PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

PENGARUH POLYPROPYLENE TERHADAP STABILITAS DAN NILAI MARSHALL LASTON (205)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

Pengaruh Plastik Polyethylene Perephtalate Pada HRS-WC

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pada campuran beton aspal dengan penambahan plastik, karakteristik

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN COPPER SLAG PADA BETON ASPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspal dapat digunakan sebagai wearing course, binder course, base course dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan variasi sekam padi dan semen sebagai filler, dapat disimpulkan sebagai

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS DAN STYROFOAM PADA BETON ASPAL

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KOLABORASI LIMBAH STYROFOAM DAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA BETON ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai penggunaan Low Density Poly Ethylene

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH STYROFOAM TERHADAP STABILITAS DAN NILAI MARHALL BETON ASPAL

PENGARUH PENAMBAHAN KARET PADA ASPAL BETON YANG TERENDAM AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI TERHADAP SIFAT MARSHALL DALAM CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA BETON ASPAL AC-WC DENGAN FILLER GYPSUM

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

POLYPROPYLENE SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN ASPAL BETON (LASTON)

PENGGUNAAN PVC SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA BETON ASPAL

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

ANALISIS PENGGUNAAN BATU BARA MUDA SEBAGAI BAHAN PENGGANTI BATU GRANIT UNTUK PERKERASAN JALAN PADA CAMPURAN ASPAL AC-BC

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK BETON ASPAL

LAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN LATEKS PEKAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

Transkripsi:

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON JF Soandrijanie L 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta Email: jose@staff.uajy.ac.id ABSTRAK Agregat merupakan salah satu bahan penyusun perkerasan lentur jalan raya, yang mana memiliki peran penting dalam menentukan kualitas suatu lapis perkerasan. Agregat yang biasanya digunakan sebagai bahan susun adalah agregat alami yang berasal dari hasil letusan gunung berapi berupa agregat kasar dan halus. Akhir-akhir ini agregar yang halus agak sulit didapat. Di sis lain, selama ini ini abu vulkanik hasil dari letusan gunung berapi masih jarang dimanfaatkan, kebanyakan ditumpuk begitu saja di tempat-tempat terbuka. Bila tertiup angin dan beterbangan kemana-mana akan berdampak buruk bagi kesehatan. Pemanfaatan abu vulkanik gunung Kelud pada penelitian ini disamping dapat mengurangi penumpukan limbah diharapkan dapat meningkatkan kinerja aspal beton. Abu vulkanik yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang lolos ayakan : #100; #200; #100dan #200; #100,#200,dan pan dengan variasi kadar aspal dalam campuran sebesar : 5,5;6;6,5;dan 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai stabilitas rata-rata mencapai dua kali lipat dari nilai yang disyaratkan pada SKBI-26, 1987 dengan nilai flow masih berada pada syarat yang ditentukan. Kadar aspal optimum diperoleh pada campuran dengan penggunaan abu vulkanik lolos ayakan #100 dengan kadar aspal 6,5 dan yang lolos ayakan #100dan#200 dengan kadar aspal 7 Kata kunci : aspal beton, abu vulkanik, stabilitas, flow PENDAHULUAN Meletusnya gunung Kelud pada 14 Februari 2014 menebarkan abu vulkanik sampai beratus-ratus kilometer. Pada beberapa daerah dan kota-kota besar nampak seperti kota mati karena tertutup abu vulkanik. Masyarakat bergotong royong membersihkan abu vulkanik yang menutupi atap rumah, halaman, tanaman, jalan, dan yang lainnya. Akibatnya banyak tumpukan karung yang berisi abu vulkanik di depan rumah ataupun di tepi jalan. Beberapa informasi mengatakan bahwa avu vulkanik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanah. Setelah diperhatikan dan diperiksa ternyata letusan gunung Kelud ini tidak hanya menerbangkan abu, tetapi juga pasir/batu yang halus. Dari hasil penyelidikan analisis ayakan di laboratorium, abu vulkanik yang diambil dari atap rumah penduduk di daerah Tawangmangu memiliki ukuran lebih kecil atau sama dengan 0,15 mm. Di sisi lain saat ini agregat halus sangat sulit didapat. Berdasarkan data ini, untuk mengatasi hal di atas maka timbullah pemikiran untuk mencoba memanfaatkan material yang berasal dari letusan gunung Kelud tersebut sebagai pengganti agregat halus dan filler pada campuran aspal beton. Menurut Juffrez (2010) dalam Subono (2011), abu vulkanik dapat digunakan sebagai alternatif bahan tambah dalam perkerasan jalan raya yang dapat meningkatkan stabilitas campuran perkerasan. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Perkerasan jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang telah dipadatkan dan berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang kemudian menyebarkannya ke lapisan di bawahnya (tanah dasar), tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Untuk itu dalam perencanaan perlulah dipertimbangkan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi layanan konstruksi perkerasan, salah 657

satunya adalah sifat dan banyak material tersedia di lokasi, yang akan digunakan sebagai bahan lapis perkerasan. (Sukirman,1995) Menurut Sukirman (1995), lapisan perkerasan yang bersifat struktural berfungsi sebagai lapis yang menahan dan menyebarkan beban roda.laston ( lapis aspal beton ), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu. Agregat Agregat merupakan butir-butir pecahan batu, krikil, pasir ataupun berasal dari mineral lainnya, baik yang berasal dari alam ataupun buatan. Agregat yang digunakan sebagai campuran lapis aspal beton baik agregat kasar maupun agregat halus haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan Bina Marga. Ukuran agregat untuk perkerasan jalan dalam Petunjuk Pelakanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya SKBI-26.1987, dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : Agregat kasar, yaitu agregat yang tertahan pada saringan No.8 (2,38 mm), Agregat halus, yaitu agregat yang lolos saringan No.8 (2,38 mm), Bahan pengisi/filler, yaitu bahan berbutir halus yang lolos saringan No.30, dimana persentase berat butir yang lolos ayakan No.200 minimum 6 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Spesifikasi Agregat Kasar No Jenis Pemeriksaan Syarat Satuan Keausan dengan mesin Los Angeles (PB-0206-76 MPBJ) Kelekatan dengan aspal (PB-0205-76 MPBJ) Penyerapan terhadap air (PB-0202-76MPBJ) Berat jenis curah (bulk) (PB-0202-76MPBJ) Max 40 >95 <3 >2,5 Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk Jalan Raya, SKBI-26. 1987 Tabel Spesifikasi Agregat Halus No Jenis Pemeriksaan Syarat Satuan SAND EQUIVALENT Penyerapan terhadap air (PB-0202-76MPBJ) Berat jenis semu (PB-0202-76MPBJ) Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk Jalan Raya, SKBI-26. 1987 Min.50 <3 >2,5 Agregat yang digunakan dalam campuran aspal beton merupakan agregat dengan gradasi menerus yang terdiri dari butir kasar sampai halus. Pada penelitian ini digunakan agregat grading IV sesuai dengan yang tercantum dalam Petunjuk Pelakanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya SKBI-26.1987 658

Tabel 3 Agregat Grading IV Saringan Spesifikasi Lolos Jumlah Bahan Spec. No. (mm) Kisaran Ideal Spec Tertahan Gram ¾ 19 100 100 0 0 ½ 12,7 80 100 90 10 120 3/8 9,52 70 90 80 10 120 No.4 4,76 50 70 60 20 240 No.8 2,38 35 50 42,5 17,5 210 No.30 0,59 18 29 23,5 19 228 No.50 0,279 13 23 18 5,5 66 No.100 0,149 8 16 12 6 72 No.200 0,074 4 10 7 5 60 Pan (filler) 0 0 7 84 Total 1200 Aspal Bersama agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman 2007). Fungsi aspal dalam campuran adalah sebagai perekat (binder) dan pengisi (filler), dengan fungsi ini maka jumlah aspal dalam campuran harus optimum (Sulaksono,2001) Tabel Persyaratan Pemeriksaan Aspal Penetrasi 40/50 No Jenis Pengujian Syarat 6. 7. 8. Penetrasi (25 C, 5 detik ) (0,1 mm) Titik lembek ( C) Titik nyala ( C) Kehilangan berat (163 C, 5 jam) () Kelarutan dalam CCl 4 () Daktilitas (25 C, 5 cm/detik ) (cm) Penetrasi setelah kehilangan berat () Berat jenis (25 C) () 40 50 51 63 min.. 200 maks. 0,4 min. 99 min. 75 min. 75 min. 1 Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk Jalan Raya, SKBI-26. 1987 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah pengujian bahan-bahan susun campuran aspal beton, yaitu pengujian aspal dan agregat dan tahap kedua adalah uji analisis dan Marshall. Bahan-bahan dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Agregat, berupa batu pecah dari mesin pemecah batu, dan abu vulkanik. Aspal keras penetrasi 40/50. Bahan pengisi dari abu batu dan abu vulkanik. Penelitian ini hanya dibatasi pada perkerasan lentur jenis aspal beton. Abu vulkanik yang digunakan berasal dari limbah abu vulkanik daerah Tawangmangu. 659

6. Aspal yang digunakan adalah aspal dengan pen 40/50 7. Gradasi yang digunakan adalah gradasi menerus grading IV 8. Pengujian dilakukan pada campuran aspal beton dengan variasi abu vulkanik lolos ayakan #100, #200, dan tertahan di pan, dengan kadar aspal 5, 6, 6.5, dan 7. 9. Penelitian yang dilakukan terbatas pada pengujian laboratorium yang mana tiap jenis campuran dibuat duplo dan tidak melakukan pengujian lapangan. 10. Standar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya SKBI-26.1987. Benda uji yang dibuat dikondisikan untuk lalu lintas berat. Persyaratan dari karakteristik Marshall campuran Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) untuk beban lalu lintas berat dapat dilihat pada Tabel Tabel Persyaratan Karakteristik Marshall Campuran Lapis Tipis Aspal Beton Sifat Campuran L. L. Berat ( 2 x 75 tumb ) Min Maks Stabilitas (kg) 550 - Kelelehan (Flow) (mm) 2 4 Stabilitas/Kelelahan (QM) (kg.mm) 200 350 Rongga dalam campuran (VITM) () 3 5 Rongga terisi aspal (VFWA) () 65 - Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton, SKBI-3,26.1987 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Dari pengujian dilakukan ini didapat hasil pemeriksaan agregat, pemeriksaan aspal dan hasil pengujian campuran beton aspal dengan metode marshall. Hasil penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar No Jenis pemeriksaan Syarat Hasil Satuan Keterangan Keausan dengan mesin Los Angeles Kelekatan dengan aspal Penyerapan terhadap air Berat jenis Soundness terhadap larutan Max 40 > 95 < 3 Min 2,5 Maks 12 30,88 98 1,8145 2,5969 0 Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus No Jenis Pengujian Syarat Hasil Satuan Keterangan alami abu vulkanik Sand Equivalent Min 50 80 84,2 Berat jenis > 2,5 54 2,7416 Peresapan terhadap air < 3 1,63 2,459 Soundness terhadap larutan <10 6,89-660

Tabel Hasil Pemeriksaan Aspal Penetrasi 40/50 No Jenis Pengujian Syarat Hasil Keterangan 6. 7. Penetrasi (25 C, 5 detik ) (0,1 mm) Titik lembek ( C) Titik nyala dan titik bakar ( C) Kehilangan berat () Kelarutan dalam CCl 4 () Daktilitas (cm) Berat jenis () 40 59 48 58 min. 200 maks. 0,8 min. 99 min. 100 min. 1 49,8 52 307 0,094 99,3644 100 1,0638 Karakteristik Density (gr/ml) VFWA > 65 () VITM 3-5 () Stabilitas > 550 (kg) Flow 2-4 (mm) Kadar Aspal () Tabel Hasil Pengujian Marshall Limbah Abu Vulkanik Letusan Gunung Kelud Agregat Alami # 100 # 200 # 100 & 200 # 100,200 & Pan 5,5 2,24 2,17 2,14 2,19 2,15 6 2,25 2,21 2,16 2,18 2,16 6,5 2,24 2,22 2,22 2,18 2,19 7 2,24 2,27 2,22 2,22 2,15 5,5 68,72 56,01 52,74 58,95 53,97 6 73,30 66,17 59,03 61,12 58,12 6,5 74,85 72,10 71,68 64,36 66,49 7 78,06 85,84 75,28 75,15 64,09 5,5 5,57 8,35 9,45 7,48 9,01 6 4,45 6,02 8,11 7,38 8,32 6,5 4,36 4,95 5,18 6,94 6,34 7 3,90 3,01 4,61 4,54 7,43 5,5 1220,55 1263,77 963,31 882,45 1120,53 6 1285,19 1039,97 1283,51 874,18 1283,20 6,5 1307,89 1062,11 1515,67 756,91 1233,54 7 1100,96 1356,50 1137,94 1089,48 1141,86 5,5 3,09 3,35 2,87 3,93 2,95 6 2,84 3,32 2,35 3,39 2,34 6,5 2,67 3,19 2,38 3,90 2,16 7 3,07 2,88 2,95 3,37 3,16 5,5 395,00 377,24 335,65 224,54 379,84 QM 6 452,53 313,25 546,17 257,87 548,38 200-350 (kg/mm) 6,5 489,85 332,95 636,84 194,08 571,08 7 358,62 471,01 385,74 323,29 361,35 Catatan : nilai yang angkanya diarsir merupakan nilai yang tidak memenuhi persyaratan 661