BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

TIBA-TIBA MALAM KARYA PUTU WIJAYA: ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH WIKA REMINCE SIHOMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

BAB I PENDAHULUAN. (sastrawan), dan pembaca karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I. yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka ragam permasalahan, misalnya masalah sosial. Hasil dari kreatifitas pengarang dapat diperoleh dari keadaan masyarakat dimana pengarang tinggal yang dituangkan ke dalam karya sastra. Jabrohim (2001: 167 ) mengatakan bahwa pengalaman dan pengamatan sastrawan terhadap lingkungan sosialnya tersebut kemudian menginspirasi lahirnya sebuah karya sastra. Sehingga, sastra bukan- lah sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang terkait erat dengan situasi kondisi lingkungan tempat karya itu dilahirkan. Menurut Goldmann (dalam Ratna, 2003: 89), karya sastra yang valid adalah karya sastra yang didasarkan atas keseluruhan kehidupan manusia, yaitu pengalaman subjek kreator sebagai warisan tradisi dan konvensi. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang dapat mencerminkan zaman serta situasi yang berlaku dalam masyarakat melalui proses kreatifitas pengarang terhadap realita kehidupan sosial. Hal ini sejalan dengan pernyataan Damono (1984: 1) yang menyatakan bahwa, Karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan merupakan masyarakat yang terikat dengan status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah suatu kenyataan sosial. Seluruh peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat. Masyarakat dan karya sastra merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karya sastra muncul berdasarkan hasil pemikiran dari seorang pengarang yang terinspirasi lewat

kehidupan masyarakat sekitarnya dan pengalaman pribadi seorang pengarang. Pengaruh masyarakat terhadap pengarang akan terlihat dari isi karya sastra yang menggambarkan kehidupan masyarakat yang ia kenal. Kondisi dan permasalahan sosial yang terjadi dalam kenyataan sehari-hari merangsang imajinasi sastrawan untuk mengungkapkan permasalahan sosial tersebut dengan sudut pandang sosial tertentu, sehingga lahirlah kenyataan baru dalam karyanya. Wellek dan warren (1984: 276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil ciptaan pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan penafsiran kehidupan yang mengalami proses kreatifitas dari seorang pengarang. Pengungkapan realitas yang dilakukan pengarang di dalam karya sastra tidak terlepas dari berbagai faktor yang turut mempengaruhi ide, visi, atau sikap pengarang. Keseluruhan faktor tersebut berasal dari lingkungan masyarakat yang ditempati pengarang. Albrecht (dalam Ratna, 2003: 82) mengatakan bahwa karya sastra sebagai cara komunikasi antarperson. Aparatus interaksi sosial, yang keberadaannya mesti dinilai melalui sistem antarhubungan peranan. Untuk menilai karya sastra dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, misalnya dari sudut sosiologi. Karya sastra Indonesia sangat erat kaitannya dengan masyarakat dimana karya sastra tersebut diciptakan. Karya sastra yang menciptakan konflik yang terjadi dalam masyarakat, baik dari struktur sosial, perubahan sosial, dan proses sosial sering kita jumpai dalam masalah-masalah sosial antar masyarakat. Karya sastra yang diciptakan oleh seorang pengarang dewasa ini kebanyakan menceritakan masalah-masalah sosial, misalnya dalam novel Tuhan Tiri karya Aris Wahyudi. Novel ini berisi masalah-masalah sosial yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat, yaitu pandangan masyarakat terhadap wanita

pekerja seksual. Kita mengetahui bahwa masyarakat memiliki pandangan yang miring kepada pekerja seksual. Masalah-masalah seperti ini sudah sering kita jumpai, mungkin pernah kita alami. Sastra dan sosiologi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki objek yang sama yaitu masyarakat. Lotman (dalam Faruk, 1994: 47) menyebutkan sastra sebagai sistem pemodelan tingkat kedua. Maksudnya, sastra merupakan sistem pemodelan yang ditumpangkan pada sistem pemodelan tingkat pertama, yaitu bahasa. Sedangkan sosiologi menurut Tamotsu Shibutani (dalam Soekanto,1990: 65) adalah ilmu yang mempelajari transaksi-transaksi sosial yang mencakup usaha-usaha bekerja sama antara para pihak, karena semua kegiatan-kegiatan manusia didasarkan pada gotong-royong. Maksudnya adalah bahwa sosiologi merupakan kajian yang membahas segala proses dalam kehidupan masyarakat, karena transaksi-transaksi dan usaha-usaha untuk bekerja sama merupakan proses-proses kehidupan masyarakat untuk mencapai satu tujuan yang sama. Sastra dan proses sosial merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Proses-proses sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dapat digambarkan melalui karya sastra. Karya sastra sebagai hasil ciptaan dari seorang pengarang menggambarkan realita kehidupan masyarakat, beserta proses-proses yang dialami oleh masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya. Diantara keduanya saling memerlukan dan saling melengkapi agar menjadikan hidup masyarakat mengerti akan kebudayaan masingmasing dan tetap melestarikan adat-istiadat yang telah ada sebelumnya dan memperbaharui kehidupan menjadi lebih baik lagi dengan melihat dampak positif dari proses-proses sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kesusastraan Indonesia saat ini tidak sedikit yang membicarakan masalah proses sosial, karena proses sosial merupakan segala bentuk proses yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat, baik itu proses kerja sama, pertikaian, pertentangan, dan akomodasi. Sastra merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena sastra menceritakan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat merupakan proses dalam berlangsungnya kehidupan masyarakat sosial. Menurut Basrowi (2005: 136), Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan lainnya. Proses hubungan tersebut berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. Interaksi sosial yang dimaksudkan sebagai pengaruh timbal-balik antara kedua belah pihak, yaitu antara individu yang satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai sesuatu atau tujuan tertentu. Kehidupan manusia saat ini, proses-proses sosial sangat dibutuhkan, karena tanpa adanya proses-proses sosial maka manusia tidak dapat menjalankan kehidupannya dengan baik, tanpa adanya kegiatan dan interaksi dengan sesama masyarakat. Proses-proses sosial tersebut terjadi akibat adanya hubungan antara individu dengan individu maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat. Kehidupan masyarakat budaya Minahasa dan Bali mengenal adanya kerja sama sebagai proses dalam menjalankan kehidupan antara sesama masyarakat. Kerja sama merupakan proses sosial kehidupan bermasyarakat. Dalam budaya Minahasa mengenal adanya solidaritas dan kerja sama yang disebut sebagai Mapalus. Menurut Kalangi (dalam Koentjaraningrat, 2007: 156), Mapalus diartikan sebagai kegiatan bantu-membantu dan kerja sama. Dalam menghadapi hal-hal yang penting seperti kematian dengan serangkaian upacara perkabungan dan penghiburan, perkawinan, dan perayaan-perayaan lainnya, serta dalam mengerjakan berbagai pekerjaan pertanian dan kepentingan rumah tangga maupun komunitas, tampak adanya gejala solidaritas berupa bantu-membantu dan kerja sama, terutama didasarkan pada prinsip resiprositas. Budaya Bali juga sangat erat dengan kerja sama sebagai bukti masih adanya sikap tolong-menolong diantara mereka. Gotong-royong merupakan bentuk dari adanya kerja sama. Dalam masyarakat Bali mengenal dua macam cara dan sistem gotong-royong yaitu gotong-

royong antara individu dengan individu, atau antara keluarga dan keluarga. Menurut Bagus (dalam Koentjaraningrat, 2007: 298), Gotong-royong disebut dengan Nguopin dan meliputi lapangan-lapangan aktivitas di sawah (seperti menanam, menyiangi, panen, dan sebagainya), sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah, dinding rumah, menggali sumur, dan sebagainya), dalam perayaan-perayaan atau upacara-upacara yang diadakan oleh suatu keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan dan kematian. Kedua budaya di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat kita harus saling bantu-membantu atau saling bekerja sama sebagai bentuk dari proses sosial dalam kehidupan antar individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok masyarakat. Kerja sama dalam novel ini dapat kita lihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh penduduk desa yang saling bergotong-royong seperti membersihkan pura, selokan, pembangunan desa, memperbaiki rumah penduduk, gotong-royong ketika ada acara-acara pernikahan maupun kematian semuanya dilakukan oleh penduduk dalam novel ini secara bekerja sama. Secara umum proses sosial bukan hanya dilakukan dengan cara kerja sama saja, tetapi dapat diwujudkan dengan aspek-aspek lain, seperti persaingan, pertentangan, maupun akomodasi. Persaingan secara umum sudah sering kita lihat dalam kehidupan masyarakat saat ini, baik persaingan untuk merebut jabatan atau kedudukan, persaingan atas harta dan kekayaan, maupun persaingan atas prestasi dalam suatu organisasi. Pertikaian dapat dilihat dengan adanya perbedaan-perbedaan pendapat yang berhubungan dengan ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Pertikaian atau pertentangan dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu wijaya ini secara garis besar dapat kita lihat ketika Subali marah kepada Utari karena Utari tidak mau tinggal di rumah mereka. Karena Subali marah pada Utari, kedua orang tua Utari pun marah kepada Subali, merasa tidak diterima anaknya mendapat perlakuan yang dilakukan oleh Subali. Begitu juga dengan akomodasi secara umum dapat kita lihat dari adanya suatu konflik yang mendapat penyelesaian, dan membuat situasi yang tegang

kembali menjadi seperti semula. Akomodasi dalam novel ini dapat kita lihat melalui upaya damai yang diberikan oleh kepala desa untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara keluarga Subali dan penduduk desa. Novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya menceritakan tentang kebudayaan Bali. Indonesia memiliki beraneka ragam suku dengan budaya yang berbeda. Karena keanekaragaman budaya inilah penulis tertarik menganalisis novel ini, dan Bali juga merupakan provinsi yang terkenal dengan pemandangan alam yang menarik perhatian orang luar negri dan masyarakat Indonesia sendiri dengan melihat proses sosial yang ada dalam suku Bali dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya melalui tinjauan sosiologi sastra, agar kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia tetap terjaga dan tetap terlestarikan. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini antara lain: a. Bagaimanakah struktur pembangun karya sastra yang terdapat dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya. b. Bagaimanakah bentuk proses sosial yang terdapat dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya? c. Apa sajakah syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yang terdapat novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk-bentuk proses sosial yang meliputi kerjasama, akomodasi, dan pertentangan atau pertikaian dalam novel Tiba- Tiba Malam karya Putu Wijaya.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari peelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan struktur pembentuk karya sastra yang terdapat dalam novel Tiba- Tiba Malam karya Putu Wijaya. b. Mendeskripsikan bentuk-bentuk proses sosial yang terdapat dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya. c. Mendeskripsikan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yang terdapat dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu wijaya. 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Memperkaya pengajian dan pengapresiasian karya sastra di Indonesia. b. Memahami pembaca bagaimana struktur pembentuk karya sastra yang terdapat dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya. c. Untuk memahami pembaca bagaimana bentuk-bentuk proses sosial yang terdapat dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya. d. Memahami pembaca bagaimana syarat-syarat terjadinya interaksi sosial dalam novel Tiba-Tiba Malam karya Putu Wijaya.