BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era informasi saat ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dan sekaligus untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas antara lain dapat dilakukan melalui pendidikan IPA. Dalam batas-batas tertentu pendidikan IPA dapat mempersiapkan individu untuk meningkatkan kualitas hidup, mengatasi masalah-masalah sosial yang ada, membantu individu dalam memilih dan mengembangkan karir, serta membantu individu untuk mempelajari IPA lebih lanjut. Pengalaman menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan IPA yang cukup,lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke bidang-bidang di luar IPA. Untuk itu pendidikan IPA perlu diberikan sejak dini di Sekolah Dasar. SD Negeri Dukuh 04 Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga dalam PBM menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hakikat KTSP adalah strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah efektif, produktif, dan berprestasi. Inovasi dalam PBM yang dilakukan guru dapat membantu mewujudkan sekolah yang berprestasi. KTSP dikembangkan berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang isinya menyangkut kurikulum dikembangkan sesuai dengan peserta didik. Salah satu tujuan dari KTSP adalah meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ini menyangkut siswa, yaitu tentang prestasi dan nilai kelulusan siswanya. Dalam UU No. 23 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan tujuannya adalah penguasaan kompetensi dasar. Jika kompetensi dasar dapat dikuasai siswa, itu artinya materi yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa. Dengan penerimaan materi pelajaran oleh siswa, maka dalam pelaksanaan PBM telah berhasil dan hasil belajar siswapun baik. 1
2 Dari hasil observasi pada pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014, diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran belum secara optimal mempertimbangkan karakteristik anak. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit ataupun model artificial. Hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014 diperoleh hanya dari nilai ulangan harian mata pelajaran IPA KD 7.1 menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik, dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70. Dari 14 siswa yang mendapat nilai < 70 sebanyak 8 siswa dan siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 6 siswa. Skor maximum 90 dan skor minimum 50. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat pembelajaran IPA sangat erat hubungannya dengan lingkungan sekitar, tetapi banyak siswa yang belum bisa memahami dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Berdasarkan kenyataan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui model siklus belajar (learning cycle) 4E siswa kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014. Model siklus belajar (learning cycle) sangat sesuai dengan isi dan tujuan Permen Diknas RI No 22 Tahun 2006, memberikan kesempatan yang luas kepada pembelajar untuk mengembangkan kemampuan berfikir, berinteraksi dengan materi, melaksanakan praktikum, menemukan konsep-konsep, menggunakan konsep-konsep dan gagasan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan dan bersikap ilmiah serta mengadakan evaluasi pada setiap tahap-tahapnya. Dalam menentukan keberhasilan suatu strategi pembelajaran, faktor karakteristik siswa merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan oleh guru. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan
3 dengan memperhatikan kecenderungan cara berpikir siswa dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya sebagai berikut: a. Memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis. b. Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah. c. Latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar IPA, yaitu sebagai penerapan IPA pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam. d. Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan kemampuan IPA dalam menjawab berbagai masalah. Dalam penelitian ini akan dicoba inovasi pembelajaran untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014. Inovasi pembelajaran yang dilakukan melalui model siklus belajar (learning cycle) 4E dalam pembelajaran IPA sesuai dengan materi serta kondisi siswa. Karena pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivis lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, siswa menjadi lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Dengan peranan guru untuk melakukan inovasi pembelajaran dalam model pembelajaran yang digunakan, maka diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dialami siswa. Karena seorang guru itu memiliki tugas yang berhubungan dengan membantu murid dalam mengatasi masalah belajar pada khususnya dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya, hal itu diungkapkan oleh Djam an Satori dkk (2007).
4 Oleh karena itu, inovasi pembelajaran yang akan dilakukan guru untuk menyelesaikan masalah siswa dalam pembelajaran IPA KD 7.1 menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik adalah menyelidiki apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model siklus belajar (learning cycle) 4E siswa kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014. Karena dalam pembelajaran yang aktif adalah siswa, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, melalui model pembelajaran ini diharapkan dapat mengajak siswa berperan aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa sehingga pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima, dengan demikian diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian di atas, ada beberapa masalah yang muncul antara lain: a. Dalam pembelajaran IPA guru menggunakan metode konvensial (ceramah dan tanya jawab). b. 57,14 % siswa memperoleh nilai belum mencapai KKM pada pembelajaran IPA khususnya KD 7.1 menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model siklus belajar (learning cycle) 4E siswa kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPA dapat diupayakan melalui model siklus belajar (learning cycle) 4E siswa kelas VI SD Negeri Dukuh 04, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tahun pelajaran 2013/ 2014.
5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan menjadi bahan kajian di waktu mendatang dengan menggunakan model model siklus belajar (learning cycle) 4E. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPA dan meningkat hasil belajarnya dengan penggunaan model siklus belajar (learning cycle) 4E. b. Bagi guru Dapat memperoleh pemahaman dan keterampilan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) 4E dalam pembelajaran IPA sehingga menghasilkan output yang lebih berkualitas. c. Bagi sekolah Memberikan informasi tentang pentingnya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk memperbaiki PBM IPA.