BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2015) Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik akibat kerusakan pankreas yang banyak menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan mencapai 9%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi DM mengalami peningkatan yaitu dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,4% pada tahun 2013. Prevalensi DM yang telah terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di D.I. Yogyakarta (2,6%), diikuti DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi DM yang telah terdiagnosis dokter mengalami peningkatan sesuai dengan bertambahnya usia, yaitu prevalensi tertinggi berada pada rentang usia 55-64 tahun (4,8%), sementara pada usia 65-74 tahun (4,2%). Namun, hal tersebut cenderung menurun ketika mencapai usia 75 tahun. International Diabetes Federation (IDF, 2014) melaporkan bahwa kejadian penyakit DM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 penderita DM berjumlah 387 jutaorang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 692juta pada tahun 2035. WHO (2015) melaporkan bahwa pada tahun 2012, 1,5 juta orang meninggal akibat DM dan diperkirakan DM akan menjadi tujuh penyebab kematian terbesar di dunia pada tahun 2030. Peningkatan penyakit DM terutama terjadi di negara berkembang yaitu dari 51 juta orang pada 1995 menjadi 72 juta orang pada 2025 (42%) (Dinkes DIY, 2012). Asia Tenggara, dimana sebagian besar negaranya merupakan negara 1
2 berkembang diperkirakan 15% sampai 20% penduduknya akan menderita DM pada tahun 2025 (WHO, 2014). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dan kini telah menduduki ranking keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India (Depkes RI, 2008). Indonesia merupakan negara berstruktur tua. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase penduduk lansia pada tahun 2008, 2009 dan 2012 yang telah mencapai di atas 7% dari total keseluruhan penduduk (Kemenkes RI, 2013). Dari tahun ke tahun jumlah lansia selalu mengalami peningkatan. Jumlah lansia pada tahun 2010 sebanyak 9,77% dan diperkirakan akan mencapai 28,68% pada tahun 2050 (United Nations, 2010). Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes DIY, 2013) jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59 tahun) sejumlah 53.146 jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) sebanyak 55.967 jiwa, dari total keseluruhan penduduk 1.090.567 jiwa.meningkatnya jumlah lansia ini menjadi indikasi tingginya Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2013) AHH di Indonesia mengalami peningkatan selama tahun 2008-2012. Pada tahun 2012 nilai AHH Indonesia mencapai 69,87 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 69,65 tahun.hal tersebutmembawa konsekuensi berupa meningkatnya penyakit-penyakit degeneratif pada lansia.cheetril & Chapman (2009) menyatakan bahwa penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang banyak diderita lansia.seiring meningkatnya usia seseorang, lansia diduga memiliki beberapa penyakit non komunikabel, termasuk DM.
3 Kabupaten Sleman, merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)yang memiliki rata-rata AHH penduduk tertinggi di Indonesia yaitu mencapai 75,1 tahun sementara AHH di tingkatdiy hanya mencapai 73,2 tahun.hal ini berdampak pada pergeseran pola penyakit degeneratif, termasuk penyakit DM (BPS,2010). Berdasarkan hasil penjaringan di beberapa posyandu lansia di DIY, didapatkan hasil bahwa presentase penyakit tertinggi pada lansia yaitu hipertensi sebanyak 39,65%, diikuti DM 5,29% (Dinkes Sleman, 2013). American Diabetes Association (ADA, 2015) menyampaikan bahwa lansiaakan mengalami kemunduranbaik fungsi fisik maupun psikologis seiring bertambahnya usia. Menurut Hajjar (2010) pasien dengan kemunduran kognisi dapat mengalami kesulitan dalam mengontrol dan memanajemen penyakityang tengah diderita. Sahrtl et al., (2014) juga menyatakan bahwa kemunduran kognisi pada lansia DM menyebabkan kontrol penyakit menjadi semakin buruk, sehingga lansia DM membutuhkan manajemen diri yang tepat dan berkelanjutan untuk meminimalisir munculnya komplikasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan & Putro (2012) bahwa sebanyak 23 responden (52,3%) memiliki pengetahuan kurang dalam manajemen diet DM sementara sebanyak 9 orang (20,5%) memiliki pengetahuan cukup dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 27%. Sementara, pengetahuan merupakan domain penting yang harus dimiliki lansia dengan DM (Nuryani, 2012).Pengetahuan akanmemengaruhi perilaku seseorang dalam memanajemen penyakit DM (Ridwan & Putro, 2012).
4 Di Indonesia, respon atau perilaku individu terhadap sakit sering mengalami keterlambatan penanganan. Mereka tidak segera mencari pertolongan ke petugas kesehatan dan tetapberaktivitas sehingga ketika datang di pelayanan kesehatan keadaannya sudah semakin parah (Noorkasiani, 2009). Sementara, DM merupakan penyakit yang tidak menunjukkan gejala khas dan mudah dikenali. Lebih dari 50% penderita tidak menyadari bahwa mereka telah menderitadm. Akibatnya, penderita baru berkonsultasi ke dokter setelah terasa ada perubahan pada kondisi tubuh, seperti berat badan menurun drastis, sering buang air kecil di malam hari, dan rasa haus yang tidak tertahankan (Tobing, 2008). Penyakit DM pada lansia dapat meningkatkan risiko berupa berkembangnya komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Hal tersebut berkaitan dengan penurunan harapan hidup dan berkurangnya kualitas hidup pada lansia (Pascual et al., 2011). Birren et al., (2014) menyatakan bahwa kualitas hidup merupakan dampak dari adanya suatu penyakit dan ketidakmampuan dalam menjalankan fungsinya sehari-hari. Sejauh ini belum banyak penelitian mengenai hubungan pengetahuan, health seeking behavior (perilaku mencari pelayanan kesehatan) dan kualitas hidup di wilayah DIY. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan health seeking behavior dengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman, DIY.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas muncul masalah penelitian, yaitu Bagaimana hubungan pengetahuan danhealth seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman, DIY? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Tujuan umumpenelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan danhealth seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman, DIY. 2. Tujuan khusus: a. Mengetahui gambaranpengetahuan lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. b. Mengetahui gambaran health seeking behavior lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. c. Mengetahui gambaran kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. d. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. e. Mengetahui hubungan health seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY. f. Mengetahui hubungan pengetahuan denganhealth seeking behaviorlansia penderita DM di Kabupaten Sleman,DIY.
6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis: a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan komunitas yaitu untuk lebih memahami bagaimana hubungan pengetahuan denganhealth seeking behaviordengankualitas hidup lansia penderita DM. b. Penelitian ini dapat menambah khasanah kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Kedokteran UGM sebagai sumber referensi yang relevan dalam menunjang pembelajaran di Fakultas Kedokteran UGM. 2. Manfaat praktis: a. Bagi mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan pengetahuan denganhealth seeking behaviordengan kualitas hidup lansia penderita DM. b. Bagi lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan informasi perawat terkait kualitas hidup lansia DM sehingga perawat dapat memberikan pendidikan kesehatanyang tepat pada lansia di lini tertentu, seperti di puskesmas. c. Bagi institusi pendidikan keperawatan Dapat memberikan masukan maupunevaluasi kurikulum terkait materi perkuliahan tentang aspek pengetahuan dan health seeking behavior dalam upaya peningkatan kualitas hidup lansia penderita DM.
7 d. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti lainuntuk mengembangkan penelitian terkait peningkatan kualitas hiduplansia penderitadm. E. Keaslian Penelitian Sejauh yang peneliti ketahui belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan health seeking behavior dengan kualitas hidup pada lansia penderita DM. Beberapa penelitian terkait antara lain: 1. Penelitian oleh Eva Turket al.,(2012) yang berjudul General knowledge about diabetes in the elderly diabetic population in Slovenia.Penelitian ini menggunakan rancangancross-sectional.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi level pengetahuan dan persepsi DM tipe 2 pada populasi lansia di Slovenia. Hasil dari penelitian ini adalah level pengetahuan merupakan faktor terpenting yang dapat memengaruhi lansia dalam memanajemen penyakit DM yang diderita. Persamaan dengan penelitian ini adalahsama-sama menggunakan responden lansia yang menderita DM tipe 2. Perbedaannya adalah responden yang digunakan dalam penelitian ini berupa lansia penderita DM tipe 2 yang tinggal di panti werda. Selain itu jika penelitian ini hanya untuk mengevaluasi level pengetahuan dan persepsi DM tipe 2 pada populasi lansia, sementara penelitian yang saya ajukan adalah untuk mengetahui hubungan
8 pengetahuan dan health seeking behavior terhadap kualitas hidup lansia penderita DM. 2. Penelitian oleh MR Cheetri dan RS Chapman (2009) yang berjudul Prevalence and determinants of diabetes among the elderly population in the Kathmandu Valley of Nepal. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi DM dan mengidentifikasi faktor penentu DM pada lansia.hasil dari penelitian ini adalah bahwa pengetahuan merupakan salah satu hal yang memiliki pengaruh kuat dalam penatalaksanaan DM pada lansia. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama menggunakan responden lansia berusia 60 tahun. Perbedaannya adalah penelitian ini hanya berfokus pada prevalensi dan faktor penentu DM, sementara penelitian yang akansaya ajukan meneliti tentang hubungan pengetahuan dan health seeking behavior dikaitkan dengan kualitas hidup lansia penderita DM. 3. Penelitian oleh Carlos Rodriguez Pascual et al., (2011) yang berjudul Quality of life, characteristics and metabolic control in diabetic geriatric patients. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif crosssectional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan kontrol metabolik yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia DM tipe 2. Hasil dari penelitian ini adalah pasien lansia dengan DM tipe 2 yang tengah menjalani pengobatan rawat jalan memiliki beban yang berat dan kontrol level metabolik yang kurang mencukupi berhubungan dengan usia dan keadaan fungsionalnya. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama
9 menggunakan responden lansia berusia 60 tahun. Perbedaannya adalah jika pada penelitian ini menggunakan sebanyak 1633 responden yang berasal dari tiga kabupaten di Kathmandu. Selain itu, pada penelitian ini dijelaskan karakteristik dan kontrol metabolik dapat memengaruhi kualitas hidup penderita DM, sementara pada penelitian yang akan saya ajukan yang akan berpengaruh pada kualitas hidup lansia DM adalah pengetahuan dan health seeking behavior. 4. Penelitian oleh Nyanzi, Ronald etal., (2014) yang berjudul Diabetes and Quality of Life: A Ugand Perspective. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup lansia DM di perkotaan. Hasil dari penelitian ini adalah kualitas hidup lansia penderita DM di perkotaan dipengaruhi beberapa faktor, seperti usia, tingkat pendidikan dan status adanya diabetic foot ulcers.persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas hal-hal yang memengaruhi kualitas hidup penderita DM. Perbedaannya adalah pada penelitian ini hanya mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup penderita DM. Selain itu,responden yang digunakan adalah penderita DM yang sedang menjalani pengobatan rawat jalan dan belum difokuskan pada lansia. Sementara penelitian yang akan saya lakukan menggunakan responden lansia berusia 60 tahun dan bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan health seeking behavior terhadap kualitas hidup lansia penderita DM.
10 5. Penelitian oleh Laiteeraponget al., (2011)yang berjudul Correlates of Quality of Life in Older Adults with Diabetes.Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kualitas hidup dengan sindrom geriatrik, komplikasi DM, dan hipoglikemia pada lansia dengan DM. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya sindrom geriatrik membuat kualitas fisik penderita DM juga mengalami penurunan. Kondisi fisik yang paling rendah pada penderita DM adalah terjadinya amputasi, diikuti jatuh dan nyeri kronik, sedangkan kondisi mentalnya akan mengarah pada depresi. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama sama menggunakan responden lansia >60 tahun. Perbedaannya pada tujuan penelitian dan metode yang digunakan. 6. Penelitian oleh Pebrita Heriani, Fathra Annis Nauli, Rismadefi Woferst (2013) yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Melitus terhadap Mekanisme Koping Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Teluk Kuantan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang DM terhadap mekanisme koping pada pasien DM tipe 2. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit DM terhadap mekanisme koping pasien DM tipe 2. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang penyakit DM maka semakin adaptif pula mekanisme koping yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
11 pengetahuan seseorang tentang penyakit DM maka semakin maladaptif pula mekanisme koping yang digunakan. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang hubungan pengetahuan terhadap kualitas hidup penderita DM. Perbedaanya adalah pada penelitian ini responden yang digunakan berjumlah 30 responden yang berasal dari berbagai macam kelompok usia (belum spesifik pada lansia), sementara penelitian yang saya ajukan menggunakan 250 responden lansia berusia 60 tahun. Selain itu penelitian saya akan meneliti tentang hubungan pengetahuan dan health seeking behavior terhadap kualitas hidup lansia penderita DM. 7. Penelitian oleh Masfufah, Veni Hadju, Nurhaedar Jafar (2012) yang berjudul Pengetahuan, Kadar Glukosa Darah dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, kadar glukosa darah dan kualitas hidup pada penderita DM tipe 2 rawat jalan di wilayah kerja puskesmas Kota Makassar. Desain penelitian menggunakan metode survei analitik dengan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan exhaustive sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kadar glukosa darah pada penderita DM dengan nilai p=1,000. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara kadar glukosa darah dengan kualitas hidup penderita DM dengan nilai p=1,167 pada penderita DM tipe 2 rawat jalan di wilayah kerja puskesmas Kota Makassar.