekatan seperti keluarga kepada orang lain. Dengan demikian, asas kekeluargaan menekankan adanya hubungan pendekatan selayaknya harmonisasi sebuah keluarga, misalnya dalam proses pengambilan keputusan harus berdasarkan persetujuan bersama, bukan berdasarkan keputusan salah satu pihak saja. Lebih spesifik lagi disebutkan di dalam Penjelasan Pasal 33 UUD 1945 bahwa bangunan perusahaan yang sesuai dengan asas kekeluargaan sebagaimana termaktub dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 adalah koperasi. Keberadaan koperasi kemudian diperjelas kembali di dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian yang dimuat pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 23, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 2832, sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (selanjutnya disebut UU Perkoperasian) yang menyebutkan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandasan kegiatan-kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 2 UU Perkoperasian). Koperasi, berdasarkan kedua peraturan perundangan tersebut diamanatkan untuk menerapkan asas kekeluargaan dalam menjalankan setiap kegiatannya.

4 Amanat untuk memelihara serta menerapkan asas kekeluargaan tersebut beralasan, sebab koperasi lahir sebagai solusi bagi masyarakat dalam memecahkan persoalan perekonomiannya di tengah tekanan pemilik modal yang menyebabkan semakin lemahnya perekonomian mereka. Mohammad Hatta di dalam bukunya yang berjudul The Cooperative Movement in Indonesia, mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha milik bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. 1 Dengan begitu, koperasi di Indonesia memiliki kedudukan yang penting sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional yang harus memperhatikan kesejahteraan anggotanya, bukan bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. 2 Sepanjang perjalanannya, asas kekeluargaan inilah yang diharapkan dapat menjaga kedudukan koperasi tersebut agar tidak menyimpang dari tujuannya, yaitu menyejahterakan anggota-anggotanya. Dewasa ini, koperasi di Indonesia mengalami berkembang pesat dikarenakan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan koperasi tersebut terlihat dengan adanya usaha pengelompokan koperasi sesuai dengan peruntukannya. Menurut R. T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, koperasi dapat dibagi berdasarkan beberapa pendekatan. Berdasarkan pendekatan 1 H.Budi Untung, 2005, Hukum Koperasi dan Peran Notaris di Indonesia, Andi, Yogyakarta, hlm.19 2 Anonim, Penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. www.hukumonline.com, diakses pada 2 November 2015

5 sejarah timbulnya koperasi, koperasi terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu koperasi konsumsi, koperasi produksi, dan koperasi kredit. 3 Ketiga jenis koperasi itu memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Koperasi konsumsi memiliki kegiatan penyediaan barang konsumsi sehari-hari bagi para anggotanya. Koperasi produksi kegiatannya adalah melakukan produksi terhadap bahan-bahan tertentu yang nantinya akan menghasilkan barangbarang yang lebih berguna, misalnya kerajinan tangan, sedangkan koperasi kredit atau yang lebih dikenal dengan koperasi simpan pinjam memiliki kegiatan menarik simpanan dan menyalurkan pinjaman yang diperuntukan khusus untuk para anggotanya. Koperasi simpan pinjam adalah jenis koperasi yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Secara khusus, kegiatan koperasi simpan pinjam adalah penghimpunan dana dalam bentuk simpanan wajib dan simpanan pokok, serta penyaluran dana yang berbetuk penyaluran kredit dengan konsep dari dan untuk anggota. 4 Konsep dari dan untuk anggota menunjukan bahwa koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungantabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian 3 R. T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.62 4 Anonim, Koperasi Simpan Pinjam dan Pengelolaannya, http://www.koperasi.net, diakses pada 3 November 2015

6 dipinjamkan pada para anggota dengan cara mudah, bunga ringan, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. 5 Dewasa ini, praktik koperasi simpan pinjam tidak berbeda jauh dengan bank, yaitu sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) yang menghimpun dana dari anggota (dalam perbankan disebut nasabah) dalam bentuk simpanan atau tabungan, untuk kemudian disalurkan kembali kepada anggota maupun calon anggota atau koperasi lain maupun anggotanya dalam bentuk pinjaman atau kredit. Kegiatan pemberian kreditnya pun tidak berbeda dengan kredit bank, kini kredit koperasi juga menganut prinsip kehati-hatian dengan menggunakan syarat 5C, yaitu Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (Modal), Collateral (jaminan), serta Condition of Economic (kondisi ekonomi), atau yang sering disebut dengan The life c s of credit analysis, yaitu suatu pengukuran kemampuan seorang calon penerima kredit untuk mengembalikan pinjamannya. Kelima syarat tersebut wajib dipenuhi oleh calon penerima kredit, termasuk collateral (jaminan) yang menjadi satu syarat utama dalam proses pemberian kredit. Padahal, koperasi sebagai bangun perusahaan yang paling sesuai dengan kepribadian bangsa seharusnya menerapkan asas kekeluargaan dalam menjalankan roda perekonomiannya sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, termasuk koperasi simpan pinjam. Dengan demikian, pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam proses pemberian 5 Ninik Widyanti dan Y.W Sunindhia, 1998, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, hlm.21

7 kredit oleh koperasi simpan pinjam menjadi sebuah tanda tanya besar jika dijalankan bersamaan dengan asas kekeluargaan. Kedua hal inilah yang menjadi suatu pertanyaan tersendiri mengenai penerapan asas kekeluargaan ditengah menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit oleh koperasi simpan pinjam. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya memiliki perbedaan pandangan tentang perkreditan, prinsip kehati-hatian berpandangan bahwa pemberian kredit harus diberikan secara hati-hati dengan mempertimbangkan 5C atas diri anggota, sedangkan asas kekeluargaan mengedepankan hubungan yang lebih dari sekedar kepercayaan selayaknya anggota keluarga. Salah satu koperasi simpan pinjam yang masih aktif dan cukup ternama di Kabupaten Sleman adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama yang terletak di Ringroad Utara, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sama halnya seperti koperasi simpan pinjam lainnya, produk utama dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama adalah simpanan dan pinjaman (kredit). Sebagai bagian dari tubuh koperasi secara umum, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama dituntut untuk memegang teguh asas kekeluargaan pada kegiatan perkreditannya, khususnya dalam proses pemberian kredit kepada para anggotanya. Dalam penulisan hukum ini, Penulis ingin mengetahui secara mendalam bagaimana Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama menerapkan asas kekeluargaan dalam proses pemberian kredit kepada para

8 anggotanya, serta mengkaji apakah penerapan tersebut telah sesuai atau justru menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut di atas maka Penulis memilih judul PENERAPAN ASAS KEKELUARGAAN DALAM PEMBERIAN KREDIT OLEH KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) KEPADA PARA ANGGOTANYA (STUDI KASUS PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SEJAHTERA BERSAMA DI RINGROAD UTARA, KABUPATEN SLEMAN, D.I.Y). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, Penulis telah mengambil 2 (dua) rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan asas kekeluargaan dalam proses pemberian kredit oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama kepada anggotanya? 2. Bagaimanakah kesesuaian antara penerapan asas kekeluargaan dalam proses pemberian kredit oleh Koperasi Sejahtera Bersama (KSP) Sejahtera Bersama kepada anggotanya dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai oleh Penulis dalam penulisan hukum ini meliputi 2 (dua) hal yaitu: 1. Tujuan Obyektif a. Mengetahui penerapan asas kekeluargaan dalam proses pemberian kredit Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama kepada para anggotanya. b. Mengetahui kesesuaian penerapan asas kekeluargaan dalam proses pemberian kredit Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama kepada para anggotanya dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia. 2. Tujuan Subyektif Tujuan subyektif yang hendak dicapai oleh Penulis adalah memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan hukum sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh Penulis, terdapat beberapa judul yang berkaitan dengan judul penulisan hukum ini, yaitu Penerapan Asas Kekeluargaan dalam Pemberian Kredit oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) kepada Para Anggotanya, diantaranya sebagai berikut:

10 1. Judul Tesis Penerapan Asas Kekeluargaan dan Prinsip Kehati-hatian dalam Perjanjian Pinjam Meminjam di Koperasi Credit Union (CU) Khatulistiwa Bakti Kantor Pelayanan Imam Bonjol, Pontianak yang disusun oleh Saudari Reika Agni Widyanti pada tahun 2015, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 6 a. Bagaimana penerapan asas kekeluargaan dan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pinjaman di Koperasi CUKB? b. Faktor apa saja yang menjadi dasar perjanjian pinjam meminjam menggunakan akta notarial pada Koperasi CUKB? Penulisan hukum diatas memiliki kesamaan materi dengan penulisan hukum ini, yaitu asas kekeluargaan disertai dengan prinsip kehatihatian, namun Saudari Reika membahas keduanya secara berimbang, sedangkan Penulis dalam penulisan hukum ini akan membahas mengenai penerapan asas kekeluargaan di tengah keberadaan prinsip kehati-hatian. Sehingga pada hasil penelitian nantinya, Penulis akan lebih banyak membahas mengenai asas kekeluargaan daripada prinsip kehati-hatiannya. Selain itu, Penulis Reika pada rumusan kedua membahas mengenai faktor dasar perjanjian pinjam-meminjam menggunakan akta notarial, sedangkan Penulis sama sekali tidak membahas hal demikian. 6 Reika Agni Widyanti, 2015, Penerapan Asas Kekeluargaan dan Prinsip Kehati-hatian dalam Perjanjian Pinjam Meminjam di Koperasi Credit Union (CU) Khatulistiwa Bakti Kantor Pelayanan Imam Bonjol, Pontianak, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 8

11 2. Judul Skripsi Penerapan Asas Itikad Baik dalam Perjanjian Kredit Multipurpose pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Jala Artha di Surakarta yang disusun oleh Saudara Mega Mandha Setyawan pada tahun 2009, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 7 a. Bagaimana penerapan asas itikad baik oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Jala Artha dalam hal pemberian kredit multipurpose kepada para debiturnya? b. Apakah restrukturisasi kredit kepada sebagian debitur Koperasi Serba Usaha (KSU) Jala Artha dapat dikatakan sebagai perwujudan dan penerapan asas itikad baik oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Jala Artha ataukah semata-mata adalah usaha Koperasi Serba Usaha (KSU) Jala Artha untuk menyelamatkan aset koperasi? Penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penulisan hukum ini, terletak pada badan usaha yang diteliti, yaitu koperasi serta penerapan asas di dalam pelaksanaan perjanjian kredit, namun penelitian diatas membahas mengenai asas itikad baik, sedangkan Penulis dalam penelitian ini akan lebih banyak membahas mengenai asas kekeluargaan dalam proses pemberian kredit koperasi beserta kesesuaian penerapannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 7 Mega Mandha Setyawan, 2009, Penerapan Asas Itikad Baik dalam Perjanjian Kredit Multipurpose pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Jala Artha di Surakarta, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 8

12 3. Judul skripsi Analisis Yuridis Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat M di Palembang yang disusun oleh Saudari Hira Hanifah Maruhun pada tahun 2015, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 8 a. Apakah pelaksanaan perjanjian kredit pada Bank Perkreditan Rakyat M di Palembang telah memenuhi asas itikad baik? b. Bagaimana upaya pihak bank dalam hal debitur tidak beritikad baik dalam pelaksanaan perjanjian kredit? Penelitian diatas juga memiliki kesamaan tema, yaitu penerapan asas dalam kegiatan perkreditan, namun penelitian yang dilakukan oleh Penulis dengan penelitian Saudari Hira memiliki beberapa perbedaan mendasar, yaitu asas dan badan usahanya. Saudari Hira mengambil asas itikad baik dalam penelitiannya, sedangkan Penulis memilih asas kekeluargaan dalam penelitian ini. Di dalam penelitiannya, Penulis Hira mengambil badan usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sedangkan Penulis dalam penulisan ini menggunakan badan usaha Koperasi Simpan Pinjam (KSP). E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis, dengan penjabaran sebagai berikut: 8 Hira Hanifah Maruhun, 2015, Analisis Yuridis Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat M di Palembang, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm.9

13 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu hukum perdata, terutama mengenai penerapan asas kekeluargaan dalam pemberian kredit koperasi simpan pinjam kepada para anggotanya, khususnya pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama di Ringroad Utara, Kabupaten Sleman, D.I.Y. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian yang sejenis dan berkaitan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah waawasan dan pengetahuan dalam bidang ilmu hukum, terutama hukum perdata dalam hal-hal yang berkaitan dengan asas kekeluargaan, penerapannya dalam pemberian kredit oleh koperasi simpan pinjam, serta kesesuaiannya dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia. b. Bagi masyarakat, terutama yang berperan sebagai anggota dan pengurus koperasi, khususnya pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan umum mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemberian kredit di koperasi simpan pinjam yang sesuai dengan asas kekeluargaan

14 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. c. Bagi instansi/pemerintah, khususnya Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop), terutama di wilayah Kabupaten Sleman, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna dalam hal pengawasan kegiatan perkoperasian, khususnya terkait kegiatan perkreditan pada koperasi simpan pinjam agar tetap menerapkan asas kekeluargaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.