BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2004 (Dieren et al., 2010). DM merupakan kelompok penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat


BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2015) Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik akibat kerusakan pankreas yang banyak menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan mencapai 9%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi DM mengalami peningkatan yaitu dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,4% pada tahun 2013. Prevalensi DM yang telah terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di D.I. Yogyakarta (2,6%), diikuti DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi DM yang telah terdiagnosis dokter mengalami peningkatan sesuai dengan bertambahnya usia, yaitu prevalensi tertinggi berada pada rentang usia 55-64 tahun (4,8%), sementara pada usia 65-74 tahun (4,2%). Namun, hal tersebut cenderung menurun ketika mencapai usia 75 tahun. International Diabetes Federation (IDF, 2014) melaporkan bahwa kejadian penyakit DM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 penderita DM berjumlah 387 jutaorang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 692juta pada tahun 2035. WHO (2015) melaporkan bahwa pada tahun 2012, 1,5 juta orang meninggal akibat DM dan diperkirakan DM akan menjadi tujuh penyebab kematian terbesar di dunia pada tahun 2030. Peningkatan penyakit DM terutama terjadi di negara berkembang yaitu dari 51 juta orang pada 1995 menjadi 72 juta orang pada 2025 (42%) (Dinkes DIY, 2012). Asia Tenggara, dimana sebagian besar negaranya merupakan negara 1

2 berkembang diperkirakan 15% sampai 20% penduduknya akan menderita DM pada tahun 2025 (WHO, 2014). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dan kini telah menduduki ranking keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India (Depkes RI, 2008). Indonesia merupakan negara berstruktur tua. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase penduduk lansia pada tahun 2008, 2009 dan 2012 yang telah mencapai di atas 7% dari total keseluruhan penduduk (Kemenkes RI, 2013). Dari tahun ke tahun jumlah lansia selalu mengalami peningkatan. Jumlah lansia pada tahun 2010 sebanyak 9,77% dan diperkirakan akan mencapai 28,68% pada tahun 2050 (United Nations, 2010). Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes DIY, 2013) jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59 tahun) sejumlah 53.146 jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) sebanyak 55.967 jiwa, dari total keseluruhan penduduk 1.090.567 jiwa.meningkatnya jumlah lansia ini menjadi indikasi tingginya Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) AHH di Indonesia mengalami peningkatan selama tahun 2008-2012. Pada tahun 2012 nilai AHH Indonesia mencapai 69,87 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 69,65 tahun.hal tersebutmembawa konsekuensi berupa meningkatnya penyakit-penyakit degeneratif pada lansia.cheetril & Chapman (2009) menyatakan bahwa penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang banyak diderita lansia.seiring meningkatnya usia seseorang, lansia diduga memiliki beberapa penyakit non komunikabel, termasuk DM.

3 Kabupaten Sleman, merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)yang memiliki rata-rata AHH penduduk tertinggi di Indonesia yaitu mencapai 75,1 tahun sementara AHH di tingkatdiy hanya mencapai 73,2 tahun.hal ini berdampak pada pergeseran pola penyakit degeneratif, termasuk penyakit DM (BPS,2010). Berdasarkan hasil penjaringan di beberapa posyandu lansia di DIY, didapatkan hasil bahwa presentase penyakit tertinggi pada lansia yaitu hipertensi sebanyak 39,65%, diikuti DM 5,29% (Dinkes Sleman, 2013). American Diabetes Association (ADA, 2015) menyampaikan bahwa lansiaakan mengalami kemunduranbaik fungsi fisik maupun psikologis seiring bertambahnya usia. Menurut Hajjar (2010) pasien dengan kemunduran kognisi dapat mengalami kesulitan dalam mengontrol dan memanajemen penyakityang tengah diderita. Sahrtl et al., (2014) juga menyatakan bahwa kemunduran kognisi pada lansia DM menyebabkan kontrol penyakit menjadi semakin buruk, sehingga lansia DM membutuhkan manajemen diri yang tepat dan berkelanjutan untuk meminimalisir munculnya komplikasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan & Putro (2012) bahwa sebanyak 23 responden (52,3%) memiliki pengetahuan kurang dalam manajemen diet DM sementara sebanyak 9 orang (20,5%) memiliki pengetahuan cukup dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 27%. Sementara, pengetahuan merupakan domain penting yang harus dimiliki lansia dengan DM (Nuryani, 2012).Pengetahuan akanmemengaruhi perilaku seseorang dalam memanajemen penyakit DM (Ridwan & Putro, 2012).

4 Di Indonesia, respon atau perilaku individu terhadap sakit sering mengalami keterlambatan penanganan. Mereka tidak segera mencari pertolongan ke petugas kesehatan dan tetapberaktivitas sehingga ketika datang di pelayanan kesehatan keadaannya sudah semakin parah (Noorkasiani, 2009). Sementara, DM merupakan penyakit yang tidak menunjukkan gejala khas dan mudah dikenali. Lebih dari 50% penderita tidak menyadari bahwa mereka telah menderitadm. Akibatnya, penderita baru berkonsultasi ke dokter setelah terasa ada perubahan pada kondisi tubuh, seperti berat badan menurun drastis, sering buang air kecil di malam hari, dan rasa haus yang tidak tertahankan (Tobing, 2008). Penyakit DM pada lansia dapat meningkatkan risiko berupa berkembangnya komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Hal tersebut berkaitan dengan penurunan harapan hidup dan berkurangnya kualitas hidup pada lansia (Pascual et al., 2011). Birren et al., (2014) menyatakan bahwa kualitas hidup merupakan dampak dari adanya suatu penyakit dan ketidakmampuan dalam menjalankan fungsinya sehari-hari. Sejauh ini belum banyak penelitian mengenai hubungan pengetahuan, health seeking behavior (perilaku mencari pelayanan kesehatan) dan kualitas hidup di wilayah DIY. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan health seeking behavior dengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman, DIY.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas muncul masalah penelitian, yaitu Bagaimana hubungan pengetahuan danhealth seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman, DIY? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Tujuan umumpenelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan danhealth seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman, DIY. 2. Tujuan khusus: a. Mengetahui gambaranpengetahuan lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. b. Mengetahui gambaran health seeking behavior lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. c. Mengetahui gambaran kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. d. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. e. Mengetahui hubungan health seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. f. Mengetahui hubungan pengetahuan denganhealth seeking behaviorlansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis: a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan komunitas yaitu untuk lebih memahami bagaimana hubungan pengetahuan denganhealth seeking behaviordengankualitas hidup lansia penderita DM. b. Penelitian ini dapat menambah khasanah kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM sebagai sumber referensi yang relevan dalam menunjang pembelajaran di Fakultas Kedokteran UGM. 2. Manfaat praktis: a. Bagi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan pengetahuan denganhealth seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM. b. Bagi lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan informasi perawat terkait kualitas hidup lansia DM sehingga perawat dapat memberikan pendidikan kesehatanyang tepat pada lansia di lini tertentu, seperti di puskesmas. c. Bagi institusi pendidikan keperawatan Dapat memberikan masukan maupunevaluasi kurikulum terkait materi perkuliahan tentang aspek pengetahuan dan health seeking behavior dalam upaya peningkatan kualitas hidup lansia penderita DM.

7 d. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti lainuntuk mengembangkan penelitian terkait peningkatan kualitas hiduplansia penderitadm. E. Keaslian Penelitian Sejauh yang peneliti ketahui belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan health seeking behavior dengan kualitas hidup pada lansia penderita DM. Beberapa penelitian terkait antara lain: 1. Penelitian oleh Eva Turket al.,(2012) yang berjudul General knowledge about diabetes in the elderly diabetic population in Slovenia.Penelitian ini menggunakan rancangancross-sectional.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi level pengetahuan dan persepsi DM tipe 2 pada populasi lansia di Slovenia. Hasil dari penelitian ini adalah level pengetahuan merupakan faktor terpenting yang dapat memengaruhi lansia dalam memanajemen penyakit DM yang diderita. Persamaan dengan penelitian ini adalahsama-sama menggunakan responden lansia yang menderita DM tipe 2. Perbedaannya adalah responden yang digunakan dalam penelitian ini berupa lansia penderita DM tipe 2 yang tinggal di panti werda. Selain itu jika penelitian ini hanya untuk mengevaluasi level pengetahuan dan persepsi DM tipe 2 pada populasi lansia, sementara penelitian yang saya ajukan adalah untuk mengetahui hubungan

8 pengetahuan dan health seeking behavior terhadap kualitas hidup lansia penderita DM. 2. Penelitian oleh MR Cheetri dan RS Chapman (2009) yang berjudul Prevalence and determinants of diabetes among the elderly population in the Kathmandu Valley of Nepal. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi DM dan mengidentifikasi faktor penentu DM pada lansia.hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengetahuan merupakan salah satu hal yang memiliki pengaruh kuat dalam penatalaksanaan DM pada lansia. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama menggunakan responden lansia berusia 60 tahun. Perbedaannya adalah penelitian ini hanya berfokus pada prevalensi dan faktor penentu DM, sementara penelitian yang akansaya ajukan meneliti tentang hubungan pengetahuan dan health seeking behavior dikaitkan dengan kualitas hidup lansia penderita DM. 3. Penelitian oleh Carlos Rodriguez Pascual et al., (2011) yang berjudul Quality of life, characteristics and metabolic control in diabetic geriatric patients. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif crosssectional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan kontrol metabolik yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia DM tipe 2. Hasil dari penelitian ini adalah pasien lansia dengan DM tipe 2 yang tengah menjalani pengobatan rawat jalan memiliki beban yang berat dan kontrol level metabolik yang kurang mencukupi berhubungan dengan usia dan keadaan fungsionalnya. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama

9 menggunakan responden lansia berusia 60 tahun. Perbedaannya adalah jika pada penelitian ini menggunakan sebanyak 1633 responden yang berasal dari tiga kabupaten di Kathmandu. Selain itu, pada penelitian ini dijelaskan karakteristik dan kontrol metabolik dapat memengaruhi kualitas hidup penderita DM, sementara pada penelitian yang akan saya ajukan yang akan berpengaruh pada kualitas hidup lansia DM adalah pengetahuan dan health seeking behavior. 4. Penelitian oleh Nyanzi, Ronald etal., (2014) yang berjudul Diabetes and Quality of Life: A Ugand Perspective. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup lansia DM di perkotaan. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas hidup lansia penderita DM di perkotaan dipengaruhi beberapa faktor, seperti usia, tingkat pendidikan dan status adanya diabetic foot ulcers.persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas hal-hal yang memengaruhi kualitas hidup penderita DM. Perbedaannya adalah pada penelitian ini hanya mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup penderita DM. Selain itu,responden yang digunakan adalah penderita DM yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan dan belum difokuskan pada lansia. Sementara penelitian yang akan saya lakukan menggunakan responden lansia berusia 60 tahun dan bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan health seeking behavior terhadap kualitas hidup lansia penderita DM.

10 5. Penelitian oleh Laiteeraponget al., (2011)yang berjudul Correlates of Quality of Life in Older Adults with Diabetes.Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kualitas hidup dengan sindrom geriatrik, komplikasi DM, dan hipoglikemia pada lansia dengan DM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya sindrom geriatrik membuat kualitas fisik penderita DM juga mengalami penurunan. Kondisi fisik yang paling rendah pada penderita DM adalah terjadinya amputasi, diikuti jatuh dan nyeri kronik, sedangkan kondisi mentalnya akan mengarah pada depresi. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama sama menggunakan responden lansia >60 tahun. Perbedaannya pada tujuan penelitian dan metode yang digunakan. 6. Penelitian oleh Pebrita Heriani, Fathra Annis Nauli, Rismadefi Woferst (2013) yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus terhadap Mekanisme Koping Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Teluk Kuantan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang DM terhadap mekanisme koping pada pasien DM tipe 2. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit DM terhadap mekanisme koping pasien DM tipe 2. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang penyakit DM maka semakin adaptif pula mekanisme koping yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

11 pengetahuan seseorang tentang penyakit DM maka semakin maladaptif pula mekanisme koping yang digunakan. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang hubungan pengetahuan terhadap kualitas hidup penderita DM. Perbedaanya adalah pada penelitian ini responden yang digunakan berjumlah 30 responden yang berasal dari berbagai macam kelompok usia (belum spesifik pada lansia), sementara penelitian yang saya ajukan menggunakan 250 responden lansia berusia 60 tahun. Selain itu penelitian saya akan meneliti tentang hubungan pengetahuan dan health seeking behavior terhadap kualitas hidup lansia penderita DM. 7. Penelitian oleh Masfufah, Veni Hadju, Nurhaedar Jafar (2012) yang berjudul Pengetahuan, Kadar Glukosa Darah dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, kadar glukosa darah dan kualitas hidup pada penderita DM tipe 2 rawat jalan di wilayah kerja puskesmas Kota Makassar. Desain penelitian menggunakan metode survei analitik dengan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan exhaustive sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kadar glukosa darah pada penderita DM dengan nilai p=1,000. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara kadar glukosa darah dengan kualitas hidup penderita DM dengan nilai p=1,167 pada penderita DM tipe 2 rawat jalan di wilayah kerja puskesmas Kota Makassar.