POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

Physics Communication

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Kata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

BAB III METODE PENELITIAN

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

KARAKTERISASI SIFAT MAGNET DAN KANDUNGAN MINERAL PASIR BESI SUNGAI BATANG KURANJI PADANG SUMATERA BARAT

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120

Pengolahan awal metode magnetik

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

Unnes Physics Journal

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wahana Fisika, 2(1), e-issn :

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

PEMETAAN PERSENTASE KANDUNGAN DAN NILAI SUSEPTIBILITAS MINERAL MAGNETIK PASIR BESI PANTAI SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Pemodelan 2D Reservoar Geotermal Menggunakan Metode Geomagnet Pada Lapangan Panasbumi Mapane Tambu

IDENTIFIKASI RESERVOAR DAERAH PANASBUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK DAERAH BLAWAN KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Kata kunci: anomali magnet, filter, sesar, intrusi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Transkripsi:

Identifikasi Sebaran Bijih Besi di Daerah Gurun Datar Kabupaten Solok Sumatera Barat Menggunakan Metode Geomagnet Muh. Ishak Jumarang 1)*, Zulfian 1) 1) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak Jl. Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat *E-mail: ishakjumarang@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan penelitian sebaran bijih besi di daerah Gurun Datar. Daerah ini merupakan daerah perbukitan yang dilewati oleh jalur sesar Sumatera. Metode yang digunakan adalah metode geomagnet. Berdasarkan pengolahan data diduga terdapat batuan dengan nilai suseptibilitas antara 0,0100 s.d 0,0356 SI pada 29 titik dan dengan nilai suseptibilitas antara 0,0600 s.d 0,1753 SI di 5 titik. Nilai korelasi antara data obsevasi dan data kalkulasi berkisar 0,84 s.d 0,99. Kata Kunci: bijih besi, Gurun Datar, metode geomagnet, suseptibilitas. Abstract The research to determine the distribution of iron ore in Gurun Datar has been conducted. This area is a hilly area that is passed by the Sumatran fault line. The method used is geomagnetic method. From the data it can be shown that the suspected e rock lies between susceptibility s values of 0,0100 0,0356 SI on 29 points of observation and the mineral magnetite in the e veins lies between susceptibility s value of 0,0600 0,1753 SI found on 5 points of observation. Correlation value between observation data and calculated data is 0,84 0,99. Keyword: iron ore, Gurun Datar, geomagnetic method, susceptibility. 1. Pendahuluan Mineral bijih besi yang terdapat di alam umumnya ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lain, jarang didapatkan dalam keadaan bebas. Walaupun demikian, singkapan mineral bijih besi masih ditemukan di beberapa tempat. Singkapan dan sebaran bijih besi yang tersebar secara acak dapat diketahui dengan menggunakan metode geofisika. Metode geofisika yang sering digunakan untuk eksplorasi bijih besi adalah metode geolistrik dan magnetik. Metode geolistrik dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan bumi berdasarkan perbedaan nilai resistivitas mineral, sedangkan metode geomagnet berdasarkan nilai suseptibilitas. Jangkauan kedalaman metode geolistrik hanya berkisar 30 45 meter di bawah permukaan bumi. Metode geomagnet cocok dipakai dalam ekplorasi mineral-mineral yang bersifat magnetik. Metode ini bisa dilakukan di darat, di udara dan di laut dengan mengukur sebaran medan magnet bumi. Kajian mengenai eksplorasi mineral magnetik dengan metode magnetik di daerah Sumatera telah banyak dilakukan diantaranya oleh Zaenudin, dkk (2008) di daerah Gunung Peben P. Belitung, Idral (2007) di Kec. Lembah Gumanti. Sedangkan Mufit, dkk (2006) mengkaji sifat magnetik pasir besi di Pantai Sunur, Pariaman melalui uji laboratorium. Pada penelitian ini metode magnetik akan diaplikasikan untuk pendugaan potensi biji besi di daerah Gurun Datar Nagari Simpang Tanjung Nan IV Kec. Danau Kembar Kab. Solok, Sumatra Barat. Daerah ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa di daerah tersebut terdapat singkapan bijih besi yang cukup besar. Singkapan tersebut berwarna hitam kemerahan yang diduga sebagai. 2. Metode Penelitian 2.1 Pengambilan Data Data yang digunakan merupakan data primer yaitu data medan magnet bumi yang diukur di lokasi penelitian. Beberapa peralatan yang digunakan selama penelitian ini adalah seperangkat overhouser magnetometer, tali sepanjang 30 m, GPS (Global Positioning System) Garmin 60CSx, kompas dan parang. Lokasi penelitian terletak di koordinat 01 o 04 8,9 01 o 04 18,3 LS dan 100 o 43 24,3 100 o 43 34,1 BT. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1350-1500 meter dari permukaan laut (BNPB). Selanjutnya lokasi penelitian dibagi menjadi lintasan 27

pengambilan data dengan arah Selatan - Utara sebanyak 4 lintasan dan arah Barat - Timur sebanyak 1 lintasan. Lintasan 1 s.d 4 panjangnya 300 meter dengan jarak antar lintasan 100 meter, sedangkan lintasan 5 hanya berjarak 50 meter. Bentuk Lintasan penelitian direpresentasikan pada Gambar 1: Akuisisi data pada penelitian ini dilakukan secara looping yaitu pengukuran yang dimulai dari base station dan berakhir di base station lagi. Pengukuran looping ini hanya menggunakan satu alat Proton Magnetmeter (PMM) yang menjadi base dan rover (mobile). Pengukuran looping ini mencatat nilai variasi harian dan intensitas medan magnet total. Lokasi base station terletak pada koordinat 01 o 03 55 LS, 100 o 43 24,2 BT. Lokasi ini mempunyai nilai intensitas medan magnet bumi lokal berkisar antara 43030,34 nt - 43047.45 nt. Selanjutnya, nilai intensitas medan magnet bumi diukur di setiap titik pada lintasan dengan spasi (jarak antar titik) pengukuran berjarak 4 meter. Pengukuran ini bertujuan untuk mencari nilai anomali intensitas medan magnet bumi yang disebabkan oleh mineral yang terdapat di bawah permukaan bumi. Menurut Zaenudin dkk (2008) anomali magnetik di suatu tempat dipengaruhi oleh medan magnet observasi (H obs), medan magnet IGRF (H IGRF), dan variasi medan magnet harian (H VH). Anomali tersebut diperoleh dengan mereduksi intensitas medan magnet hasil pengukuran di lapangan (H obs) dengan Gambar 1. Lintasan pengambilan data koreksi harian (H VH) dan koreksi IGRF. Koreksi harian bertujuan untuk mereduksi intensitas medan magnet luar, sedangkan koreksi IGRF bertujuan untuk mereduksi intensitas medan magnet utama. Anomali magnetik di suatu tempat dapat ditentukan berdasarkan Persamaan (Steven, 1999): dengan: H = H H ± H (1) H = medan magnet anomaly H = medan magnet observasi H = medan magnet IGRF H = medan magnet variasi harian Hasil koreksi tersebut dapat direpresentasikan menggunakan peta kontur medan magnetik. 2.2 Pemodelan Data Menurut Parasnis (1986) pemodelan sintetik dibuat berdasarkan pendekatan bentuk benda duga, yaitu berbentuk thin-sheet (tipis) dan tick- 28

sheet (tebal). Pemodelan ini menggunakan software GEMLink dengan tampilan 2D. Input dari model ini adalah: deklinasi (D), inklinasi (I), intensitas magnetik, kedalaman (depth), suseptibilitas (k), dan dip (kemiringan). Berdasarkan data IGRF untuk daerah Gurun Datar memiliki sudut deklinasi -0,2 0, sudut inklinasi -20,8833 0, dan intensitas magnet total sebesar 42.922,70 nt. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Anomali Medan Magnet Medan magnet anomali disebabkan oleh adanya mineral magnetik yang berada di bawah permukaan bumi maupun di sekitarnya. Berdasarkan penjelasan di atas untuk memperoleh anomali intensitas medan magnet, intensitas medan magnet hasil pengukuran di lapangan (H obs) harus direduksi dengan koreksi harian dan koreksi IGRF (Breiner, 1999). Hasil koreksi tersebut dapat direpresentasikan menggunakan peta kontur seperti terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan peta anomali kontur intensitas medan magnet tersebut, intensitas medan magnetik lokal di lokasi penelitian berkisar antara -450 nt sampai 150 nt. Nilai intensitas medan magnetik lokal yang dominan adalah antara -10 nt sampai 70 nt yang ditunjukkan dengan warna kuning kecoklatan. Pada koordinat 1 o 04 12,4 s.d 1 o 04 15,5 LS dan 100 o 43 28,6 s.d 100 o 43 30,3 BT terdapat daerah kontras dengan warna biru keunguan dengan nilai anomali intensitas medan magnetik lokal berkisar antara -210 nt sampai-450 nt. Identifikasi sebaran bijih besi dan jenis batuannya secara vertikal dilakukan dengan memilih beberapa daerah yang memiliki kontras anomali medan magnet. Dari hasil pemetaan distribusi intensitas medan magnet lokal, maka ditentukan 5 lintasan anomali yang diwakili oleh 5 lintasan yaitu lintasan AB, lintasan CD, lintasan EF, lintasan GH dan lintasan IJ sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar 2 Distribusi anomali medan magnet dan intasan-lintasan yang memotong daerah distribusi anomali intensitas magnet lokal 4.2.1 Lintasan AB Titik awal lintasan AB berada pada koordinat 1 o 04 15,2 LS 100 o 43 30,7 BT dengan panjang lintasan 104,4 m membentang dari arah Utara ke Selatan. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas 29

secara vertikal dengan nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,99 dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 6 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang Lintasan AB. Jenis batuan dan posisi tiap titik batuan pada lintasan AB dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1, terlihat bahwa bijih besi yang terdapat pada lintasan AB adalah jenis batuan dengan kedalaman yang bervariasi (2,1 meter s.d 30,8 meter). Pada jarak 70,8 meter s.d 78,5 meter dari titik A, terdapat. A 1 2 3 4 5 6 B Gambar 3 Interpretasi penampang vertikal lintasan AB Tabel 1. Posisi dan jenis batuan pada lintasan AB Jarak dari posisi No Kedalaman awal lintasan A Nilai Suseptibilitas (SI) Jenis batuan 1 12,9 s.d 20,1 2,9 s.d 11,5 0,0100 Hematit 2 42,8 s.d 51,4 7,5 s.d 25 0,0100 Hematit 3 53,7 s.d 60,5 2,1 s.d 12,6 0,0100 Hematit 4 70,8 s.d 78,5 5,6 s.d 55,6 0,0596 5 82,7 s.d 69,4 4,7 s.d 29 0,0100 Hematit 6 97,0 s.d 102,2 3,0 s.d 30,8 0,0100 Hematit 4.2.2 Lintasan CD Titik awal lintasan CD terletak pada koordinat 1 o 04 11,8 LS dan 100 o 43 29,5 BT dengan panjang lintasan 128,7 m membentang Utara ke Selatan. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,99 dapat dilihat pada Gambar 4. 30

4 8 C 1 2 3 5 6 7 D Berdasarkan Gambar 4 dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 8 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang Gambar 4 Interpretasi penampang vertikal lintasan CD Tabel 2. Posisi dan jenis batuan pada lintasan CD No Jarak dari posisi awal lintasan C Kedalaman lintasan CD. Jenis batuan dan posisi tiap titik batuan pada lintasan CD dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai Suseptibilitas (SI) 1 8,4 s.d 26,9 4,7 s.d 23,7 0,0100 2 28,0 s.d 44,2 3,2 s.d 30,8 0,0135 3 46,0 s.d 60,4 4,4 s.d 36,4 0,0600 Jenis batuan 4 57,4 s.d 79,1 0,3 s.d 56,5 0,0356 5 77,1 s.d 94,8 2,7 s.d 26,9 0,0787 6 95,5 s.d 107,9 8,9 s.d 38,7 0,0780 7 113,2 s.d 129,4 17,2 s.d 58,3 0,1753 8 121,4 s.d 127,4 1,3 s.d 17,6 0,0105 Dari Gambar 2 dan Tabel 2, terlihat bahwa pada lintasan CD diduga terdapat jenis batuan urat mineral magnetit yang terpusat di tengah lintasan CD yang tersebar dari jarak 46 s.d 129,4 dari titik C. Dari Tabel 2, terdapat material bijih besi jenis yang berada pada kedalaman yang sangat dangkal (30 cm dari permukaan). 4.2.3 Lintasan EF Titik awal lintasan EF terletak pada koordinat 1 o 04 09,4 LS 100 o 43 27,3 BT dengan panjang lintasan 186,3 m membentang Utara ke Selatan. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data observasi dan 31

data kalkulasi sebesar 0,97 dapat dilihat pada Gambar 5. Dari Gambar 5, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 9 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang lintasan EF. Jenis batuan dan posisi tiap titik batuan pada lintasan EF dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3, diduga terdapat material bijih besi jenis sepanjang lintasan EF dengan kedalaman yang bervariasi (0,6 s.d 44,1 meter dari permukaan). E 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F Gambar 5 Interpretasi penampang vertikal lintasan EF Tabel 3. Posisi dan jenis batuan pada lintasan EF Jarak dari posisi No Kedalaman awal lintasan E Nilai Suseptibilitas (SI) 1 20,5 s.d 30,8 1,8 s.d 34,9 0,0126 2 30,5 s.d 45,1 4,7 s.d 35,5 0,0100 3 61,6 s.d 73,4 2,7 s.d 19,5 0,0100 4 76,8 s.d 86,7 0,6 s.d 14,5 0,0100 5 88,5 s.d 95,3 1,5 s.d 44,1 0,0281 6 97,4 s.d 104,0 0,9 s.d 13,6 0,0100 7 110, 2 s.d 128,1 2,1 s.d 11,2 0,0100 8 129,5 s.d 145,2 2,1 s.d 8,3 0,0150 9 160,2 s.d 170,8 3,7 s.d 21,7 0,0100 Jenis batuan 4.2.4 Lintasan GH Titik awal lintasan GH terletak pada koordinat 1 o 04 15,9 LS dan 100 o 43 27,3 BT dengan panjang lintasan 77,6 m membentang Utara ke Selatan. Hasil pengolahan secara inversi dengan menggunakan software Mag2dc menghasilkan distribusi nilai suseptibilitas secara vertikal dengan nilai korelasi antara data observasi dan data kalkulasi sebesar 0,84 dapat dilihat pada Gambar 6. 32

G 1 2 3 4 5 H Gambar 6 Interpretasi penampang vertikal lintasan GH Tabel 4. Posisi dan jenis batuan pada lintasan GH Jarak dari posisi No Kedalaman awal lintasan G Nilai Suseptibilitas (SI) 1 30,5 s.d 42,2 5,6 s.d 30,5 0,0100 2 42,4 s.d 49,6 4,4 s.d 39,1 0,0100 3 50,3 s.d 54,6 7,3 s.d 21,7 0,0100 4 70,8 s.d 78,5 5,6 s.d 55,6 0,0596 5 82,7 s.d 69,4 4,7 s.d 29 0,0170 Jenis batuan Berdasarkan Gambar 6 dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 5 titik batuan mengandung bijih besi yang berada di sepanjang lintasan GH. Jenis batuan dan posisi tiap titik batuan pada lintasan GH dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil interpretasi nilai suseptibilitas pada lintasan GH pada Tabel 4, menunjukkan bahwa material bijih besi pada lintasan GH adalah jenis seperti pada lintasan EF. 4. Kesimpulan Bijih (Fe 2O 3) diduga terdapat pada lintasan AB dengan suseptibilitas 0,0100 SI, lintasan CD dengan suseptibilitas berkisar antara 0,0100 s.d 0.0356 SI, lintasan EF dengan suseptibilitas berkisar antara 0,0100 s.d 0.0281 SI, lintasan GH dengan suseptibilitas berkisar antara 0,0100 s.d 0.0170 SI, dan lintasan IJ dengan suseptibilitas berkisar antara 0,0100 s.d 0.0175 SI. Urat mineral magnetit (Fe 3O 4) pada (Fe 2O 3) diduga terdapat pada lintasan AB dengan suseptibilitas 0,0595 SI, dan lintasan CD dengan suseptibilitas berkisar antara 0,0600-0,1753 SI. Daftar Pustaka Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Peta Wilayah Administratif Kabupaten Solok. Breiner, S., 1999, Aplication Manual For Portabel Magnetometers, Geomatrics, San Jose California USA. Idral, A., 2008, Aplikasi Metoda Geomagnetik Dalam Menentukan Potensi Sumber Daya Biji Besi di Daerah Bukit Bakar dan Ulu Rabau, Kecamatan Lembah Gumanti Kab. Solok, Sumatra Barat, Buletin Sumber Daya Geologi, Volume 3 No. 3, 2008. Mufit, F., Fadhillah, H. Amir, S. Bijaksana, 2006, Kajian Sifat Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur, Pariaman, Sumatera Barat, Jurnal Geofisika 2006/1. 33

Parasnis, D.S. 1986, Principles of Applied Geophysics 4 th Edition, 3-9. Chapman and Hall. Steven, M. A., 1999, Magnetic Field Measurement, CRC Press LLC. Zaenudin, A., J.T. Ramses, Rahmat, S. M., 2008, Eksplorasi Bii Besi (Iron Ore) Dengan Metode Magnetik, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008, 17-18 November 2008, Universitas Lampung. 34