BAB I PENDAHULUAN. keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Raffles City Hotel 5-7 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Keanekaragaman ini merupakan warisan kekayaan bangsa yang tidak

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR. Manusia, Keragaman, dan Kesederajatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

MEMBANGUN INTEGRASI NASIONAL DENGAN BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP. aliran kepercayaan disetarakan statusnya layaknya agama resmi lainnya (Mutaqin

PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA

ISLAM DAN KEBANGSAAN. Jajat Burhanudin. Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Hal tersebut dibuktikkan dengan

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

Paham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN PANCASILA

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

Pendidikan Intoleransi

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

2. Kegiatan Belajar II : Keberagaman Masyarakat Indonesia dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika 2.1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Menganalisis

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS

PLEASE BE PATIENT!!!

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NOVIYANTI NINGSIH F

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kenapa Agama dari Asing Diakui, Kalau dari Leluhur Tidak?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Makalah Pendidikan Pancasila

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kontroversi Agama dan Pancasila

IDENTITAS NASIONAL dan tantangan era Globalisasi. Oleh : Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

PANCASILA. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Persatuan Indonesia dalam Kehidupan Bernegara

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan keluaran atau output, maupun proses terjadinya kesetaraan. Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki sosial, dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia. Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan dasar yang bertolak belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam, menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan). Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi, mengandung elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat perhatiannya. Sedangkan Timur mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan keberagaman, berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya. Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia, khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.

1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana struktur manusia Indonesia yang majemuk dan dinamis ditandai dengan keragaman suku bangsa dan agama? 2. Apa pengaruh keragaman terhadap berbagai pola kehidupan? 3. Bagaimana setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sebagai pedoman kehidupan warga Negara? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk Mengetahui struktur manusia Indonesia yang majemuk dan dinamis ditandai dengan keragaman suku bangsa dan agama. 2. Untuk Mengetahui pengaruh keragaman terhadap berbagai pola kehidupan. 3. Untuk Mengetahui setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sebagai pedoman kehidupan warga Negara. BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Struktur manusia Indonesia yang majemuk dan dinamis ditandai dengan keragaman suku bangsa dan agama Sulit dipungkiri, Indonesia ditinjau dari aspek manapun merupakan sebuah bangsa yang majemuk. Ini terlebih jika dikontraskan dengan bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, Thailand, ataupun Anglo Saxon (Inggris). Kemajemukan ini tampak dalam manifestasi kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak satu. Budaya Indonesia dapat dengan mudah dipecah ke dalam budaya Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, hingga ratusan budaya lainnya. Kemajemukan juga termanifestasi dalam masalah agama, ada banyak agama yang berkembang di Indonesia, mulai dari agama primitif hingga agama monoatheisme, mulai dari agama Bumi hingga agama Langit, semuanya tumbuh dan berkembang di Indonesia. Sebab itu, suku bangsa dan agama merupakan suatu kajian menarik guna melihat seperti apa manifestasi kemajemukan struktur masyarakat Indonesia ini. Kemudian penelaahan akan dilakukan seputar kelebihan serta kelemahan dari struktur majemuk masyarakat Indonesia ini. 2.1.1 Keragaman suku bangsa di Indonesia Sekedar sebagai gambaran, baiklah di sini kami muat komposisi suku bangsa dari beberapa provinsi di Indonesia. Gambaran ini lebih menunjukkan bahwa tempat tinggal suatu wilayah tidak selalu mengikuti daerah asal dari suku bangsa yang bersangkutan. Misalnya, suku bangsa Jawa tidak selalu ada di Jawa Tengah, Yogyakarta, ataupun Jawa Timur belaka, melainkan ia pun terdapat di Nanggroe Aceh Darussalam bahkan Sumatera Barat. Melihat dari sebagian komposisi penduduk di beberapa provinsi Indonesia, mudah terlihat suatu suku bangsa dapat tersebar wilayah domisilinya di luar daerah basis suku bangsa yang bersangkutan. Misalnya, suku bangsa Betawi yang berasal dari Jakarta, juga

terdapat di Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, bahkan di Nanggroe Aceh Darussalam kendati tidak terlampau besar. Di sisi lain, suku bangsa Jawa relatif punya persebaran dan komposisi yang besar di hampir seluruh provinsi yang disebut di atas. Dari paparan di atas, Indonesia memiliki tingkat keragaman budaya yang sedemikian tinggi. Keragaman ini tidak lagi dibatasi oleh wilayah asal basis suku bangsa. Keragaman telah meliputi hampir seluruh wilayah yang berada di bawah NKRI. Dengan demikian, upaya-upaya serius seputar manajemen hubungan antarsuku bangsa menjadi signifikan dengan adanya realitas ini. Hal menarik pula perlu dinyatakan, yaitu pertumbuhan kuantitas suku bangsa tidaklah tetap antar periode. Dapat saja suatu suku bangsa menurun atau meningkat kemampuan pertumbuhannya, jika dilihat dalam dua periode sensus di Indonesia, yaitu sensus 1930 dan sensus 2000, terlihat bahwa suku bangsa jawa mengalami penurunan pertumbuhan dari 47,02% total populasi Indonesia menjadi 41,71%, Sunda dari 14,53% naik jadi 15,41%, Melayu dari 1,61% naik jadi 3.45%, Madura dari 7.28% turun jadi 3.37%, Minangkabau dari 3.36% turun jadi 2.72%, Bugis dari 2.59% turun jadi 2.49%, Batak dari 2.04% naik jadi 3.02%, Bali dari 1.88% turun jadi 1.51%, Betawi dari 1.66% naik jadi 2.51%, atau Aceh dari 1.41% turun jadi 0.43%. Penaikan ataupun penurunan jumlah penduduk menurut suku bangsa ini kemudian dapat ditelusuri pada beberapa faktor seperti pola perkawinan adat, status pekerjaan, hubungan suku bangsa itu dengan suku bangsa lain, kemampuan adaptasi suku bangsa bersangkutan, dan tidak kalah penting faktor pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu suku bangsa, ada kemungkinan mereka mengendalikan tingkat kelahiran. Keragaman suku bangsa di Indonesia ini sangat kontras jika dibandingkan dengan beberapa Negara lain. Misalnya Jepang yang hanya memiliki beberapa suku bangsa semisal Yamato (mayoritas), Okinawa (minoritas), Burakumin (minoritas), dan Ainu (minoritas).

Suku bangsa Jepang didominasi suku bangsa Yamato yang meliputi lebih dari 90% komposisi penduduk Jepang. Sementara suku bangsa minoritas yang ada dianggotai oleh Okinawa, Burakumin, dan Ainu, yang persentase ketiganya hanya meliputi 3-4%. Kemudian di Jepang pun ada suku bangsa dari Negara lain dengan angka minoritas seperti Korea 0.5%, Cina 0.4%, dan lainnya 0.6%. Hal yang sama juga berlaku bagi beberapa Negara lainnya. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang tertinggi tingkat keragaman suku bangsanya. 2.1.2 Keragaman Agama di Indonesia Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain, atau bias juga hanya menyebut sifat-nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dan lain-lain. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan, menaati segenap ketetapan, aturan, dan hukum yang diyakini berasal dari Tuhan. Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, yaitu manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. Ada enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu agama Islam, Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka.

Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Selain enam agama diatas, di Indonesia ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit. Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas. Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha. Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan

mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya". Pemerintah bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama diatas. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Di masa Orde Baru, Soeharto mengeluarkan perundang-undangan yang oleh beberapa kalangan dirasa sebagai anti Tionghoa. Presiden Soeharto mencoba membatasi apapun yang berhubungan dengan budaya Tionghoa, mencakup nama dan agama. Sebagai hasilnya, Buddha dan Khonghucu telah diasingkan. Antara 1966 dan 1998, Soeharto berikhtiar untuk de-islamisasi pemerintahan, dengan memberikan proporsi lebih besar terhadap orang-orang Kristen di dalam kabinet. Namun pada awal 1990-an, isu Islamisasi yang muncul, dan militer terbelah menjadi dua kelompok, nasionalis dan Islam. Golongan Islam, yang dipimpin oleh Jenderal Prabowo, berpihak pada Islamisasi, sedangkan Jenderal Wiranto dari golongan nasionalis, berpegang pada negara sekuler. Semasa era Soeharto, program transmigrasi di Indonesia dilanjutkan, setelah diaktifkan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-19. Maksud program ini adalah untuk memindahkan penduduk dari daerah padat seperti pulau Jawa, Bali dan Madura ke daerah yang lebih sedikit penduduknya, seperti Ambon, kepulauan Sunda dan Papua. Kebijakan ini mendapatkan banyak kritik, dianggap sebagai kolonisasi oleh orang-orang Jawa dan Madura, yang membawa agama Islam ke daerah non-muslim. Penduduk di wilayah barat Indonesia kebanyakan adalah orang Islam dengan Kristen merupakan minoritas kecil, sedangkan daerah timur, populasi Kristen adalah sama atau bahkan lebih besar dibanding populasi orang Islam. Hal ini bahkan telah menjadi pendorong utama terjadinya konflik antar agama dan ras di wilayah timur Indonesia, seperti kasus Poso di tahun 2005.

Pemerintah telah berniat untuk mengurangi konflik atau ketegangan tersebut dengan pengusulan kerjasama antar agama. Kementerian Luar Negeri, bersama dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, yang dipegang oleh Sarjana Islam Internasional, memperkenalkan ajaran Islam moderat, yang mana dipercaya akan mengurangi ketegangan tersebut. Pada 6 Desember 2004, dibuka konferensi antar agama yang bertema Dialog Kooperasi Antar Agama: Masyarakat Yang Membangun dan Keselarasan. Negaranegara yang hadir di dalam konferensi itu ialah negara-negara anggota ASEAN, Australia, Timor Timur, Selandia Baru dan Papua Nugini, yang dimaksudkan untuk mendiskusikan kemungkinan kerjasama antar kelompok agama berbeda di dalam meminimalkan konflik antar agama di Indonesia. 2.2 Pengaruh keragaman terhadap berbagai pola kehidupan Banyak pengaruh yang akan timbul terhadap berbagai pola kehidupan akibat keragaman, baik terhadap kehidupan individu, kelompok maupun bermasyarakat, diantaranya adalah: 1. Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan yang berbeda. 2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer. 3. Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. 4. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya. 5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi. 6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Pengaruh keragaman budaya masyarakat Indonesia dapat memberi manfaat, sekaligus dapat mendukung terhindarnya konflik diantara suku-suku bangsa. Hal ini terjadi karena

adanya cross cutting loyalities. Cross cutting affiliations adalah suatu kondisi dimana terjadi proses saling silang diantara anggota masyarakat, perbedaan agama, dan status sosial. Cross culting loyalities adalah persatuan saling memiliki dan rasa tanggung jawab yang mengikat terhadap tempat atau wadah keanggotaannya. Contohnya suku batak dan suku jawa yang apabila beragama islam mereka akan merasa memiliki islam, akan merasa bersaudara dengan islam lainnya walaupun mereka berbeda. Hal ini hanya diwujudkan, bila ada keterbukaan dan kedewasaan pada individu-individu dalam kelompok yag berbeda. Namun jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa, seperti : 1. Disharmonisasi, tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya. 2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrat ras, suku, kelompoknya lebih tinggi dari ras, suku, kelompok lain. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu : 1. Semangat Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Semangat Nasionalisme, yaitu satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama dalam keberagaman.

3. Semangat Pluralisme, yaitu sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. 2.3 Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sebagai pedoman kehidupan warga Negara. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Jadi, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya Kebudayaan digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalaman, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia dan bukan suatu gejala yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia. Sebagai satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta berisi serangkaian konsep-konsep dan modelmodel pengetahuan mengenai berbagai tindakan dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam. Kebudayaan digunakan sebagai: 1. Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut 2. Kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan

3. Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan sebagai pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan 4. Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan. Kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, dan petunjuk-petunjuk untuk memilah dan mengkategorisasi konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Jadi, setiap masyarakat di dunia ini, dimanapun dan kapanpun pasti memiliki kebudayaan, walaupun bentuknya ada yang berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. sebagai contohnya adalah pelapisan kemasyarakatan suku bangsa Minangkabau dengan kemasyarakatan suku bangsa Jawa. Dalam suku Minangkabau pelapisan-pelapisan masyarakatnya yaitu : 1. Kamanakan tali paruik adalah keturunan dari suatu keluarga urang asa 2. Kamanakan tali budi adalah orang pendatang yang mampu membeli tanah luas 3. Kamanakan tali ameh adalah pendatang baru yang mencari hubungan keluarga dengan keluarga asa 4. Kamanakan bawah lutuik adalah orang yang menghamba pada keluarga orang asa Dalam suku Jawa pelapisan-pelapisan masyarakatnya yaitu : 1. Lapisan atas (priyayi), terdiri dari golongan darah biru dan kaum bangsawan. 2. Lapisan bawah (wong cilik), terdiri dari tukang dan pekerja kasar lainnya.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan makalah ini dapat ditarik kesimpulan sehubungan dengan Hakekat Manusia, Keragaman dan Kesetaraan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Struktur manusia Indonesia yang majemuk dan dinamis ditandai dengan dua hal, pertama keragaman suku bangsa, Keragaman suku bangsa di Indonesia ini sangat kontras jika dibandingkan dengan beberapa Negara lain. Misalnya Jepang yang hanya memiliki beberapa suku bangsa semisal Yamato, Okinawa, Burakumin dan Ainu, berbeda dengan Indonesia, yang suku bangsanya sangat beragam dengan 962 suku bangsa atau etnis yang

tersebar dari Sabang sampai Merauke.dan kedua keragaman agama, agama di Indonesia, terdiri dari enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, larangan tersebut dicabut. Akan Tetapi sampai kini, tidak menutup kemungkinan banyak penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Selain enam agama diatas ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun dalam jumlah yang kecil. 2. Banyak pengaruh yang akan timbul terhadap berbagai pola kehidupan akibat keragaman, baik terhadap kehidupan individu, kelompok maupun bermasyarakat, baik pengaruh yang besifat negatif maupun pengaruh yang besifat positif, diantaranya adalah terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan yang berbeda, memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer, kurang adanya mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar, secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya, secara relatif integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi, adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. 3. Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan sebagai pedoman kehidupan bagi warga Negara, Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga Negara. Jadi, setiap masyarakat di dunia ini, dimanpun dan kapanpun pasti memiliki kebudayaan, karena kebudayaan merupakan pedoman dalam kehidupan.

3.2 Saran Dengan selesainya penyusunan makalah mengenai Hakekat Manusia, Keragaman dan Kesetaraan ini, penulis mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Penulis menyadari begitu banyak kekurangan yang ada didalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk penulisan kata dan kalimat, maupun dalam bentuk sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan masukan membangun dari pembaca sangat penulis harapkan, untuk mengembangkan materi makalah ini guna perubahan ke arah yang lebih baik dan medidik. Selain itu besar harapan penulis agar pembaca dapat memanfaatkan makalah ini, baik dalam pendidikan maupun dalam pemahaman mengenai Hakekat Manusia, Keragaman dan Kesetaraan, dalam ruang lingkup yang lebih luas. MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR Manusia, Keragaman dan Kesetaraan

Oleh: KELOMPOK 1 Rizki Hardi Nata 1101791 Ramadanil Febrianto 1202185 Pendi Arianto 1203012 UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015