BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tri Suci Handayani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas dan terampil (Ristanto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar sudah menjadi harapan setiap guru agar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pembelajaran adalah sebuah proses dimana manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut individu untuk memiliki kecakapan berpikir yang baik untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah kongkrit.

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Argarani, 2013

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah seorang pembelajar, karena seluruh rentang hidupnya tidak terlepas dari aktivitas belajar. Dalam hal ini, belajar memiliki arti yang luas. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne (Dahar, 1996), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sementara Brunner dalam Dahar (1996) mengemukakan bahwa inti dari belajar adalah cara-cara bagaimana orang memilih informasi, mempertahankan dan mentransformasi informasi tersebut secara aktif. Apabila kedua pengertian belajar tersebut digabung dapat dirumuskan bahwa belajar adalah suatu proses kognitif yang berkaitan dengan cara pemerolehan informasi dan mentransformasinya secara aktif sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif pada pembelajar. Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas belajar sebagian besar dilaksanakan melalui penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya. Potensi dasar yang dimaksud adalah kecakapan-kecakapan hidup yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh siswa agar dapat berperan sebagai anggota masyarakat di lingkungannya. Dengan demikian terdapat hubungan yang tegas antara pendidikan dengan kehidupan nyata. Manusia, dalam kesehariannya dihadapkan pada berbagai macam masalah yang menuntut pemecahan masalah. Peran pendidikan dalam hal ini adalah menyiapkan individu yang siap menghadapi berbagai masalah nyata dalam lingkup masyarakat serta memberikan solusi atas permasalahan tersebut (Akinoglu dan Tandogan, 2007). Faktanya pendidikan semakin terisolasi dari kehidupan nyata, sehingga tamatan pendidikan dari berbagai jenis dan jenjang pendidikan dianggap kurang siap menghadapi kehidupan nyata (Slamet, 2002). Seperti yang dikemukakan Depdiknas (2002), bahwa terdapat siswa yang 1

2 memiliki tingkat hafalan yang tinggi namun kenyataannya sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam mengenai pengetahuan tersebut. Dengan kata lain siswa kurang mampu menggunakan pengetahuannya apabila menemui masalah dalam kehidupan nyata. Hal ini disebabkan pembelajaran yang bersifat teacher centered dan bersifat kognitif sehingga kemampuan lainnya belum terkembangkan. Pembelajaran ini akan membuat siswa menjadi pasif, tidak banyak yang mereka dapatkan karena partisipasi mereka dalam proses pembelajaran kurang (Amir, 2009). Hasil studi Blazely et al (Depdiknas, 2002) melaporkan bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana anak berada. Hal inilah yang kemudian membuat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menjadi kurang berkembang. Kemampuan memecahkan masalah ini disebut juga sebagai kecakapan berpikir. Amir (2009) mengemukakan bahwa dengan membiarkan pembelajar pasif, pendekatan yang terpusat pada pendidik sulit untuk memungkinkan pembelajar mengembangkan kecakapan berpikir, kecakapan interpersonal dan adaptasi dengan baik. Padahal berbagai kecakapan inilah yang akan dibutuhkan ketika dewasa nanti. Pola pembelajaran teacher centered yang selama ini hanya menitikberatkan pada proses transfer informasi tentunya kurang mampu mengembangkan kecakapan tersebut. Selain itu pembelajaran teacher centered ini tidak sesuai dengan hakikat Biologi sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam, karena Biologi berawal dari suatu proses penemuan yang dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar (BSNP, 2006) sehingga untuk memahaminya tidak bisa dengan hanya mengetahui fakta, konsep atau prinsip saja. Disebutkan pula bahwa Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains, maka dibutuhkan keterampilan seperti menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (BSNP, 2006). Oleh karena itu pembelajaran yang dilaksanakan harus memfasilitasi perkembangan keterampilan-

3 keterampilan tersebut agar dapat digunakan dalam memecahkan masalah sehari-hari. Secara khusus Cimer (2012) menguraikan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan biologi sulit untuk dipelajari adalah kurangnya keterkaitan antara materi biologi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari dikarenakan guru menyampaikan materi dengan ceramah (transfer ilmu) tanpa memberikan contoh nyata. Oleh karena itu diperlukan adanya pemberian pengalaman langsung bagi siswa untuk mencari tahu dan memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (BSNP, 2006). Dengan demikian semakin jelas bahwa pembelajaran biologi di kelas harus dapat mengembangkan kecakapan berpikir siswa dan meningkatkan pemahaman siswa apabila materi yang dipelajarinya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kesinambungan antara pembelajaran di sekolah, terutama dalam pelajaran biologi dipertegas dalam salah satu Standar Kompetensi Lulusan yang telah dirumuskan oleh pemerintah, yaitu lulusan mampu untuk menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006). Masalah yang ditemui dalam kehidupan tentunya dapat beragam bentuk dan kesulitannya, namun hal yang penting dalam hal ini adalah kemampuan individu/siswa dalam menganalisis dan memecahkan masalah tersebut. Di mana kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah termasuk ke dalam kecakapan berpikir dasar yang harus dikembangkan oleh individu mulai dari pendidikan dasar hingga menengah agar kecakapan lainnya yang lebih tinggi dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran alternatif yang dapat mengembangkan kecakapan berpikir siswa. Salah satu caranya adalah dengan mengangkat masalah sebagai sumber pembelajaran di kelas. Dengan adanya masalah, siswa akan berusaha mencari informasi yang relevan kemudian mengolahnya dalam rangka memecahkan masalah. Permasalahan yang digunakan harus berasal dari dunia nyata dan merupakan masalah yang dialami sehari-hari agar siswa merasa tertarik untuk memecahkannya. Karena

4 menurut Amir (2009), semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pembelajar/siswa. Selain itu, Chin dan Chia (2005) menjelaskan bahwa ketika pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan nyata, maka motivasi siswa untuk belajar semakin meningkat. Sistem pencernaan manusia merupakan salah satu konsep biologi yang sangat terkait erat dengan kehidupan sehari-hari terutama dengan kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Hiromi dalam bukunya (Shinya, 2011), bahwa makanan sangatlah penting bagi kesehatan, sehat atau tidaknya seseorang bergantung pada apa yang dimakannya. Sehingga muncul ungkapan umum yang berbunyi you are what you eat. Gangguan pencernaan yang umum sekali diderita oleh siswa adalah radang lambung (maag), diare dan konstipasi. Gangguan tersebut dapat dijadikan sebagai suatu permasalahan yang perlu dipecahkan oleh siswa. Permasalahan yang berhubungan langsung dengan kehidupan diharapkan dapat membuat siswa termotivasi untuk menggali berbagai informasi dalam rangka memecahkan masalah tersebut. Menurut Chin dan Chia (2005), siswa akan termotivasi dan tertantang oleh isu/masalah yang datang dari kehidupan sehari-hari, terutama jika permasalahan tersebut berdampak langsung terhadap kehidupan pribadi mereka. Dalam dunia pendidikan banyak terdapat model, metode dan pendekatan yang menjadikan masalah sebagai fokus pembelajaran, namun salah satu model yang dianggap lebih sesuai adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Menuru Amir, karakteristik masalah yang digunakan dalam PBM membutuhkan penjelasan atas sebuah fenomena (2009) bukan sebagai pengantar pada materi selanjutnya seperti pada pembelajaran yang lain. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dianggap membantu menjembatani antara pengetahuan yang diperoleh dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, karena dengan PBM siswa belajar dari sebuah permasalahan autentik yang berasal dari dunia nyata. Selain itu melalui PBM diharapkan kecakapan berpikir siswa dapat

5 meningkat. Smith menguraikan bahwa, Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki manfaat: meningkatkan kecakapan pemecahan masalah, lebih mudah mengingat, meningkat pemahaman, meningkatkan pengetahuan yang relevan dengan dunia praktik, mendorong penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi pembelajar, (Amir, 2009). Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Wee (Amir, 2009) yaitu, proses PBM menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, berpikir secara metakognitif, dan cakap menggali informasi, yang semuanya relatif diperlukan untuk dunia kerja. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kecakapan Berpikir Siswa Kelas XI Pada Konsep Sistem Pencernaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di awal, maka penulis menentukan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Bagaimanakah pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan konsep dan kecakapan berpikir siswa kelas XI pada konsep sistem pencernaan? Agar penelitian ini lebih terarah, maka rumusan masalah tersebut diperjelas dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat penguasaan konsep siswa kelas XI sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem pencernaan? 2. Bagaimanakah tingkat penguasaan konsep siswa kelas XI sebelum dan sesudah pembelajaran konvensional pada konsep sistem pencernaan? 3. Bagaimanakah tingkat kecakapan berpikir siswa kelas XI sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem pencernaan? 4. Bagaimanakah tingkat kecakapan berpikir siswa kelas XI sebelum dan sesudah pembelajaran konvensional pada konsep sistem pencernaan?

6 5. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep dan kecakapan berpikir siswa? 6. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah pada sistem pencernaan manusia? C. Batasan Masalah Untuk mengatasi meluasnya permasalahan, maka ditentukan batasan masalah untuk penelitian ini, yaitu: 1. Pembelajaran Berbasis Masalah yang dilaksanakan yaitu pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan sintaks berikut: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah kemampuan kognitif siswa berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Kemampuan tersebut yaitu, kemampuan menghafal (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalis (C4). 3. Materi yang dijadikan pokok bahasan pada penelitian ini, yaitu materi sistem pencernaan manusia. Materi yang dikaji meliputi konsep zat gizi/nutrisi, organ-organ sistem pencernaan manusia, proses pencernaan, dan gangguan atau kelainan yang dapat terjadi pada sistem pencernaan manusia. D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh implementasi pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan konsep dan kecakapan berpikir siswa kelas XI pada konsep sistem pencernaan. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

7 1. Menganalisis perbedaan tingkat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah diterapkannya pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem pencernaan. 2. Menganalisis perbedaan tingkat penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran konvensional pada konsep sistem pencernaan. 3. Menganalisis perbedaan tingkat kecakapan berpikir siswa sebelum dan sesudah diterapkannya pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem pencernaan. 4. Menganalisis perbedaan tingkat kecakapan berpikir siswa sebelum dan sesudah pembelajaran konvensional pada konsep sistem pencernaan. 5. Menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep dan kecakapan berpikir siswa. 6. Menganalisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa Diharapkan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi (kecakapan berpikir) dirinya. 2. Bagi guru Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan dapat meningkatkan potensi yang dimiliki siswa. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini memberikan masukan mengenai memilih model pembelajaran yang dapat mengembangkan kecakapan berpikir siswa.

8 F. Hipotesis Terdapat perbedaan tingkat penguasaan konsep dan kecakapan berpikir yang signifikan antara siswa yang menggunakan PBM dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada sistem pencernaan.