I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

dokumen-dokumen yang mirip
BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

Laporan Khusus Laboratorium Opersi Teknik Kimia I SEDIMENTASI. Disusun oleh: ZAKIATUL FITRI

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

OPTIMALISASI METODE ELECTROPLATTING KOAGULASI TERHADAP PENURUNAN KADAR LOGAM ZINKUM (Zn) PADA AIR BUANGAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KARET

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DALAM PERMEN LH NOMOR 5 TAHUN 2014

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

Lampiran F - Kumpulan Data

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

ANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TARIF LINGKUP AKREDITASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

SEDIMENTASI 11. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

Coagulation. Nur Istianah, ST,MT,M.Eng

BAB III TEORI DASAR Pengertian Air Limbah Kegiatan Penambangan. limbah kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yaitu air yang terkena

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Transkripsi:

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan. Proses koagulasi menggunakan PAC (Poly Aluminium Chloride) untuk mengikat kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga membentuk gumpalan. Sedangkan proses flokulasi dengan cara menambah larutan polimer untuk memperbesar gumpalan, sehingga relatif mudah untuk diendapkan. Bak sedimentasi ada yang berbentuk lingkaran, bujur sangkar ataupun segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 45,7 m dan kedalaman 3 4,3 m. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga 79 m dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 m.bak berbentuk segi empat umumnya mempunyai lebar 1,5 6 m, panjang bak sampai 76 m dan kedalaman lebih dari 1,8 m (Reynold & Richards, 1996). Bentuk bak sedimentasi : Segi empat (rectangular). Pada bak ini, mengalir horisontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap ke bawah. Lingkaran (circular) center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak dibagian tengak bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet disekeliling bak, sementara partikel mngendap ke bawah.

Lingaran (circular) periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah. Bagian-bagian bak sedimentasi : a) Inlet : tempat air masuk ke dalam bak b) Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan c) Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak d) Outlet : tempat dimana air akan meninggalkan bak

Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi terbagi atas tiga macam: 1) Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhiperformance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan untuk menghitungperformance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin. 2) Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling) Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi. Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok flok yang terbentuk. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah: Luas bidang pengendapan Penggunaan baffle pada bak sedimentasi Mendangkalkan bak Pemasangan plat miring 3) Hindered Settling (Zone Settling) Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid danliquid.

Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimentasi : Banyaknya lumpur Luas bak pengendapan Kedalaman bak pengendapan III. Alat dan Bahan Peralatan Turbidy meter TDS meter ph meter Bak sedimentasi Lamella Clarifier Gelas kimia Gelas ukur Pompa oven Neraca analitik desikator Krus tang Bahan Bentonit (kapur) PAC Air kran Kertas saring IV. Prosedur Air kran 90 L Air limbah sintetis PAC 90 gram Bentonit 90 gram Unit sedimentasi Efluen Menghitung konsentrasi air limbah (TSS, TDS kekeruhan dan ph) Mencatat waktu air yang keluar melalui unit sedimentasi dan mengukur volume efluen serta melakukan sampling setiap 15 menit Menghitung konsentrasi efluen (TSS, TDS, kekeruhan dan ph)

V. Data Pengamaatan Volume air umpan = 90 liter Berat bentonit/kapur = 90 gram Berat PAC = 90 gram Debit air = L/det Volume bak sedimentasi = 57498,75 cm 3 Kekeruhan awal = 56,39 NTU ph awal = 3,93 Waktu (menit) Volume Efluen (liter) Kekeruhan (NTU) TDS (mg/l) ph 0-56,39 567 3,93 15 6,5 46,13 558 3,85 30 4,1 42,93 551 3,98 45 3,75 41,31 577 3,81 60 0,56 29,27 569 3,96 75 1,50 30,32 564 3,92 90 0,55 26,90 553 3,96 105 0,30 23,50 555 3,96 120 1,00 24,65 570 3,96 Pengukuran TSS Sebelum sedimentasi Berta kertas saring kosong 0,9356 gram Berat kertas saring + padatan 1,9868 gram Berat padatan 1,0512 gram Setelah sedimentasi Berta kertas saring kosong 0,9577 gram Berat kertas saring + padatan 1,9589 gram Berat padatan 1,0012 gram

VI. Pengolahan Data TSS (Total Suspended Solid) Sebelum sedimentasi : TSS = x 1000 = x 1000 = 21024 mg/l Setelah sedimentasi : TSS = x 1000 = x 1000 = 20024 mg/l Debit Q = = = 4,56.10-3 L/det Waktu tinggal waktu tinggal = = = 19736,84 detik = 328,947 menit = 5,48 jam Overflow Rate Efisiensi (penurunan konsentrasi TSS) Ƞ = = x 100% = 4,75 % x 100%

ph VII. Pembahasan Percobaan kali ini dilakukan pengolahan limbah dengan metoda sedimentasi. Limbah yang digunakan merupakan limbah sintetis dengan mencampurkan 90 gram bentonit dan 90 gram PAC dalam 90 L air sehingga limbah yang dibuat mempunyai konsentrasi 0,1%. Limbah yang telah dibuat pertama-tama dilakukan pengukuran ph, kekeruhan, TSS dan TDS terlebih dahulu sebagai parameter untuk melihat efisiensi pengolahan limbah dengan metoda sedimentasi. 4 3.98 3.96 3.94 3.92 3.9 3.88 3.86 3.84 3.82 3.8 0 20 40 60 80 100 120 140 menit ph Kurva 1. Nilai ph Terhadap Waktu (menit) Berdasarkan kurva di atas, nilai ph yang dihasilkan dari tahap awal hingga akhir proses sebenarnya mengalami peningkatan, namun hal ini sangat kecil sekali dari 3,93 menjadi 3,96. Tetapi nilai ph saat proses berlangsung tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh pembuatan limbah sintetis yang menggunakan bentonit dan pac (polyaluminium chloride). Bentonit sendiri dalam larutan air memiliki kisaran ph 4-7, sedangkan pac dalam air juga memiliki ph yang asam sekitar 6. Ketika kedua zat tersebut dicampurkan dalam air dapat menyebabkan penurunan ph air sehingga menjadi asam. Jika berdasarkan Kep-51/MENLH/10/1995, untuk air limbah dengan nilai ph 3,96 belum dikatakan aman untuk dibuang ke lingkungan karena nilai ph yang memenuhi baku mutu tersebut yaitu antara 6 sampai 9.

NTU mg/l 580 575 570 565 560 555 TDS (mg/l) 550 545 0 20 40 60 80 100 120 140 menit Kurva 2. Nilai TDS (mg/l) Terhadap Waktu (menit) Sama halnya dengan ph, jika dilihat pada kurva di atas nilai TDS pun mengalami kenaikan di akhir proses yaitu dari 567 mg/l menjadi 570 mg/l. Sedangkan selama proses sedimentasi berlangsung nilai TDS cenderung kurang stabil. Kenaikan dan ketidakstabilan nilai TDS yang diperoleh disebabkan karena laju alir pada saat proses sedimentasi berlangsung tidak konstan karena waktu menjadi faktor pembatas sehingga laju alirnya sewaktu-waktu dipercepat. Tetapi berdasarkan Kep-51/MENLH/10/1995 nilai TDS tersebut tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkat karena nilainya kurang dari 2000-4000 mg/l. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 20 40 60 80 100 120 140 menit Kekeruhan (NTU) Kurva 3. Nilai Kekeruhan (NTU) Terhadap Waktu (menit)

Lain halnya dengan nilai kekeruhan. Pada kurva terlihat nilai kekeruhan yang diperoleh dari awal proses hingga akhir mengalami penurunan dari 56,39 NTU menjadi 24,65 NTU. Hal ini menunjukkan pada percobaan yang dilakukan, pengolahan limbah sintetis dengan menggunakan metoda sedimentasi cukup efisien untuk menurunkan nilai kekeruhan. Tetapi untuk pengukuran jumlah padatan tersuspensi (TSS), pada proses pengolahan dengan sedimentasi tersebut hanya menurunkan jumlah padatan tersuspensi (TSS) sebesar 1000 mg/l, dari nilai TSS 21024 mg/l menjadi 20024 mg/l. Sedangkan menurut Kep-51/MENLH/10/1995 nilai TSS yang diperbolehkan untuk limbah cair yaitu sebesar 200-400 mg/l, artinya air limbah tersebut belum memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan karena memiliki nilai TSS yang sangat besar. VIII. Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat disimpulkan : Daftar Pustaka Anonim. Keputusan Menteri LH. Sumber : skpd.batamkota (online, diunduh pada tanggal 14 Mei 2013 pukul 3.44 WIB) Lampiran KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TANGGAL 23 OKTOBER 1995 BAKU MUTU LIMBAH CAIR NO FISIKA KIMIA PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU MUTU LUMBAH CAIR 1 Temperatur o C 38 40 2 Zat padat larut mg/l 2000 4000 3 Zat padat tersuspensi mg/l 200 400 1 ph 6,0 sampai 9,0 2 Besi terlarut (Fe) mg/l 5 10 3 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2 5 4 Barium (Ba) mg/l 2 3 5 Tembaga (Cu) mg/l 2 3 6 Seng (Zn) mg/l 5 10 7 Krom Heksavalen mg/l 0,1 0,5

(Cr +6 ) 8 Krom Total (Cr) mg/l 0,5 1 9 Cadmium (Cd) mg/l 0,05 0,1 10 Air Raksa (Hg) mg/l 0,002 0,005 11 Timbal (Pb) mg/l 0,1 1 12 Stanum mg/l 2 3 13 Arsen mg/l 0,1 0,5 14 Selenum mg/l 0,05 0,5 15 Nikel (Ni) mg/l 0,2 0,5 16 Kobalt (Co) mg/l 0,4 0,6 17 Sianida (CN) mg/l 0,05 0,5 18 Sulfida (H 2 S) mg/l 0,05 0,1 19 Fluorida (F) mg/l 2 3 20 Klorin bebas (Cl 2 ) mg/l 1 2 21 Amonia bebas (NH 3 -N) mg/l 1 5 22 Nitrat (NO 3 -N) mg/l 20 30 23 Nitrit (NO 2 N) mg/l 1 3 24 BOD 5 mg/l 50 150 25 COD mg/l 100 300 26 Senyawa aktif biru metilen mg/l 5 10 27 Fenol mg/l 0,5 1 28 Minyak Nabati mg/l 5 10 29 Minyak Mineral mg/l 10 50 30 Radioaktivitas **) - -