KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

dokumen-dokumen yang mirip
2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

Lampiran 1. Deskripsi Profil

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

11. TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

TATA CARA PENELITIAN

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Lahan dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari sudut pandang. (landscape) yang mencangkup pengertian lingkungan fisik termasuk tanah, iklim,

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

MATERI-1 PERSIAPAN LAHAN. (Sunarto Ismunandar + Sugeng Prijono)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Duku

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

Transkripsi:

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO Padi sebagai tanaman pokok nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan produksinya dengan berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Upaya peningkatan produksi padi di berbagai daerah umumnya difokuskan pada area atau lahan dengan fasilitas irigasi yaitu padi sawah dimana ketersediaan air selalu tersedia sepanjang musim. Namun demikian, tingkat produksinya masih belum memenuhi kebutuhan nasional dan bahkan terjadi kekurangan akibat serangan hama dan penyakit, kekeringan, dan bencana alam seperti banjir. Prioritas petani untuk bertanam padi, pertama akan memilih lahan sawah irigasi, prioritas kedua adalah lahan sawah tadah hujan (gogo rancah) dan berikutnya baru lahan kering untuk pertanaman padi gogo, prioritas tersebut berdasarkan pada kemudahan cara budidaya, ketersediaan air dan tingkat produksi yang akan dicapai. Bila petani selain memiliki lahan kering juga memiliki lahan sawah, maka lahan keringnya lebih banyak ditanami palawija yang bisa dijual cepat untuk memperoleh uang tunai guna keperluan rumah tangganya. sedangkan untuk kepentingan pengadaan beras, petani lebih mengandalkan pertanaman padi sawahnya. bagi petani yang tidak memiliki lahan sawah atau lahan sawahnya terbatas, maka pada lahan kering yang dimilikinya akan diusahakan padi gogo. dengan kata lain, pertanaman padi gogo lebih diarahkan untuk memenuhi kepentingan konsumsi rumah tangga petani. Untuk mengantisipasi kondisi di atas maka pengembangan produksi padi gogo perlu mendapatkan perhatian serius. Rata-rata produktivitas padi gogo 2,56 ton ha- 1, jauh di bawah produktivitas padi sawah 4,57 ton ha- 1. Luas total daratan Indonesia 188,2 juta ha

dan 148 juta ha diantaranya merupakan lahan kering (Mulyani, 2006). Potensi lahan kering di banyak daerah belum dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya. Sampai saat ini, kontribusi produksi padi gogo baru mencapai 5-6% (Puslitbangtan, 2008). Potensi lahan ini dapat dimaksimalkan apabila kita mengetahui karakteristik dari lahan tersebut. Karakteristik lahan menurut Arsyad (2007) adalah atribut atau keadaan unsur -unsur lahan yang dapat diukur/diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarnya, seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia, dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap ketersediaan air, mudah tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena kecuali dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, juga karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Persyaratan penggunaan lahan dalam pengertian kualitas lahan meliputi persyaratan tumbuh tanaman, persyaratan pengelolaan dan konservasi lahan. Setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Pemilihan kualitas dan karakteristik lahan yang dibutuhkan untuk evaluasi kesesuaian lahan sangat ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan data dan kualitas data yang

dihasilkan dari penelitian. FAO (1983) secara umum telah menginventarisasi sejumlah 25 kualitas lahan beserta karakteristik lahannya. Sedangkan dalam referensi kriteria kesesuaian lahan yang lain seperti pada Djaenudin et al. (2003), baru sebagian kualitas lahan saja dari yang dikemukakan pada FAO (1983). Namun demikian untuk keperluan evaluasi lahan yang lebih spesifik lokasinya perlu dipilih kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan tujuan evaluasi dan ketersediaan data di suatu wilayah. Dalam Djaenudin et al. (2003) telah disusun kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian berdasarkan kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan kondisi lahan di Indonesia. Seluruh jenis komoditas pertanian tanaman pangan memerlukan persyaratan-persyaratan Lahan tertentu agar dapat tumbuh atau hidup dan/atau berproduksi optimal. Karakteristik Lahan untuk masing-masing komoditas pertanian tanaman pangan dapat digolongkan berdasarkan persyaratan jenis pengairannya, yaitu: 1. lahan beririgasi; 2. lahan tidak beririgasi; dan 3. lahan rawa pasang surut/lebak. Ketiga Karakteristik Lahan ini pada umumnya berbeda tetapi ada sebagian yang sama sesuai dengan jenis komoditas tanaman pangan tersebut. Persyaratan umum, paling sedikit meliputi: energi radiasi, temperatur, kelembaban, oksigen, dan unsur hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan, dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan. Persyaratan lain berupa media perakaran, ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif. Beberapa tanaman memerlukan drainase terhambat seperti padi sawah, dan tanaman lainnya menghendaki drainase yang baik. Pada kondisi drainase baik aerasi tanah cukup baik, sehingga oksigen cukup tersedia dalam tanah,

dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dengan baik, dan mampu menyerap unsur hara secara optimal. Persyaratan tumbuh, persyaratan Penggunaan Lahan dan persyaratan konservasi yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan maksimum untuk masing-masing Karakteristik Lahan. Kisaran tersebut dapat dilihat pada Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk masing-masing komoditas tanaman pangan. Kualitas Lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau Penggunaan Lahan merupakan batasan bagi kelas Kesesuaian Lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan Kualitas Lahan yang di bawah optimum merupakan batasan kelas Kesesuaian Lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2), dan/atau sesuai marginal (S3). Di luar batasan tersebut merupakan Lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N). Karakteristik Lahan yang Mempengaruhi Pertumbuhan padi gogo Ada tiga faktor karakteristik lahan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi gogo yaitu : iklim, tanah dan topografi. Ketiganya merupakan faktor penting, masingmasing saling berkaitan dalam mempengaruhi fungsi fisiologis dan morfologi tanaman padi gogo. Kondisi iklim Pertanaman padi gogo membutuhkan curah hujan > 200 mm minimal 4 bulan secara berurutan, sedangkan untuk pertanaman padi sawah non irigasi memerlukan curah hujan > 200 mm/bulan sekitar 5 bulan. Secara umum untuk pertumbuhan tanaman pangan memerlukan curah hujan > 100 mm/bulan, minimal untuk memenuhi keperluan

evapotrnaspirasi. Lamanya curah hujan di atas 100 mm/bulan secara berurutan disebut lalmanya periode tanam (oldeman, 1975). Lamanya periode tanam (100 mm < CH > 200 mm) lebih 10 bulan di kawasan Indonesia mencapai lebih dari 75% dari luas wilayah Indonesia. dengan memperhitungkan kebutuhan pokok curah hujan minimal untuk keperluan evapotranspirasi, di daerah dengan tipe curah hujan demikian dapat diusahakna 2 sampai 3 kali pertanaman per tahun. sedangkan pada daerah yang mempunyai bulan basah > 10 bulan berpotensi untuk melakukan 2 kali pertanaman padi gogo per tahun. Berkaitan dengan sebaran pola curah hujan pertanaman padi gogo sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada awal bulan basah sehingga dapat dipanen pada bulan-bulan kering. Bulan basah adalah bulan dimana curah hujan < 100 mm/bulan (oldeman, 1975). Oleh karena itu prediksi curah hujan sangat diperlukan untuk menentukan pola tanam, dan waktu tanam yang tepat, sehingga jika semua ini dapat dilakukan dengan baik kemungkinan gagal pada pertanaman padi gogo bisa diminimalkan. Tanah Faktor bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah yang paling dominan pengaruhnya terhadap sifat dan ciri tanah yang terbentuk serta potensinya untuk pertanian (Buol et al. 1980). Keanekaragaman bahan induk tanah memberikan keanekaragaman sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Sifat induk dari bahan volkanik dan batuan sedimen dapat dibedakan berdasarkan komposisi dan cadangan mineralnya. Secara umum, batuan volkanik mengandung banyak feldspar dan sedikit kuarsa, sedangkan batuan sedimen tersusun dari banyak mineral kuarsa keruh dan sangat sedikit feldspar. Pengaruh bahan induk tanah terhadap sifat-sifat tanah lebih

terlihat jelas pada tanah-tanah di daerah kering atau tanah-tanah muda, sedangkan pada tanah lebih basah atau tanah-tanah tua, hubungan bahan induk dengan sifat-sifat tanahnya menjadi kurang jelas (Hardjowigeno, 1993). Tingkat perkembangan tanah digambarkan oleh diferensiasi horison, tingkat pelapukan batuan induk dan muatan koloid tanah serta umur pembentukan tanah. Pada tingkat perkembangan tanah lanjut, pelapukan bahan induk mencapai tingkat akhir, dicirikan oleh differensiasi horison yang jelas, solum yang dalam, kandungan liat tinggi, cadangan mineral sangat rendah dan hanya mineral resisten yang tertinggal, KTK liat sangat rendah, kandungan besi dan aluminium bebas meningkat tinggi, susunan mineral liat didominasi oleh kaolinit, goethit, disertai dengan meningkatnya muatan tergantung ph. Semakin lanjut tingkat perkembangan tanah cenderung menurunkan kualitas lahan dan tingkat kesesuaiannya untuk pertanian. Tanah yang terlapuk lanjut memiliki daya dukung yang lebih rendah bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sys (1978) melaporkan pengaruh tingkat pelapukan bahan induk tanah terhadap penurunan kualitas lahan yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi pada beberapa tanaman di daerah tropika. Topograf Lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk pertanaman padi gogo adalah lahan dengan kemiringan kurang dari 15%. Lahan tersebut umumnya memiliki topografi bergelombang sampai berbukit. Oleh karena itu diperlukan tindakan konservasi tanah dan air untuk menghindari kerusakan lahan. Tindakan konservasi lahan yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras bangku atau teras gulud, budidaya lorong serta penerapan pola tanam yang dapat menutup tanah

sepanjang tahun. Selain itu, padi gogo dapat dikembangkan di daerah datar/bantaran sungai, Kawasan perbukitan daerah alisan sungai (DAS) dan kawasan perkebunan dan HTI muda. Areal datar yang terletak di bantaran sungai merupakan lahan kering yang dapat ditanami padi gogo. Areal ini biasanya lebih subur dibandingkan dengan lahan kering pada lokasi lainnya. Disisi lain, jika lahan ini mengalami kekeringan maka dapat dilakukan penyedotan air dari sungai. Gambar 1. Daerah pertanaman padi gogo di bantaran daerah aliran sungai batanghari Pemanfaatan kawasan perbukitan daerah aliran sungai untuk penanaman padi gogo perlu didahului oleh tindakan konservasi tanah yang memadai untuk menghindari terjadinya erosi dan kerusakan lahan. Pada lahan dengan solum yang dalam dibuat teras bangku. Pembuatan teras bangku dimulai dengan pembutan teras kridit. Teras kridit yang dikelola dengan baik akan membentuk teras bangku dengan sendirinya. Pada lahan dengan solum yang dangkal dikelola dengan sistem budidaya lorong (Alley cropping). Budidaya lorong dibuat dengan menggunakan tanaman pagar yang dapat dipangkas secara priodik/kontinyu. Hasil pangkasan dijadikan mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Disisi lain, hasil pangkasan yang lapuk akan menambah kandungan bahan organik tanah. Pemanfaatan lain hasil pangkasan adalah dapat dijadikan pakan ternak dan kotoran

ternak tersebut dimanfaatan sebagai pupuk ke lahan organik. Lahan di sela-sela tanaman perkebunan atau HTI muda dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo. Tumpangsari padi gogo dengan tanaman perkebunan atau HTI dapat menjaga kelestarian hutan dan menjamin penutupan tanah. Tumpangsari ini dapat dilakukan ketika kanopi belum menutup seluruh areal. Tumpangsari padi gogo dengan karet muda dapat diusahakan sampai tahun ketiga, sedangkan dengan kelapa sawit sampai tahun keempat. Menurut Ritung et al. (2007) topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (> 700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. TEKNIK BUDIDAYA PADI GOGO Pengolahan tanah Pengolahan tanah dilakukan pada musim kering sebelum musim hujan datang (hujan turun) atau segera setelah panenan tanaman sebelumnya. Teknik pengolahan tanah yang dilakukan sebagai berikut:

a. Tanah dibajak / dicangkul dua kali atau lebih untuk penggemburan dan pembuangan tanah. Pengolahan tanah pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama. Pengolahan tanah kedua saat menjelang tanam. Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman tanah minimal 25 cm. Pada tanah berat (tanah padat dan keras), dilakukan pengolahan pendahuluan dengan linggis atau garpu. Tanah bagian bawah sedapat mungkin terangkat dan dibalik ke bagian atas. b. Pemberian pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang atau kompos) dilakukan pada waktu membajak/mencangkul yang kedua. Pupuk organik yang diberikan adalah 5 ton/ha. c. Setelah dibajak, tanah dihaluskan dengan garpu atau cangkul d. Penggenangan air di hindari dengan pembuatan petakan berukuran 10 x 5 meter atau dengan membuat bagian tengah tegalan lebih tinggi dari pinggir tegalan. e. Tanah dibiarkan dan menunggu awal pemulaan hujan untuk menanam benih.

Penggunaan varietas unggul Varietas adalah sekelompok individu yang memiliki ciri morfologis atau penampakan sama yang dapat dibedakan dengan kelompok lainnya yang masih berada dalam satu spesies. Penggunaan varietas unggul akan mempengaruhi produktivitas yang diperoleh. Varietas unggul memiliki kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai potensi hasil yang tinggi b. Tahan terhadap cekaman lingkungan biotik, misalnya hama dan penyakit c. Toleran terhadap cekaman lingkungan abiotik, misalnya jenis tanah dan kekeringan. d. Umur genjah / pendek. e. Tanggap terhadap input pertanian, misalnya pemupukan. f. Kualitas dan kuantitas hasil tinggi sehingga cita rasa disenangi dan memiliki harga tinggi. Penanaman Penanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu setelah hujan turun 2 hingga 3 kali. Penanaman sebaiknya tidak dilakukan pada periode hujan yang terus menerus untuk menghidari benih terbawa air hujan atau terdorong masuk lebih dalam ke tanah. Selain itu, hujan yang terus menerus kurang baik bagi perkembangan tanaman muda karena menyebabkan gangguan hama dan penyakit. Penanaman padi gogo dapat dilakukan ketika curah hujan sudah stabil atau mencapai sekitar 60mm/dekade (10 hari). Pertanda lain yang dapat dijadikan patokan awal tanam padi gogo adalah 1) sudah ada binatang laron/siraru yang berterbangan; 2) pohon bambu sudah bertunas; 3) tanaman gadung sudah berbunga pada sulurnya.

Cara penanaman padi gogo adalah dengan cara tugal. Tugal, yaitu dengan membuat lubang dengan jarak tertentu dengan tugal dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam padi gogo adalah 25 x 25 cm. Setiap lubang tanam diisi 3-5 butir per lubang dan ditutup dengan tanah. Cara lain yang dapat digunakan untuk penanaman padi gogo adalah dengan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo dengan jarak (30 x 20 x10) cm, 4-5 butir/lubang. Pembuatan alur menggunakan alat semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30 cm dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ini adalah larikan dengan jarak 20 dan 30 cm dengan kedalam 4-5 cm. Selanjutnya, benih di tanam dalam larikan dengan jarak 10 cm antar titik sebanyak 4-5 butir/titik. Pada lahan tidak datar atau sedikit berlereng, pengaturan barisan tanam dibuat memotong lereng Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan dosis Total 300 kg NPK (Ponska) di tambah 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk dilakukan sebagai berikut. a. Pemupukan I pada 10 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha. b. Pemupukan II pada 20 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha. c. Pemupukan III pada 35 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ha. d. Pemupukan pada saat primordia bunga dengan dosis 100 kg Urea/ ha.

Waktu pemberian pupuk juga disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanah (dipupuk saat tanah lembab). Pemupukan dilakukan secara tugal, yaitu dengan cara membuat lubang diantara tanaman dan diberi pupuk. Setelah itu lubang ditutup dengan tanah. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan bila terdapat benih yang tidak tumbuh atau tidak normal. Penyulaman dilakukan pada umur 1 sampai 2 minggu. Penyiangan dimaksudkan untuk memberantas gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Penyiangan dilakukan pada waktu sebelum pemupukan tanaman atau sesuai kebutuhan. Bumbun (dangir) disekitar tanaman dilakukan setelah penyiangan untuk mempermudah pembuangan air. Tanah diantara tanaman dicangkul agar renggang dan gembur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika serangan melampaui ambang batas ekonomi. Panen dan pascapanen Panen dapat dilakukan jika padi telah masak fisiologis atau lebih dari 95% gabah telah menguning. Umur panen padi gogo berkisar antara 110 sampai 120 hari. Panen dilakukan dengan cara sistem babat bawah dan digebot seperti padi sawah atau dipanen menggunakan alat ani-ani atau ketam.

Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Gogo (Oryza sativa). Persyaratan penggunaan/ Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur rata-rata ( C) Ketersediaan air (wa) Zone agroklimat (Oldeman) Kelas Kesesuaian Lahan *) S1 S2 S3 N 24-29 22-24 29-32 C2,C3,D2,D 3 A2,B2,B3 18 22 32-35 A1,B1,C1,D 1, E1,D4,E2,E3 Kelembaban (%) 33-90 30-33 < 30 Media perakaran (rc) Kriteria Drainase Kelas Tekstur baik, sedang halus, agak halus, sedang agak cepat, agak terhambat halus, agak halus, sedang > 90 terhambat, sangat terhambat agak kasar < 18 > 35 E4 - cepat kasar Bahan kasar (%) < 15 15-35 35 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) > 50 40-50 25 40 < 25 Gambut: Ketebalan (cm) - - - - Kematangan - - - - Retensi hara (nr) KTK tanah cmol/kg) > 16 5-16 < 5 - Kejenuhan basa (%) > 35 20-35 < 20 - ph H2O 5,5 7,5 5,0-5,5 7,5-7,9 < 5,0 > 7,9 C-organik (%) > 1,2 0,8-1,2 < 0,8 - -

Persyaratan penggunaan/ Kelas Kesesuaian Lahan *) Karakteristik Lahan S1 S2 S3 N Hara Tersedia (na) N total (%) sedang Rendah Sangat - rendah P2O5 (mg/100 g) tinggi Sedang Rendah - - sangat rendah K2O (mg/100 g) sedang Rendah Sangat rendah - Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < 2 2-4 4-6 > 6 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) < 20 20-30 30 40 > 40 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) - - - - Bahaya erosi (eh) Lereng (%) < 3 3-8 8-15 > 15 Bahaya erosi - sangat ringan ringan -sedang beratsangat berat Bahaya banjir /genangan pada masa tanam (fh) - Tinggi (cm) - - - - - Lama (hari) - - - - Penyiapan Lahan (lp) Batuan di permukaan < 5 5-15 15 40 > 40 (%) Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15 25 > 25 Sumber : Permentan No 79 tahun 2013 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan pada Komoditas Tanaman Pangan. *) S1: sangat sesuai; S2: cukup sesuai; S3: sesuai marginal; N: tidak sesuai; (-) tidak diperhitungkan.