BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

Bab IV. Pesanggrahan kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan tradisi merrik lengkaan. Adapun faktor yang melatar belakangi tradisi merrik lengkaan dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, bukan hanya antara suami istri dan keturunannya tapi juga. juga merupakan jalan yang ditetapkan oleh Islam untuk mengatur

IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ISLAM DAN HINDU DI KECAMATAN KREMBUNG SIDOARJO Oleh : Zakiyatul Ulya (F )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI REPENAN DALAM WALIMAH NIKAH DI DESA PETIS SARI KEC. DUKUN KAB. GRESIK

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN DUA SAUDARA KANDUNG PADA TAHUN YANG DI DESA PARADO KECAMATAN PARADO KABUPATEN BIMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB IV ANALISIS PANDANGAN ULAMA DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN ANTAR DUSUN NGULON NGALOR

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TERHADAP TRADISI BUBAKAN PADA WALIMATUR URSY (Studi Kasus di Desa Bendosari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB V PENUTUP. Setelah penulis menyelesaikan pembahasan permasalahan yang ada di

BAB IV ANALISIS SADD ADH-DHARI< AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KONDOM SECARA BEBAS DI ALFAMART CABANG BOLODEWO

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAHUN ALIF SEBAGAI LARANGAN MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

KONSEP & KAEDAH DASAR FIQIH MUAMMALAH MAALIYAH SESI II : ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang dinamakan adat. Adat ini telah turun-menurun dari generasi. kegerasi yang tetap dipelihara hingga sekarang.

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PRIMBON JAWA TENTANG KEHARMONISAN DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGPERUBAHAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV PENUTUP. Adatu Muhakkamat maka akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam Tinjauan Hukum Pernikahan Islam

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Tradisi Mempelajari Kitab Tabyin al-islah Sebelum menikah Pada

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB III TINJAUAN TEORITIS AL- ADAH / AL- URF

SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *)

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

A. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah Waris di Pulau Bawean. pembagian dengan cara hukum waris Islam. Kedua; pembagian waris dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Alasan Yang Menyebabkan Tradisi Perkawinan Nyandung Watang dijadikan Sebagai Larangan Perkawinan di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan Hukum Islam mengakui adat sebagai salah satu sumber hukum karena adat kebiasaan dan tradisi telah memainkan peran penting dalam mengatur kehidupan manusia dikalangan masyarakat. Sebuah tradisi atau adat kebiasaan berkedudukan pula sebagai hukum yang tidak tertulis, namun sangat dipatuhi oleh masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali kegiatan dan aturan yang berasal dari nenek moyang mereka. Adat atau tradisi ini telah turun temurun dari generasi ke generasi yang tetap dipelihara hingga sekarang. Tradisi telah menjadi sebuah hal yang begitu penting bagi masyarakat. Selain berfungsi untuk memberi pedoman dalam bertindak, juga untuk memberikan individu sebuah identitas. Agama Islam sebagai agama yang bersifat rahmatan lil alamin tidak melarang pelaksanaan adat dan tradisi selama hal tersebut tidak bertentangan dengan akidah dan syari at Islam. Selama adat dan tradisi berjalan sesuai dengan hukum Islam, maka tradisi tersebut mendapat الع اد ة pengakuan dari syara. Sebagaimana kaidah fiqhiyah yang berbunyi 68

69 yang artinya Adat kebiasaan dapat dijadikan pertimbangan ك ة hukum. Tradisi yang dipegang dan dianut oleh masyarakat tidak terlepas dari pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, serta tingkat keagamaan masyarakat yang bersangkutan. Sebagaimana yang telah terjadi di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan, masyarakat di Desa tersebut mempunyai sebuah tradisi mengenai larangan perkawinan, yaitu tradisi larangan perkawinan Nyandung Watang. Salah satu alasan yang menjadikan tradisi perkawinan Nyandung Watang dijadikan sebagai sebuah larangan perkawinan yang sampai sekarang masih dipegang adalah adanya anggapan dari masyarakat Desa tersebut mengenai akibat-akibat buruk yang terjadi setelah melangsungkan perkawinan Nyandung Watang, seperti keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik, mempunyai penyakit yang sukar disembuhkan, terjadi percekcokan antar pasangan hingga berlanjut perceraian, dan bahkan terjadi peristiwa kematian yang berkelanjutan. Masyarakat beranggapan bahwa akibat buruk yang terjadi pada rumahtangganya adalah disebabkan karena melanggar larangan perkawinan Nyandung Watang, hal ini tidak hanya terjadi pada kedua pasangan yang melangsungkan perkawinan, tetapi juga terjadi pada keluarga dari masing-masing pihak, dan yang paling membuat masyarakat tidak berani melaksanakan perkawinan Nyandung Watang adalah akibat yang membuat salah satu keluarga dari kedua mempelai mengalami kematian yang berkelanjutan hingga anggota keluarganya habis tak

70 tersisa. Menurut salah seorang sesepuh yang ada di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan, akibat-akibat buruk yang terjadi sebagaimana yang tersebut di atas adalah bukan karena perkawinan Nyandung Watang, tetapi karena ulah mereka sendiri yang kurang bisa menghargai pasangannya dan berlaku tidak baik terhadap anak istrinya, sehingga hal buruk tersebut terjadi atas izin Allah untuk memberi peringatan agar bisa introspeksi diri dan bisa berbuat lebih baik lagi kepada keluarganya. 1 Namun demikian, sampai saat ini masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa hal-hal buruk tersebut adalah akibat dari melaksanakan perkawinan Nyandung Watang. Menelusuri permasalahan tersebut, memang terdapat bukti nyata dan pengakuan langsung dari pelaku perkawinan Nyandung Watang bahwa setelah melaksanakan perkawinan Nyandung Watang terjadi banyak hal buruk dalam rumahtangganya. Akan tetapi yang perlu ditegaskan di sini adalah benarkah semua cobaan dan masalah yang terjadi itu diakibatkan oleh perkawinan Nyandung Watang? padahal setiap apapun yang terjadi pada kehidupan manusia adalah atas seizin Allah. Musibah yang menimpa manusia adalah hak Allah untuk menurunkannya kepada siapapun yang dikehendaki-nya, bukan akibat dari sebuah tradisi yang dilanggar. Inilah yang mungkin perlu dijelaskan pada masyarakat agar mereka merubah 1 Paegi, Wawancara, Lamongan, 21 April 2014.

71 pola fikirnya mengenai hal tersebut. Dan terlebih lagi tidak semua perkawinan Nyandung Watang di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan berdampak buruk bagi pelakunya, seperti yang dituturkan oleh Ibu Muslimah bahwa sebenarnya beberapa tahun yang lalu juga pernah ada kejadian perkawinan Nyandung Watang, hanya saja perkawinan tersebut tidak berdampak buruk apapun seperti yang dipersepsikan masyarakat Desa Nguwok. Dan terakhir terjadi adalah tahun 2013 lalu yang benar-benar kejadian hal-hal buruk menimpa keluarga yang bersangkutan. 2 Sehingga pada dasarnya kepercayaan masyarakat Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan mengenai kematian, penyakit, perceraian dan juga kesulitan ekonomi yang mereka anggap sebagai akibat dari perkawinan Nyandung Watang adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam karena semua yang terjadi merupakan kehendak dan hak Allah yang tidak seorang manusia pun yang dapat mencegahnya. Selain alasan tersebut, alasan lain yang menyebabkan perkawinan Nyandung Watang dilarang adalah untuk menghormati si mayit yang meninggal dunia sebagai penghormatan terakhir dengan lebih dulu mengurus orang yang meninggal itu daripada melangsungkan perkawinan. Juga sebagai bentuk sopan santun terhadap tetangga, karena dalam suku Jawa sangat menekankan moral yang baik antar sesama. Selain itu juga penghormatan bagi leluhur untuk tidak melaksanakan perkawinan di hari 2 Muslimah, Wawancara, Lamongan, 25 Juli 2014.

72 meninggalnya, karena kata orang Jawa adalah pamali jika perkawinan yang dilakukan itu bertepatan dengan hari meninggalnya leluhur mereka. 3 Hal tersebut juga menunjukkan betapa suku Jawa sangat menjunjung tinggi nilai moral yang baik terhadap orang tuanya meskipun mereka sudah tiada. Islam juga sangat menjunjung tinggi mengenai penghormatan untuk seseorang yang telah meninggal. Dalam Islam pengurusan jenazah sangat dianjurkan untuk didahulukan. Karena itulah hukum mengurus jenazah dalam Islam adalah Fard{u Kifayah. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Tradisi Larangan Perkawinan Nyandung Watang di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan Islam telah memberikan jalan terbaik bagi setiap pasangan yang ingin menjalin hubungan yang legal dengan melaksanakan sebuah perkawinan yang sah sesuai ketentuan agama. Islam juga mengatur secara terperinci tentang ketentuan-ketentuan yang mencakup aspek perkawinan, mulai dari syarat, rukun, lamaran, akad, maupun laranganlarangan perkawinan. Pada dasarnya, praktek perkawinan maupun ketentuan-ketentuan proses perkawinan yang berlaku pada masyarakat Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan telah sesuai dengan hukum Islam, hanya saja pada masalah pelaksanaan perkawinan ada perbedaan 3 Paegi, Wawancara, 24 Juni 2014.

73 antara tradisi di Desa Nguwok dengan ketentuan yang ada pada hukum Islam. Dalam hukum perkawinan Islam, tidak dikenal adanya larangan perkawinan yang pelaksanaannya bersamaan dengan dino geblake mbahe atau dino patine mbahe, atau yang pelaksanaannya bertepatan dengan adanya salah satu warga Desa yang meninggal dunia yang dalam hal ini disebut dengan perkawinan Nyandung Watang. Sedangkan yang terjadi di Desa Nguwok perkawinan semacam ini merupakan salah satu bagian dari perkawinan yang dilarang. Oleh karena penulis tidak menemukan nash al-qur an ataupun as- Sunnah yang membahas tentang larangan perkawinan semacam ini, maka penulis akan menggunakan tinjauan al- Urf sebagai upaya penggalian hukum. Al- Urf yang merupakan salah satu sumber hukum Islam dapat digunakan sebagai salah satu upaya ijtihad untuk sebuah kasus yang belum ada kepastian hukumnya dalam Islam. Namun tidak selamanya al- urf dapat dijadikan sebagai sumber hukum meskipun terdapat sebuah kaidah dalam ushul fiqh yang berbunyi العادة ا لم يخالف النص (adat kebiasaan bisa dijadikan sebagai hukum selama tidak bertentangan dengan nash) karena untuk menjadi sebuah hukum, maka adat kebiasaan harus memenuhi beberapa kriteria dan adat kebiasaan tidak dapat digunakan sebagai hukum apabila:

74 1. Adat kebiasaan bertentangan dengan nash baik al-qur an maupun as- Sunnah 2. Adat kebiasaan tersebut menghilangkan kemanfaatan. 3. Adat kebiasaan tidak berlaku bagi kaum muslimin pada umumnya, dalam artian bukan hanya yang dilakukan oleh beberapa orang saja. 4 Dilihat dari definisi dan segala ketentuan dalam al- urf seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, kemudian penulis mengkaji larangan perkawinan Nyandung Watang yang ada dan berlaku di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan ini dengan tinjauan al- urf, apakah larangan perkawinan semacam ini termasuk dalam al- urf ass{ah}i>h ataukah sebagai al- urf al-fasi>d? Setelah dilakukan proses penelitian yang cukup serius mengenai larangan perkawinan Nyandung Watang, kemudian penulis menyimpulkan bahwa larangan perkawinan Nyandung Watang bukan merupakan al- urf as-s{ah}i>h atau tradisi yang baik yang bisa dijadikan patokan hukum, tetapi tradisi larangan perkawinan semacam ini termasuk dalam kategori al- urf al-fasi>d, konsekuesinya jika tradisi tersebut termasuk dalam al- urf al-fasi>d, maka tradisi larangan perkawinan Nyandung Watang tidak dapat dijadikan sebagai patokan hukum yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilestarikan di tengah-tengah masyarakat. Kesimpulan tersebut dimunculkan dari beberapa faktor yang berpedoman dari penjelasan di atas yang kemudian menimbulkan pemikiran bahwa 4 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Cet. II (Jakarta: Kencana, 2007), 84.

75 tradisi tersebut termasuk dalam sebuah tradisi yang tidak harus dipatuhi dan dilaksanakan. Beberapa faktor tersebut adalah tradisi larangan perkawinan Nyandung Watang secara tegas tidak memiliki dasar hukum al-qur an dan as-sunnah, dan tidak berlaku umum di kaum muslimin, karena hanya berlaku di masyarakat Jawa khususnya bagi masyarakat di Desa Nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. Selain itu dengan adanya tradisi larangan perkawinan Nyandung Watang ini dapat menghilangkan kemanfaatan sebuah perkawinan, karena yang terjadi di masyarakat jika ternyata perkawinan yang akan dilangsungkan adalah merupakan perkawinan Nyandung Watang maka perkawinan tidak boleh dilangsungkan. Berdasarkan keterangan tersebut yang perlu diketahui adalah bahwasannya ada sebuah kaidah fiqhiyyah yang mengatakan bahwa Pada dasarnya setiap sesuatu hukumnya boleh sebelum ada dalil yang jelas yang menunjukkan keharaman sesuatu tersebut. Bersandar pada kaidah tersebut, maka tradisi Nyandung Watang hukumnya boleh, karena belum ada dalil yang jelas mengenai keharamannya. Artinya, menurut Islam perkawinan yang pelaksanaannya bersamaan dengan dino geblake mbahe atau bersamaan dengan meninggalnya seseorang di daerah tempat pelaksanaan perkawinan itu diperbolehkan, karena itu bukan termasuk sebab suatu perkawinan dilarang. Larangan perkawinan dalam Islam tidak didasarkan pada sebuah tradisi yang dianut dan dipercayai oleh masyarakat. Apalagi jika tradisi

76 tersebut bertentangan dengan syari at Islam. Akan tetapi larangan perkawinan dalam Islam didasarkan pada firman Allah dalam al-qur an pada Surat an-nisa ayat 22-23. Bertolak pada aturan larangan perkawinan yang ditetapkan dalam Hukum Islam, maka larangan perkawinan yang ada di Desa nguwok Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan yang berupa larangan perkawinan Nyandung Watang tidak sesuai dengan aturan yang ada pada Hukum Islam. Tradisi tersebut hanya mempersulit umat Islam yang akan melangsungkan perkawinan dengan melarang melakukan perkawinan seperti Nyandung Watang, padahal dalam Islam hal tersebut diperbolehkan selama perkawinan tersebut memenuhi beberapa syarat dan rukun perkawinan sesuai Hukum Islam serta dilakukan oleh orang-orang yang dalam aturan Hukum Islam tidak memiliki halangan untuk melangsungkan sebuah perkawinan.