NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Disusun Oleh : TRI WAHYUNINGSIH A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA NEGERI 1 GANTIWARNO

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS VII DALAM MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI SMP N 1 GANTIWARNO KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. rusaknya ekologi. Akhir Tahun 2012 hingga saat ini di Tahun 2013, hujan. sebagian kota kota di Indonesia antara lain kota solo.

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KEDUNG LUMBU KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TERHADAP BENCANA GEMPA BUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola curah hujan. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembab

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

PENGETAHUAN SISWA MTS MUHAMMADIYAH TAWANGSARI DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BENTUK PENDIDIKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

ANGGI PRATIWI A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI DESA SUMBER KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI DI DESA KRAGILAN KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR KELAS VII DAN KELAS VIII DI SMP N23 SURAKARTA

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

MITIGASI BENCANA BENCANA :

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS XI DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DIKELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan disekolah merupakan salah satu tempat yang dapat. digunakan sebagai komunikasi dan menularkan ilmu-ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa akibat wabah penyakit menular (Depkes, 2007) alam di negara ini juga telah menyebabkan kerugian ekonomi paling sedikit US

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOTAKAN KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA Disusun Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Geografi Disusun Oleh : TRI WAHYUNINGSIH A 610 090 079 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOTAKAN KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA Tri Wahyuningsih A 610090079, Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Kota Surakarta untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir dikarenakan kelurahan ini termasuk kedalam kawasan rawan banjir dengan jumlah populasi sebanyak 2.440 KK peneliti sampel dengan menggunakan rumus Slovin dan Taro Yamane diperoleh hasil sebanyak 96 responden lalu menentukan sampel KK dengan Probability Random Sampling dan Cluster Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengetahuan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta diperoleh nilai t hitung sebesar 2,451 dengan probability = 0,016. Oleh karena t hitung 2,451 dan probalility < 0,05 sehingga H 1 diterima, artinya pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pengaruh pengetahuan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta adalah sebesar 7,6%. Sedangkan sikap diperoleh nilai t hitung sebesar 2,550 dengan probability = 0,012. Oleh karena t hitung 2,550 dan probability < 0,05 sehingga H 2 diterima, artinya sikap berpengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pengaruh sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta adalah sebesar 8,1%. Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 )sebesar 0,157. Hal ini berarti bahwa pengetahuan dan sikap memberikan pengaruh sebesar 15,7% terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesiapsiagaan iii

A. Pendahuluan Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di wilayah Indonesia relatif melimpah terlebih saat musim penghujan. Cuaca dan iklim menentukan perkembangan kondisi jumlah air dipermukaan bumi. Indonesia terletak diantara dua samudra yaitu di sebelah timur laut terdapat samudra Pasifik dan di sebelah barat daya terdapat samudra Indonesia yang tingkat evaporasinya mendatangkan hujan di wilayah Indonesia. Negara Indonesia merupakan daerah beriklim tropis dan memiliki curah hujan tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun terutama didaerah yang dilalui garis katulistiwa. Indonesia memiliki dua musim dan dua angin muson, yaitu musim hujan dipengaruhi oleh angin muson timur dan kemarau dipengaruhi oleh angin muson barat. Secara normal jarak waktu antara musim hujan dan kemarau terpaut enam bulan dimana musim kemarau terjadi antara bulan Mei sampai Oktober sedangkan musim hujan terjadi antara bulan November sampai bulan April. Curah hujan tinggi membawa dampak positif dan negatif tergantung pada tingkat kondisi wilayah dan intensitas air yang dihasilkan dari curah hujan tersebut, dampak positifnya diantaranya dalam bidang pertanian hujan akan mendatangkan kemudahan bagi para petani untuk pengairan dalam proses penanaman padi di sawah, hujan juga memberi manfaat pada kebutuhan air masyarakat dimana ketersediaan air tanah akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dampak positif tersebut akan selalu dapat dinikmati apabila kondisi lingkungannya baik ditunjang dengan pengelolaan alam baik dengan melestarikan tumbuhan hidup dan kebersihan lingkungan, namun apabila kondisi 4

lingkungannya tidak baik atau rusak, hujan akan mendatangkan dampak negatif berupa bencana alam. Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU RI tentang no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana pasal 1). Dampak negatif dari curah hujan tinggi yang mudah timbul adalah banjir. Banjir merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh meluapnya air sungai ke permukaan daratan sehingga wilayah yang bersangkutan akan tergenang oleh air. Banjir merupakan permasalahan yang sering terjadi di wilayah Indonesia, terutama di wilayah yang padat penduduk seperti di kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan hunian disinyalir sebagai penyebab banjir dan genangan di lingkungan tersebut, peristiwa ini biasanya ditandai oleh hujan terus menerus dan banyak sampah menumpuk di sungai sehingga sungai tidak mampu menahan air karena intensitas airnya yang cukup tinggi, wilayah daratan yang rendah yang banyak dihuni pemukiman serta kurangnya daerah resapan air membuat air sulit mengalami infiltrasi. Banjir dipengaruhi oleh kondisi alam, letak geografi, faktor alam dan ulah manusia seperti perusakan alam, pembuangan sampah di sungai, serta penutupan daerah resapan air seperti aspal sehingga akses air untuk masuk ke dalam tanah menjadi sulit, akibatnya air terjebak dan menggenangi wilayah tersebut. Banjir membawa kerugian bagi masyarakat yang bersangkutan diantaranya tergenangnya tempat tinggal masyarakat yang mengakibatkan kerugian mulai dari korban jiwa seperti hanyut dan penyakit yang menyerang pada saat terjadi banjir hingga material seperti harta benda yang hanyut maupun rusak, selain itu banjir akan mematikan 5

perekonomian suatu kawasan, wilayah pertanian akan terancam gagal panen, aktifitas pabrik dan pekerjaan lain akan terhenti untuk sementara waktu sampai banjir reda. Wilayah dikatakan sebagai rentan banjir apabila wilayah tersebut sering terkena banjir, biasanya pada wilayah yang rendah, berdekatan dengan sungai besar dan berdrainase buruk. Daerah dataran banjir merupakan suatu lahan yang merupakan suatu dataran rendah, karena kondisi topografinya pada waktu-waktu tertentu dapat tergenang oleh banjir yang terjadi ( Robert J. Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Wilayah Solo merupakan wilayah yang padat pemukiman, terdapat daerah tertentu yang memiliki wilayah yang rendah dan diapit oleh sungai sehingga rentan banjir. Kelurahan Joyotakan adalah sebuah kelurahan di Kecamatan Serengan kota Surakarta. Kelurahan ini memiliki kode pos 57157. Kelurahan ini terletaknya paling selatan dan berbatasan dengan Desa Grogol, Kecamatan Grogol Sukoharjo (dipisahkan oleh sungai Kali Wingko). Joyotakan terdiri dari 6 RW (Rukun Warga) dan terbelah menjadi 2 yaitu Joyotakan kulon (barat) dan Joyotakan wetan (timur). Di Joyotakan kulon (barat) terdapat 4 Rw dan di Joyotakan wetan (timur) terdapat 2 Rw. Wilayah Joyotakan merupakan salah satu daerah di Kota Surakarta yang menjadi daerah langganan banjir setiap kali musim hujan tiba. Menurut Bapak Parmo selaku sesepuh di kelurahan Joyotakan menjelaskan bahwa banjir di wilayah ini melanda sejak tahun 1980 dan terbesar terakhir kali melanda daerah ini terjadi pada tanggal 26 sampai 28 Desember 2007. Rata rata hujan setiap tahunnya mencapai 84,10 mm dan banyaknya curah hujan adalah 2.548,50 mm yang tertinggi berada pada bulan Maret sampai April. Untuk lebih mengenal tentang Joyotakan, berikut ini penjelasan dari tiga aspek yaitu : 1. Aspek fisik Secara geografis wilayah Kelurahan Joyotakan 6

berada antara 110 49' 37" BT dan 7 35' 35" LS wilayah Joyotakan masuk dalam anggota kelurahan Surakarta dengan batas-batas sebagai berikut : a. Batas Utara: Kelurahan Danukusuman dan Kelurahan Joyosuran b. Batas Selatan: Kecamatan Grogol c. Batas Timur : Kelurahan Pasar Kliwon d. Batas Barat : Kecamatan Serengan Joyotakan adalah salah satu kelurahan di kecamatan Serengan yang berada paling selatan di kota Surakarta yang berbatasan dengan kecamatan Grogol. Wilayah ini memiliki luas 45,90 Ha yang secara umum berupa dataran rendah dengan ketinggian 92 m dpl dan kemiringan tanah 0 40 o. Jenis tanah di wilayah ini berupa tanah liat berpasir termasuk Regosol Kelabu dan Alluvial. 2. Aspek sosial Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Surakarta Dalam angka 2011 Joyotakan adalah wilayah yang memiliki jumlah penduduk sebesar 8.941 jiwa. Kepadatan penduduk kelurahan Joyotakan bisa menggunaka rumus sebagai berikut : Jumlah Penduduk : Luas wilayah ( km 2 ) yakni 8.941 jiwa : 45,90 = 195, maka kepadatan penduduk wilayah Joyotakan adalah 195 orang per km 2. Kelurahan Joyotakan merupakan wilayah yang rawan banjir, karena berada di kawasan dataran rendah yang dikelilingi sungai, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2440 KK yang tersebar di 6 Kampung dan RW yaitu Kampung Mijil Pinilihan Kidul yang terdiri dari RW I, Kampung Joyotakan yang terdiri dari RW II, RW III, RW IVdan sebagian RW V, Kampung Padangan yang terdiri dari RW IV, Kampung Jambon yang terdiri dari II, dan RW 7

III, Kampung Rejoniten Kidul yang terdiri dari RW VI, dan Kampung Baru yang terdiri dari RW V. Jumlah KK dari setiap RW yaitu RW I 382 KK, RW II 397 KK, RW III 438 KK, RW IV 225 KK, RW V 515 KK, RW VI 483 KK. 3. Aspek ekonomi Joyotakan dulunya bekas rawa yang diubah menjadi lahan sawah padi Keraton Solo, dilihat dari segi perekonomian masyarakat yang berdomisili di wilayah ini sebagian besarnya berkecimpung dalam sektor buruh industri, buruh bangunan dan pengusaha yaitu 1612 buruh industri dan 656 buruh bangunan dan 585 pengusaha seperti pengusaha kayu dan mebel, pengusaha batik, pengusaha besi, pengrajin gitar dan pengrajin gamelan. Ada sedikitnya 134 pegawai Negeri/ Sipil dan 71 pensiunan. Dilihat dari letak yang berdekatan dengan pasar Klewer dan pasar tradisional lainnya seperti pasar Gemblegan dan pasar Gede serta dekat dengan pabrik Konimex, Batik keris maupun toko toko yang menjual barang grosir dan eceran maupun swalayan yang menjadikan wilayah ini seharusnya sangat strategis untuk perdagangan. Namun jumlahnya hanya sekitar 283 pedagang dan 101 pengangkut. Dari ketiga aspek diatas wilayah ini termasuk wilayah yang yang banyak mendapatkan keuntungan terutama pada sektor ekonomi karena merupakan wilayah strategis yang berdekatan dengan pabrik dan sering dilalui para pedagang dari penjuru Solo dan sekitarnya selain itu penduduk wilayah ini juga tidak sedikit yang memiliki usaha sendiri. Namun, wilayah ini memiliki resiko banjir yang harus dihadapi setiap tahunnya dikarenakan letaknya yang berimpit dengan sungai besar 8

yang mengelilinginya beserta datarannya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan dataran yang ada di kelurahan sekitarnya. Tahun 2007 merupakan puncak dimana wilayah Surakarta dan sekitarnya terkena banjir, Wilayah Joyotakan salah satu wilayah yang terkena banjir parah di kecamatan Serengan (Solopos.28 Desember 2007). Tahun 2007 lalu pada saat hujan terus menerus sampai malam hari dan tanggul Talisamin jebol, warga Joyotakan belum memiliki pengetahuan mengenai banjir terlebih lagi sikap dalam mengambil tindakan saat terjadi banjir sehingga masyarakat belum ada kesiapan menghadapi bencana banjir, sehingga saat air benar-benar meluap dan menggenangi wilayahnya, masyarakat harus diungsikan ke daerah yang lebih tinggi yaitu wilayah Dawung dan sekitarnya dan mengalami kerugian akibat rumahnya terendam. Semenjak kejadian kala itu masyarakat beserta aparat yang berkaitan mulai merencanakan beberapa gagasan untuk mengantisipasi bencana banjir untuk tahun berikutnya, sebelum melakukan tindakan antisipasi dan kesiapsiagaan terlebih dahulu masyarakat memiliki pengetahuan tentang banjir dan mengenali konsisi lingkungannya setelah itu masyarakat bisa mengambil sikap. Pengetahuan merupakan hal yang paling utama sebelum menentukan sikap, karena dengan kita mengenali kondisi lingkungan kita bisa lebih waspada mengenai apa yang akan terjadi pada lingkungan misalnya bencana, bencana turunan maupun kerentanan fisik sehingga kita bisa memprediksi sendiri kapan saat kondisi lingkungan itu akan mendatangkan suatu bencana setelah itu dapat mengambil sikap yang tepat untuk menghadapinya. 9

Namun pada dasarnya ketika bencana tersebut sudah diprediksi akan terjadi pada jarak waktu yang dekat, tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk menghindarinya maupun dihentikan, maka dari itu perlu dilakukan pengendalian bencana pada jauh hari sebelum bencana benar benar terjadi atau bisa dilakukan setelah bencana reda dan keadaan kembali semula. Tujuan dari pengetahuan ini minimal untuk mengurangi kerugian saat terjadi banjir, mencegah terjadi banjir dan diharapkan masyarakat terlebih dahulu memiliki pengetahuan baik itu kondisi lingkungan maupun bencana yang sering terjadi. Kesiapsiagaan menurut UU no 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Penelitian dilakukan melalui proses penelitian survai di lapangan dengan cara data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan dokumentasi dan angket tentang pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan banjir. Penulis akan melakukan penelitian ini untuk mengenali pengaruh dari pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan bencana karena dilihat dari parameter kesiapsiagaan bahwa pengetahuan menjadi parameter pertama yang menjadi kunci utama untuk kesiapsiagaan. Pengalaman banjir yang pernah dialami dan banjir yang terjadi didaerah lain menjadi pelajaran yang sangat berarti akan pentingnya pengetahuan tentang bencana alam. Masyarakat perlu mengenali keadaan lingkungannya sendiri. Masyarakat tidak mengetahui jika air disungai yang semakin meninggi dikala 10

hujan itu sebagai penyebab banjir, akibatnya saat banjir benar benar terjadi masyarakat belum ada persiapan apapun terlebih untuk menyelamatkan harta benda. Pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam menghadapi bencana banjir. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kesadaran akan pengetahuan dan sikap masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, ketika peristiwa banjir akan terjadi lagi warga bisa lebih siaga, selain itu menjadi contoh bagi warga lain. B. Perumusan Masalah Seperti yang diuraikan sebelumnya dalam latar belakang masalah bahwa yang menjadi fokus kajian dalam studi ini adalah pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Maka agar pengkajian lebih mendalam, permasalahan lebih diarahkan pada beberapa hal diantaranya : 1. Seberapa besarpengaruh pengetahuan masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan, Kota Surakarta? 2. Seberapa besarpengaruh sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan, Kota Surakarta? 3. Seberapa besar pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan 11

untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. b. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini untuk mengetahui : 1) Mengetahui akan pengaruh pengetahuan masyarakat yang akan menunjukkan jalan kepada masyarakat tentang bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta 2) Mengetahui pengaruh sikap yang dilakukan dalam masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. 3) Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. 4) Agar masyarakat memiliki pengetahuan dan tingkah laku yang rasional serta tanggung jawab terhadap masalah bencana banjir sejalan dengan penelitian kesiapsiagaan banjir D. Tinjauan Pustaka Bencana merupakan sebuah atau rentetan peristiwa yang apabila terjari akan menimbulkan kerusakan yang menimbulkan kerugian baik material dan gangguan kejiwaan akibat trauma dan korban jiwa, bancana tidak hanya dari alam tetapi non alam yaitu manusia itu sendiri. Pengertian bencana tersebut didukung oleh penjelasan dari UU RI No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang 12

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana terdiri dari bencana alam dan non alam dimana bencana alam berasal dari peristiwa alam sedangkan bencana non alam berasal dari non alam, bencana alam disebabkan oleh aktivitas alam baik yang terjadi secara alami atau menurut siklus maupun karena perbuatan manusia, ada yang bisa diprediksi misalnya gunung meletus dan ada pula yang terjadi secara tiba-tiba seperti longsor, banjir bandang, angin ribut, sedangkan bencana non alam disebabkan karena kesenjangan sosial, ekonomi, wabah penyakit maupun perbedaan paham antar manusia, contohnya mewabahnya virus flu burung, tawuran antar siswa, peperangan dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat oleh penjelasan menurut UU RI No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi,tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Sedangkan bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa kegagalan teknologi, gagal modernisasi,epidemik dan wabah penyakit. Dalam penelitian ini fokus bencana ditekankan pada bencana yang mudah terjadi di wilayah pada pemukiman dan berdekatan dengan sungai besar yaitu banjir.di Solo memiliki potensi bencana alam yaitu banjir, banjir merupakan peristiwa meluapnya air sungai karena tidak mampu menahan intensitas air atau air hujan menuju ke permukaan daratan dikarenakan tidak mampu meresapkan air kedalam tanah. Hal ini diperkuat penjelasan Erman Mawardi dan Asep Sulaeman. 2011 yang mendefinisikan bencanaalam sebagai suatu fenomena alam yang dapat terjadi baik pada sungai yang memiliki aliran sepanjang tahun maupun pada sungai yang memiliki aliran hanya pada musim hujan 13

saja.wilayah Surakarta khususnyakelurahan Joyotakan wilayahnya rendah dan diapit sungai Kaliwingko dan Sungai Jenes pada jarak ½ km mengelilingi kelurahan Joyotakan menjadikan wilayah ini menjadi daerah dataran banjir sehingga mudah terkena banjir. Disebut daerah dataran banjir karena daerah ini berpeluang besar terserang bencana banjir, karena wilayahnya rendah dan bisa diprediksi dengan mudah, bahwa air akan mengalir dari permukaan tinggi menuju permukaan rendah apabila dataran rendah tidak mampu meresapkan air maka air akan menggenang untuk beberapa waktu, lama tidaknya genangan tergantung pada intensitashujan dan kemampuan tanah untuk proses peresapannya. Joyotakan memiliki permukaan tanah yang rendah bila dilihat dari jalan raya yang melewatinya, terlihat seperti cekungan panjang yang disekelilingnya didiami oleh pemukiman warga sehingga pada saat hujan turun, air dari tempat tinggi mengalir menuju pemukiman warga yang berdataran rendah. Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian upaya dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengantisipasi timbulnya suatu bencana yang dapat menyebabkan korban bencana dan kerugian lain, sehingga masyarakat dapat mencegah dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Menurut Undang Undang No 4 tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana bahwa kesiapsiagaan merupakan Serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.kesiapsiagaan perlu diterapkan untuk menghadapi bencana yang telah timbul maupun sering timbul di suatu daerah baik itu dalam waktu yang akan terjadi maupun yang masih lama terjadi sehingga masyarakat memiliki sikap waspada dan respon terhadap kemungkinan tanda tanda lingkungan sehingga lebih siap untuk menghindari resiko bencana. Kesiapsiagaan lebih diterapkan pada fase pra bencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana yang lebih efisien apabila diterapkan mulai dari diri sendiri dan rumah tangga. 14

Kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah sebagai berikut : kemampuan menilai resiko, perencanaan siaga, mobilisasi sumberdaya, pendidikan dan pelatihan, koordinasi, mekanisme respon, manajemen informasi, simulasi. Pengetahuan Pengetahuan adalah proses mengenali dengan cara melihat, mendengar maupun mempelajari sehingga menjadi tahu dan hafal terhadap suatu obyek tertentu. Menurut Notoadmodjo ( 2005 ) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sikap Menurut Ellis dalam Fajriansyah : 10, sikap merupakan faktor perasaan/emosi dan reaksi sebagai penentu tingkah laku manusia, sebagai reaksi maka sikap memiliki dua alternatif, yaitu senang atau tidak senang, menurut dan melaksanakannya atau menjauhi/menghindari sesuatu. Diperkuat dengan pendapat Notoadmodjo ( 2005 ) mengemukakan bahwa sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap simulasi atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan ( senang tidak senang, setuju-tidak setuju, baik- tidak baik, dan sebagainya). Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Pada sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan pada sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan respon yang diberikan oleh seseorang pada saat melihat suatu peristiwa maupun mendengar suatu pendapat tanpa melakukan tindakan terlebih dahulu akan tetapi mereka bertanggung jawab mengenai pendapat yang dipilihnya, jadi sikap tersebut adalah bagaimana seseorang tersebut menilai dari apa yang dilihat maupun didengar. Sikap mengenai bencana alam sangat penting dimiliki masyarakat karena menentukan perilaku, namun harus dibarengi pengetahuan, seringkali masyarakat salah mengambil sikap untuk menghadapi bencana 15

karena kurangnya informasi yang benar mengenai bencana tersebut hasilnya ketika menghadapi suatu bencana masyarakat akan gelisah dan cenderung panik. Sikap yang baik untuk menghadapi banjir diantaranya adalah tidak membuang sampah sembarangan, memperbaiki sistem drainase, memantau perkembangan pintu air. E. Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didasarkan pada kegiatan survei/angket dengan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup. Metode kuantitatif difokuskan pada kegiatan survei/angket dengan daftar pertanyaan yang didesain secara tertutup. Data kuantitatif hasil survei/angket, bukan pada prakiraan peneliti atau penulis tetapi dari hasil responden yang telag disediakan dengan jawaban yang ada. F. Data Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian empiris menggunakan metode survei, yang mana pokok dari sampel dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi di lapangan yang bertujuan untuk memberi bukti empiris bahwa kemampuan untuk menggunakan tindakan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang bencana banjir dan lingkungan serta tindakan saat terjadi banjir dan sikap untuk menghadapi bencana banjir. Sampel Penelitian Pada penelitian ini peneliti menentukan responden lebih bersifat random acak (random sampling) dengan menerapkan pola cluster sampling (area sampling). Random acak (random sampling) atau disebut juga probability sampling adalah metode pemilihan sampel yang setiap sampel dalam populasi memiliki kemungkinan (probabilitas) yang sama untuk terpilih.. (Haris Herdiansyah, 2010: 105). Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro 16

Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2007:65) sebagai berikut : Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi d2 : Presisi ( ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95 % ) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : dibulatkan menjadi 96 responden Cluster sampling (area sampling) merupakan teknik random sampling yang dilakukan terhadap unit sampling yang merupakan suatu kelompok (cluster) tersebut tidak terlalu harus bersifat homogen. Setiap anggota kelompok dari kelompok (cluster) yang terpilih akan diambil sebagai sampel. (Haris Herdiansyah, 2010: 105). Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) sebagai perwakilan sampel individu di setiap RW Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut ini : Tabel 1.1 Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) di RW Kelurahan Joyotakan No RW Jumlah KK Sampel KK 1 RW I 382 382/2440x96 = 15 2 RW II 397 397/2440x96 = 16 3 RW III 438 438/2440x96 = 17 4 RW IV 225 225/2440x96 = 9 5 RW V 515 515/2440x96 = 20 6 RW VI 483 483/2440x96 = 19 2440 96 KK Sumber : peneliti Pengolahan Data Teknik analisis data diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang terjadi berdasarkan data dan hasil survei lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana data tersebut dapat diambil secara langsung dari obyek penelitian. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dengan pengujian asumsi klasik dari hasil kuesioner. 17

7. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Pengetahuan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta Tabel 1.2 Hasil Pengujian t Statistik Variabel t hitung P Pengetahuan 2,451 0,016 Sikap 2,550 0,012 Hasil perhitungan untuk pengaruh pengetahuan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta diperoleh nilai t hitung sebesar 2,451 dengan p = 0,016 (lihat tabel 1.2 ) sehingga H 1 diterima, artinya pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Besarnya pengaruh pengetahuan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta adalah sebagai berikut: SE (X 1 )% = β x1 r xy1 100% = 0,243 0,312 100% = 7,6% Keterangan: SE : Sumbangan Efektif X 1 β x1 dari Pengetahuan r xy1 : Variabel Pengetahuan : Nilai Koefisien Beta : Nilai Koefisien Korelasi dari Pengetahuan Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pengaruh pengetahuan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta adalah sebesar 7,6%. 7,6 % diartikan sebagai nilai besarnya pengaruh pengetahuan dari 5 parameter menurut LIPI UNESCO 2006 tentang gempa bumi dan tsunami yang penulis terapkan dalam bencana banjir antara lain Pengetahuan, dan sikap terhadap resiko bencana, kebijakann dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistim peringatan bencana, kemampuan untuk memobilisasi sumber daya. nilai pengetahuan menempati angka 7,6 %, peneliti hanya menghitung besar pengetahuan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. 18

2. Pengaruh Sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta Hasil perhitungan untuk pengaruh sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta diperoleh nilai t hitung sebesar 2,550 dengan p = 0,012 ( lihat tabel 1.2 ) sehingga H 2 diterima, artinya sikap berpengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Besarnya pengaruh sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta adalah sebagai berikut: SE (X 2 )% = β x2 r xy2 100% = 0,253 0,320 100% = 8,1% Keterangan: SE : Sumbangan Efektif X 2 β x2 dari Sikap : Variabel Sikap : Nilai Koefisien Beta r xy2 : Nilai Koefisien Korelasi dari Sikap Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa pengaruh sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta adalah sebesar 8,1%. 8,1% diartikan sebagai nilai besarnya pengaruh pengetahuan dari 5 parameter menurut LIPI UNESCO 2006 tentang gempa bumi dan tsunami yang penulis terapkan dalam bencana banjir antara lain Pengetahuan, dan sikap terhadap resiko bencana, kebijakann dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistim peringatan bencana, kemampuan untuk memobilisasi sumber daya. nilai pengetahuan menempati angka 7,6 %, peneliti hanya menghitung besar pengetahuan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. a. Koefisien Determinasi (R 2 ) Keofisien determinasi yaitu untuk mengukur proporsi atau presentasi sumbangan dari seluruh variabel bebas (X) yang terdapat dalam model regresi 19

terhadap variabel terikat (Y). Dalam hal ini untuk mengukur proporsi atau presentasi sumbangan dari variabel pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Hasil perhitungan diperoleh besar pengaruh pengetahuan dan sikap yaitu 8,1% + 7,6% = 15,7%. Hal ini berarti bahwa pengetahuan dan sikap memberikan pengaruh sebesar 15,7% 8. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta dapat ditarik kesimpulan: 1.Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta dengan besar kontribusi sebesar 7,6%. 7,6 % diartikan sebagai nilai besarnya pengaruh pengetahuan dari 5 parameter menurut LIPI UNESCO 2006 tentang gempa bumi dan tsunami yang penulis terapkan dalam bencana banjirantara lain Pengetahuan, dan sikap terhadap resiko bencana, kebijakann dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistim peringatan bencana, kemampuan untuk memobilisasi sumber daya. nilai pengetahuan menempati angka 7,6 %, peneliti hanya menghitung besar pengetahuan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. 2.Sikap berpengaruh signifikan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta dengan besar kontribusi sebesar 8,1%.8,1 % diartikan sebagai nilai besarnya pengaruh pengetahuan dari 5 parameter menurut LIPI UNESCO 2006 tentang gempa bumi dan tsunami yang penulis terapkan dalam bencana banjirantara lain Pengetahuan, dan sikap terhadap resiko bencana, kebijakann dan panduan, rencana untuk keadaan darurat bencana, sistim peringatan bencana, kemampuan untuk 20

memobilisasi sumber daya. nilai pengetahuan menempati angka 8,1 %, peneliti hanya menghitung besar pengetahuan untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. 3.Pengetahuan dan sikap secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta dengan besar kontribusi sebesar 15,7%.Hal ini berarti bahwa pengetahuan dan sikap memberikan pengaruh sebesar 15,7% didapat dari besar pengaruh pengetahuan dan sikap yaitu 8,1 % + 7,6 % = 15,7 %. B. Saran Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pendekatan Integratif mengenai bencana banjir yang diterapkan dalam pelajaran IPS yang mencakup kajian studi geografi berdasarkan Al-Qur an, Hadis dan Aqidah 2. Bagi pemerintah Kelurahan Joyotakan diharapkan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir dengan senantiasa melakukan penyuluhan dan simulasi di masyarakat. 3. Bagi masyarakat Kelurahan Joyotakan diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap kesiapsiagaan bencana banjir dengan mengikuti berbagai penyuluhan maupun aktif mencari informasi melalui media cetak dan elektronik. 4. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pendalaman terhadap faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesiapsigaan masyarakat terhadap bencana banjir. 21

DAFTAR PUSTAKA Arikunto. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Ed. Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta Badan Pusat Statistik. 2011. Surakarta dalam angka 2011. Surakarta: Badan Pusat Statistik Kabupaten Surakarta. Fajriansyah. 2011. Pengaruh dan sikap kepala keluarga terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi banjir di Gampong Mesjid Tuha Kecamatan Meuredu Kabupaten Pidie Jaya. Universitas Sumatera Utara. Ghozali.Imam.2010.Multivariat dengan program IBM SPSS 19.Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Herdiansyah Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Akata:Salemba Humanika Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Pengertian Banjir. Kodoatie. Robert. Sugiyanto. 2002. Banjir, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Maryono. Agus. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, Dan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mawardi Erman, Asep Sulaeman. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir.Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Notoadmodjo, Soekidjo.2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta. 22

Purnomo. H, Ronny. S. 2010. Manajemen Bencana Respons dan Tindakan Terhadap Bencana. PT Buku Kita, Jakarta. 2010. Kuesioner penelitian Pengaruh Pengetahuan, sikap dan Pendidikan Kepala Keluarga terhadap kesiapsiagaan rumah tangga menghadapi banjir di Desa Pelita Sagoup Jaya Kecamatan Indra Makmur Kabupaten Aceh Timur Tahun 2010. Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula, Bandung: ALFABETA. SOLOPOS. 28 Desember 2007. Banjir Solo, Surakarta. Sopaheluwakan. Jan, Deni Hidayati, Haryadi Permana, Krishna Pribadi, Hebrin Ismail, Koen Meyers, Widayatun, Titik Handayani, Del Afriyadi Bustami, Daliyo, Fitranita, Laila Nagib, Ngadi, Yugo Kumoro, Irina Rafliana, Teti Argo. LIPI UNESCO/ISDR. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Sudaryoko.Y.1987. Pedoman Penanggulangan Banjir, Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. UU RI No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. 23