KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIK SISWA SANTRI DAN NON-SANTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Bukhari Ahmad, Ria Deswita, Febria Ningsih, Syafriadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci Corresponding author,

TUGAS MENULIS DALAM BENTUK PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR SECARA MATEMATIS

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

MATHEMATICAL HABITS OF MIND: URGENSI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

ASOSIASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND SISWA SMP

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

2014 PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional, visi matematika dan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Nila Kesumawati Jurusan Pendidikan Matematika, FKIP Universitas PGRI Palembang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw pada Mata Pelajaran Matematika Di SMPN 6 Banjarmasin Tahun Pelajaran

Sikap Siswa terhadap Matematika dan Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing

LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SMP/MTs

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

ANALISIS KESULITAN BELAJAR ILMU GIZI KELAS X PATISERI DI SMK NEGERI 9 BANDUNG

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA

PERAN ASESMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN HABITS OF MIND SISWA

Oleh: Sadono 1) & Kana Hidayati 2) 1) SMA Muhammadiyah I Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

BAB III METODE PENELITIAN

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMP NEGERI 1 PECANGAAN JEPARA TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MODEL POLYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

Peningkatan Hasil Belajar Materi Keunggulan Lokasi Indonesia Melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII B SMPN 6 Kota Bima

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

PENGARUH KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Budiman, 2015

Prosiding ISSN :

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

Kelas Eksperimen : O X O

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Perlakuan pada penelitian ini yakni metode Active Learning, diatur

BAB III METODE PENELITIAN

Nurhana Syamarro, Saluky, Widodo Winarso. Tadris Matematika, IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon

PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016,

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

Unnes Physics Education Journal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perbedaan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Tipe NHT dan Tipe TPS Pada Materi Pecahan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto

Amanda Defi Nuraini Sapir Dwi Wulandari. Abstract. Keywords: Quantum Learning, Mind Mapping, Think Pair Share, Results Learning.

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

Pengaruh Penerapan Strategi Trading Places Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

BAB III DESAIN PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP DALAM MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

ASOSIASI KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN GEOGEBRA

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 126-131 KEBIASAAN BERPIKIR MATEMATIK SISWA SANTRI DAN NON-SANTRI SANTI ARUM PUSPITA LESTARI 1, DWI SULISTYA KUSUMANINGRUM 2 1 Universitas Buana Perjuangan Karawang, santi.arum@ubpkarawang.ac.id 2 Universitas Buana Perjuangan Karawang, dwi.sulistya@ubpkarawang.ac.id Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perbedaan kebiasaan berpikir matematik (mathematical habits of mind) yang signifikan antara siswa santri dan non-santri. Desain penelitian ini menggunakan penelitian komparatif dengan membandingkan siswa santri dan non-santri sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah kebiasaan berpikir matematik. Populasi penelitian adalah siswa SMP Negeri dan SMP swasta yang dikelola oleh sebuah yayasan pesantren di Karawang. Sampel yang digunakan diambil dengan cara purposive dari dua SMP yang telah ditentukan. Data penelitian didapatkan dari instrumen yang berupa non tes yaitu skala kebiasaan berpikir matematik yang berjumlah 40 pernyataan frekuensi (kejadian, perasaan). Berdasarkan pengolahan data penelitian diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kebiasaan berpikir matematik antara siswa santri dan non-santri. Dengan demikian, kebiasaan berpikir matematik siswa yang bersekolah di SMP sekaligus pesantren (santri) dengan siswa yang bersekolah di SMP umum (non-santri) adalah sama. Kata kunci : Kebiasaan Berpikir Matematik, mathematical habits of mind 1. Pendahuluan Secara umum terdapat tiga aspek penilaian dalam pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Mengacu pada Kurikulum Nasional yang mengedepankan pendidikan karakter siswa, maka aspek afektif menjadi poin penting dalam kriteria penilaian. Aspek afektif digolongkan menjadi beberapa karakteristik diantaranya: sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Aspek afektif harus terdapat pada semua mata pelajaran yang diberikan termasuk matematika. Banyak orang yang berpendapat bahwa matematika hanya sekedar ilmu hitung saja akan tetapi matematika juga mengajarkan kedisiplinan, sistematis, dan pantang menyerah. Karakter siswa tidak bisa langsung didapatkan hanya dengan belajar namun harus melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang nantinya akan menjadi kebiasaan siswa tersebut. Beberapa hal yang perlu dicermati untuk menumbuhkan kebiasaan adalah menerima, melakukan, adanya pengulangan, dan kebiasaan. Rustaman [1] menyatakan bahwa pembiasaan berpikir perlu ditekankan diberbagai level dan ditanamkan sejak dini serta dapat dilaksanakan melalui pembelajaran bidang studi. Salah satunya adalah dalam mata pelajaran matematika yaitu kebiasaan berpikir matematik (mathematical habits of mind). Dalam hal ini Marzano [2] menyatakan bahwa siswa harus dapat mengasimilasikan pengetahuan baru dengan keahlian yang telah didapat siswa sebelumnya. 126

127 Kebiasaan Berpikir Matematik Siswa Santri dan Non-Santri Costa dan Kallick dalam Sumarmo [3] menyampaikan bahwa mathematical habits of mind atau kebiasaan berpikir matematik merupakan disposisi yang kuat dan perilaku cerdas. Apabila kebiasaan berpikir ini berlangsung dengan baik maka akan tumbuh keinginan dan kesadaran yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan berbuat hal yang positif. Kebiasaan berpikir matematik menurut Cuoco, GoldenBerg, dan Mark [4] serta Kien Lim [5] adalah an organizing principle for math curriculain which students think about math the way mathematicians do. Habits of mind dianggap sebagai karakteristik perilaku berpikir cerdas yang paling tinggi untuk memecahkan masalah dan merupakan indikator kesuksesan dalam akademik, pekerjaan, dan hubungan sosial. Dengan demikian, kebiasaan berpikir matematik akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan kebiasaan berpikir menjadi dasar proses pembelajaran sehingga siswa dapat merespon materi pelajaran ataupun masalah yang diberikan serta dapat menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Menurut Slameto [6] hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri. Selain kebiasaan berpikir matematik, unsur luar juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah suasana atau kondisi sekolah. Sekolah menjadi salah satu faktor pendukung hasil belajar siswa. Jika tempat belajar dalam hal ini sekolah, tidak nyaman maka siswa tidak bisa berkonsentrasi maupun fokus dalam belajar. Oleh karena itu sekolah harus di desain sedemikian rupa agar dapat menunjang proses pembelajaran. Ada dua macam sekolah formal yang ada di Indonesia yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri langsung di bawah kendali Depdiknas sedangkan sekolah swasta dikelola langsung oleh yayasan yang diawasi oleh pemerintah. Lebih lanjut ada pula sekolah swasta yang dikelola oleh yayasan pesantren. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah apakah terdapat perbedaan kebiasaan berpikir matematik antara siswa santri dan non-santri. Dengan demikian siswa santri dan nonsantri menjadi variabel bebas penelitian, sedangkan kebiasaan berpikir matematik menjadi variabel terikatnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian komparatif dengan populasi siswa SMP Negeri dan SMP swasta yang dikelola oleh yayasan pesantren di Karawang. Sampel penelitian yang diambil secara purposif, maka terpilihlah satu kelompok siswa santri dari SMP swasta yang dikelola oleh yayasan pesantren dan satu kelompok siswa non-santri dari SMP negeri. Sampel yang telah terpilih akan diberikan instrumen non tes berupa skala kebiasaan berpikir matematik. Skala kebiasaan berpikir matematik ini menggunakan skala Likert dengan pernyataan sebanyak 40 pernyataan frekuensi (kejadian, perasaan). Pilihan pernyataan pada skala kebiasaan berpikir matematik antara lain SS (Sangat Sering), S (Sering), KD (Kadang- Kadang), JR (Jarang), JS (Jarang Sekali). Adapun indikator skala kebiasaan berpikir matematik yang digunakan pada penelitian ini yang mengacu pada pendapat Costa dan Kallick dalam Sumarmo [3] antara lain sebagai berikut: 1. Bertahan atau pantang menyerah. 2. Mengatur kata hati. 3. Mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa empati. 4. Berpikir luwes (fleksibel). 5. Berpikir metakognitif. 6. Bekerja teliti dan tepat. 7. Bertanya dan merespon secara efektif. 8. Memanfaatkan pengalaman lama pada situasi baru. 9. Berpikir dan berkomunikasi secara tepat.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 126-131 10. Memanfaatkan indera dalam mengumpulkan dan mengolah data. 11. Mencipta, mengkhayal dan berinovasi. 12. Bersemangat dalam merespon. 13. Berani bertanggung jawab dan menghadapi resiko. 14. Humoris. 15. Berpikir saling bergantungan. 16. Belajar berkelanjutan. 3. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala kebiasaan berpikir pada dua sekolah di Kecamatan Rawamerta, yaitu SMP Nihayatul Amal Rawamerta sebagai sekolah dengan sampel siswa santri dan SMP Negeri 1 Rawamerta sebagai sekolah dengan sampel siswa non-santri. Skala kebiasaan berpikir matematik yang berjumlah 40 pernyataan diberikan pada siswa kelas VIII. Data yang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang dirangkum dalam rekapitulasi sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Kebiasaan Berpikir Matematik Siswa N Maksimum Minimum Standar Deviasi Santri 40 155 90 123,8 20 Non-santri 38 168 78 124,7 15 Tabel 1. menunjukkan bahwa rata-rata kebiasaan berpikir matematik siswa santri adalah 123,8 sedangkan untuk siswa non-santri memperoleh rata-rata sebesar 124,7. Rata-rata kebiasaan berpikir kedua sekolah hampir sama dengan selisih 0,9. Selain rata-rata, pada Tabel 1. juga terlihat standar deviasi siswa santri lebih besar daripada non-santri (20 > 15). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebaran data kebiasaan berpikir siswa santri lebih merata daripada siswa non-santri. Selanjutya dijelaskan perolehan nilai skala kebiasaan berpikir matematik pada tabel deskripsi statistik per indikator di bawah ini. Tabel 2. Deskripsi Statistik Kebiasaan Berpikir Matematik Siswa Santri Indikator N Total Skor % Kategori Bertahan atau pantang 4 496 3,10 62 Kuat Mengatur kata hati 2 211 2,64 53 Cukup Mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa empati 3 409 3,41 68 Kuat Berpikir luwes (fleksibel) 3 372 3,10 62 Kuat Berpikir metakognitif 2 240 3,00 60 Cukup Bekerja teliti dan tepat 2 245 3,06 61 Kuat Bertanya dan merespon secara efektif 2 248 3,10 62 Kuat Memanfaatkan pengalaman lama pada situasi baru 2 250 3.13 63 Kuat Berpikir dan berkomunikasi secara jelas dan tepat 3 378 3,15 63 Kuat Memanfaatkan indera dalam mengumpulkan dan mengolah data 2 247 3,09 62 Kuat Mencipta, mengkhayal dan berinovasi 3 393 3,28 66 Kuat 128

129 SANTI ARUM PUSPITA SARI DAN DWI SULISTYA KUSUMANINGRUM Bersemangat dalam merespon 2 283 3,55 71 Kuat Berani bertanggung jawab dan menghadapi resiko 3 408 3,40 68 Kuat Humoris 2 255 3,19 64 Kuat Berpikir saling bergantungan 2 250 3,13 63 Kuat Belajar berkelanjutan 3 303 2,53 51 Cukup Keterangan: Skor maksimal = 5 40 =200 Berdasarkan Tabel 2. diperoleh hasil bahwa ada 3 indikator yang termasuk kategori cukup dan ada 13 yang temasuk kategori kuat. Persentase terbesar adalah indikator bersemangat dalam merespon yaitu 71% dan 51% untuk indikator belajar berkelanjutan. Rincian nilai kebiasaan berpikir matematik per siswa adalah 16 siswa termasuk dalam kategori cukup dan 24 siswa termasuk dalam kategori kuat. Dengan demikian, secara umum siswa santri memiliki kebiasaan berpikir matematik yang kuat. Sedangkan deskripsi untuk siswa non-santri akan dijelaskan sebagai berikut. Tabel 3. Deskripsi Statistik Kebiasaan Berpikir Matematik Non-Santri Indikator n Total Skor % Kategori Bertahan atau pantang 4 478 3,15 63 Kuat Mengatur kata hati 2 208 2,74 55 Cukup Mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa 3 empati 381 3,34 67 Kuat Berpikir luwes (fleksibel) 3 335 2,99 59 Cukup Berpikir metakognitif 2 230 3,03 61 Kuat Bekerja teliti dan tepat 2 231 3,04 61 Kuat Bertanya dan merespon secara efektif 2 193 2,54 51 Cukup Memanfaatkan pengalaman lama pada situasi baru 2 213 2,80 56 Cukup Berpikir dan berkomunikasi secara jelas dan tepat 3 301 2,64 53 Cukup Memanfaatkan indera dalam mengumpulkan dan 2 mengolah data 225 2,96 59 Cukup Mencipta, mengkhayal dan berinovasi 3 352 3,09 62 Kuat Bersemangat dalam merespon 2 247 3,25 65 Kuat Berani bertanggung jawab dan menghadapi resiko 3 381 3,37 67 Kuat Humoris 2 254 3,34 67 Kuat Berpikir saling bergantungan 2 280 3,73 74 Kuat Belajar berkelanjutan 3 397 3,48 70 Kuat Keterangan: Skor maksimal = 5 38 =190 Berdasarkan Tabel 3. nampak terdapat 6 indikator dengan kategori cukup dan 10 indikator dengan kategori kuat. Dengan presentase 74% pada indikator berpikir saling bergantungan, sedangkan presentase 51% pada indikator bertanya dan merespon secara efektif. Jika dirinci berdasarkan nilai kebiasaan berpikir matematik persiswa diperoleh hasil 1 siswa dengan kategori lemah, 13 siswa dengan kategori cukup, 23 siswa dengan kategori kuat dan 1 siswa dengan kategori sangat kuat. Dengan demikian, kebiasaan berpikir matematik siswa nonsantri tergolong pada kategori kuat.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 126-131 Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan software Minitab16 untuk menguji perbedaan rata-rata antara kedua sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara signifikan terhadap kebiasaan berpikir matematik. Berikut disajikan hasil uji perbedaan rata-rata yang dirangkum ke dalam tabel hasil uji t. Tabel 4. Hasil Uji t Kebiasaan Berpikir Matematik Siswa N p-value Interpretasi Santri 40 123,8 Non-Santri 38 124,7 0,83 H 0 diterima Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa diperoleh p-value sebesar 0,83 sehingga H 0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan kebiasaan berpikir matematik antara siswa santri dan non-santri pada taraf signifikansi 5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan berpikir matematik siswa santri sama dengan siswa non-santri. Tingkat kebiasaan berpikir matematik yang sama antara siswa santri dan non-santri disebabkan oleh proses pembelajaran yang diterima siswa santri dan non-samtri hampir sama. Walaupun siswa santri bersekolah di sekolah yayasan pesantren akan tetapi proses pembelajarannya tidak berbeda jauh dengan sekolah negeri pada umumnya. Mata pelajaran yang diberikan pun sama hanya berbeda pada mata pelajaran muatan lokal yang ditambah dengan Bahasa Arab dan Aswaja. Sedangkan untuk mata pelajaran khusus pesantren akan di pelajari siswa pada saat di asrama yaitu setelah pulang sekolah. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebiasaan berpikir matematik antara siswa santri dan non-santri. Dengan demikian, kebiasaan berpikir matematik siswa yang bersekolah di SMP sekaligus pesantren (santri) dengan siswa yang bersekolah di SMP umum (non-santri) adalah sama. Pernyataan Terima Kasih. Penulis ucapkan terima kasih kepada Kemenristekdikti yang telah memberi kesempatan dan dukungan finansial dalam Hibah Bersaing Penelitian Dosen Pemula sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan Ketua LPPM Universitas Buana Perjuangan Karawang yang telah memberi dukungan. Selain itu, kepada Kepala Sekolah dan Guru Matematika SMP Negeri 1 Rawamerta dan SMP Nihayatul Amal Rawamerta yang telah mengizinkan dan membantu selama penelitian ini berlangsung, serta kepada semua pihak yang telah membantu sehingga artikel ini dapat tersusun dengan baik penulis ucapkan terima kasih. Referensi [1] Rustaman, N.Y. (2008). Kebiasaan Berpikir dalam Pembelajaran Sains dan Asesmennya. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VI Tahun 2008. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha. [2] Marzano, R.J. (1992). A Different Kind of Classroom. Teaching with Dimensions of Learning. Alexandria: ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development. 130

131 SANTI ARUM PUSPITA SARI DAN DWI SULISTYA KUSUMANINGRUM [3] Sumarmo, U. (2013). Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: FMIPA, UPI. hal.336 338. [4] Cuoco, Al., E. Paul G., and June M. (1996). Habits of Mind: An Organizing Principle for Mathematics Curricula. Journal of Mathematics Behaviour, 15, p. 375 402. [5] Lim, K., (2013), General and Mathematical Habits of Mind : An Overview, Presentation at Joint Mathematics Meeting in San Diego. [6] Slameto. (1995). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. [7] Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. [8] Riduwan. (2007). Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.