1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif salah satu diantaranya yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang ada. Penurunan kualitas lingkungan merupakan akibat dari meningkatnya permintaan dan eksploitasi sumber daya alam. Menurunnya kualitas lingkungan ini ditandai dengan timbulnya masalah penggunaan lahan yang berlebihan untuk keperluan pambangunan sehingga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah lahan yang berfungsi sebagai komponen penyeimbang lingkungan khususnya di daerah perkotaan. Di Indonesia, pembangunan secara fisik yang berorientasi ekonomi menjadi prioritas utama dibandingkan berorientasi ekologi. Seperti halnya pembangunan terpusat di kota-kota besar. Namun, pesatnya pembangunan mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan lahan yang berdampak pada semakin berkurangnya ruang-ruang terbuka hijau di kota-kota besar. Hal ini memberikan dampak langsung maupun tidak langsung kepada daerah-daerah pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan lahan yang telah habis di dalam kota. Implikasinya antara lain terjadinya proses urbanisasi dan industrialisasi pada daerah di sekitar kota. Menurut Simonds (2006) ruang terbuka hijau mempunyai peran yang penting dalam suatu kawasan perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan alami perkotaan. Salah satu fungsi ruang terbuka adalah untuk mempertahankan kondisi ekologis lingkungan kota. Penanaman tanaman di perkotaan dalam bentuk ruang terbuka hijau merupakan usaha yang bermanfaat untuk penanggulangan berbagai masalah lingkungan. Peran ruang terbuka hijau dalam memberikan kenyamanan dan kesejahteraan warga kota adalah penyumbang ruang bernafas yang segar sebagai paru-paru kota, sumber air dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, menciptakan iklim mikro, serta sebagai unsur pendidikan.
2 Hal tersebut berlaku pula untuk kawasan industri. Kawasan industri merupakan suatu kawasan yang terdapat banyak industri yang menghasilkan limbah yang berupa limbah cair, polusi udara maupun polusi kebisingan. Fakuara (1987) menjelaskan selain kendaraan bermotor dan industri rumah tangga yang ada, maka cerobong asap industri juga merupakan sumber-sumber pencemar yang dapat mengeluarkan debu dan gas-gas ke udara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, beban pencemaran di seluruh wilayah DKI Jakarta dari kegiatan industri yang berupa debu adalah sekitar 1.100 ton/tahun. Bila dilihat dari total beban pencemaran maka kegiatan industri persentase kontribusinya terhadap debu sekitar 14,6%. Untuk beban pencemaran yang ditimbulkan dari kegiatan rumah tangga adalah debu 2.400 ton/tahun atau bila ditinjau dari persentase terhadap total beban pencemar maka persentase kontribusinya terhadap debu sekitar 33%. Kemudian untuk kendaraan bermotor beban pencemar yang bersumber dari lalulintas/transportasi terdapat bahan pencemar debu sekitar 3.300 ton/tahun dengan persentase 44,10%. Serta untuk pembakaran sampah beban pencemarnya sekitar 9,6%. (Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1993). Adanya zat-zat pencemar seperti di atas satu atau pun lebih dalam kuantitas, sifat dan lama waktu keberadaannya pada konsentrasi tertentu yang sudah melampaui nilai ambang batas (NAB) dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kualitas barang atau benda, dapat menimbulkan bau, menyebabkan kerusakan pada tanaman, sehingga dapat mengganggu kenyamanan hidup manusia dan biota (Wardoyo, 1983). Total dari partikel-partikel yang tersuspensi mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan fotosintesa dalam tanaman, sementara gas (ozone, aldehyde, dsb) sangat berpengaruh terhadap kerusakan terhadap kerusakan jaringan, mengurangi pertumbuhan, pembentukan buah yang belum waktunya serta dapat menggugurkan daun-daun tanaman (World Bank, 1978). Pencemaran udara yang terjadi di kawasan industri ini merupakan suatu masalah penurunan mutu lingkungan hidup yang memerlukan suatu penanganan yang cukup serius. Untuk mengatasi masalah pencemaran udara antara lain dengan merencanakan sebuah ruang terbuka hijau yang baik dimana menggunakan pohon-pohon yang memiliki fungsi sebagai penyaring dan penetral
3 bahan-bahan pencemar udara, serta sebagai pabrik oksigen (O 2 ) yang sangat dibutuhkan tidak saja bagi manusia tetapi juga bagi makhluk-makhluk hidup lainnya. Tanaman, baik berupa pohon, semak atau perdu mempunyai peranan penting dalam mengurangi pencemaran udara. Kemampuan penjerapan partikel sangat dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman. Tanaman yang dibutuhkan sebagai pengendali lingkungan harus mampu menyerap gas pencemar udara dalam jumlah relatif besar tanpa mengalami gangguan fisiologis yang berarti pada tanaman tersebut. Gangguan fisiologis dapat berupa menurunnya jumlah klorofil, jumlah glukosa sebagai hasil fotosintesis dan jumlah nitrogen daun. Oleh karena itu, di dalam merencanakan ruang terbuka hijau pada kawasan industri dibutuhkan pohon-pohon yang mampu menyerap gas polutan namun rindang dan tetap hijau. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan ruang terbuka hijau yang diharapkan dapat berfungsi sebagai penyangga dampak negatif dari perkembangan pabrik kertas terhadap lingkungan sekitar. Dampak negatif pencemaran adalah pengaruh limbah dan polusi yang ditimbulkan dari keberadaan pabrik kertas. Selain itu, ruang terbuka hijau juga direncanakan berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan bagi karyawan dan masyarakat sekitar dan merencanakan fasilitas-fasilitias yang terdapat pada ruang terbuka hijau. Fungsi-fungsi ruang terbuka hijau tersebut dapat dicapai melalui penataan vegetasi dengan komposisi vegetasi yang sesuai dengan fungsi masing-masing ruang terbuka hijau. Selain itu, panggunaan vegetasi yang toleran juga sangat penting untuk menjaga keberlangsungan vegetasi tersebut dengan melakukan beberapa penghitungan untuk mendapatkan beberapa spesies vegetasi yang toleran ditanam di kawasan industri tersebut. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola kawasan industri kertas dan pemerintah daerah beserta pihak-pihak
4 yang terkait mengenai penataan ruang terbuka hijau di dalam rencana pengembangan kawasan industri kertas. Realisasi studi diharapkan dapat memberikan manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat di sekitar kawasan industri kertas, serta bagi lingkungan di sekitar dan di dalam kawasan indusri kertas. Selain itu, penelitian ini, diharapkan dapat menjadi alternatif pemikiran untuk merencanakan ruang terbuka hijau yang baik dengan memilih spesiesspesies tanaman yang toleran dan sesuai ditanam pada kawasan industri kertas, sehingga dapat mengurangi polusi di sekitar kawasan industri kertas tersebut. Kerangka Pikir Kawasan industri pabrik kertas yang berada di kabupaten karawang yaitu kawasan industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Perencanaan ruang terbuka hijau yang dilakukan dengan menganalisa aspek fisik yang berupa wilayah administrasi, topografi, iklim, polusi/emisi, unit-unit/bagian-bagian kawasan industri, kemudian menganalisa aspek bio-fisik yang berupa vegetasi dan satwa, serta menganalisa aspek sosial yaitu kependudukan, tata guna lahan, pegawai, dan aktivitas industri. Tahapan selanjutnya yaitu mensintesis setiap data yang diperoleh dengan melihat potensi dan kendala, penghitungan kapasitas daun menyerap debu dengan menggunakan metode grafimetri, distribusi polutan serta pembagian ruang-ruang. Hasil yang diperoleh dari analisis dan sintesis tersebut berupa konsep ruang terbuka hijau, zonasi ruang terbuka hijau, serta alternatif vegetasi yang digunakan. Proses berfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
5 Kabupaten Karawang Kawasan Industri Pabrik Kertas Kawasan Industri PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Jawa Barat Ruang Terbuka Hijau Aspek Fisik Aspek bio-fisik Aspek sosial Wilayah administrasi, topografi, iklim, polusi/emisi, unitunit/bagian-bagian kawasan industri. Vegetasi dan satwa Kependudukan, tata guna lahan, pegawai, aktivitas industri. Potensi dan kendala, penghitungan kapasitas daun menyerap debu dengan menggunakan metode gravimetri, distribusi polutan, pembagian ruang-ruang, masukan dari pengguna. Konsep/rencana ruang terbuka hijau, zonasi ruang terbuka hijau, vegetasi yang digunakan. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian