BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian dunia saat ini telah berkembang dengan pesat, baik perekonomian di dalam maupun di luar negeri. Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia yang semakin membaik dan banyaknya permintaan barang dari negara negara luar maka sektor industri dan perdagangan berkembang dengan pesat. Kecenderungan untuk ekspor barang semakin besar sehingga dibutuhkan satu jasa pengangkutan barang yang salah satunya melalui jasa pengiriman barang via laut. Pada kondisi seperti itu perusahaan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengangkutan barang atau di kenal dengan istilah perusahaan pelayaran, berkembang dengan pesat. Pada dasarnya perusahaan pelayaran sudah ada dari jaman kolonial belanda dan pada saat itu dioperasikan oleh kolonial belanda sebagai sarana perdagangan antar negara, akan tetapi perkembangannya tidak terlalu signifikan. Seiring dengan terjadinya krisis global pada tahun 2008 lalu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap industri pelayaran internasional termasuk Indonesia. Hal ini terjadi karena banyak negara cenderung menurunkan permintaan barang antar negara. Hal ini menyebabkan negara- negara yang sebelumnya aktif melakukan perdagangan antar negara menghentikan aktivitas impor karena mereka 1
memilih untuk menggunakan produk dalam negeri, lagipula biaya transportasi yang cukup tinggi dikarenakan perusahaan pelayaran belum mampu menurunkan tarif muatan. Salah satu indikator dalam memantau pelayaran internasional adalah dengan BDI (Baltic Dry Index) guna mengukur harga pengangkutan lewat laut dan mengukur permintaan akan pengangkutan laut. Indeks ini mengambil dasar dari 26 rute pengangkutan laut. Pada akhir 2008 Baltic Dry Index mengalami penurunan yang sangat drastis, tetapi hal itu mulai membaik di tahun 2010. Di tahun 2010, berbagai indikator ekonomi makro menunjukkan adanya perbaikan di negara besar dunia seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa demikian pula di indonesia yang mengalami pertumbuhan PDB (Product Domestic Bruto) sebesar 6,1% pada tahun 2010. Meskipun Indikator BDI (Baltic Dry Index) dan market sudah mulai membaik pada tahun 2010 tetapi pada prakteknya banyak perusahaan pelayaran yang masih mengalami kesulitan. Penurunan pendapatan perusahaan pelayaran ini sebagian besar diakibatkan karena penurunan volume muatan, penurunan BDI (Baltic Dry Index), penurunan tarif, kerugian instrument derivatif, melemahnya dollar pada rupiah pada tahun 2010 sehingga mempengaruhi pendapatan. Selain karena hal tersebut diatas, hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan pelayaran yang mematok tarif angkutan dengan harga bersaing sehingga perusahaan dengan berbagai cara melakukan 2
perubahan perubahan dalam hal servis maupun support servis terhadap pelanggan. Dalam hal ini teknologi berperan penting dikarenakan persaingan terletak pada informasi yang cepat dan akurat dan beradaptasi dengan perubahan bisnis dengan cepat. Perusahaan harus mulai mengikuti perubahan teknologi dengan mengimplementasikan sistem informasi dalam kegiatan operasionalnya dengan cara menerapkan sistem yang terkomputerisasi. PT. Arpeni Pratama Ocean Line merupakan salah satu perusahaan jasa pelayaran yang terkena imbasnya. Berbagai cara dilakukan agar perusahan keluar dari jeratan krisis ini. Management melakukan banyak perubahan terutama yang berkaitan dengan teknologi infomasi. Bagian operasional yang merupakan ujung tombak dari perusahaan memberikan servis terhadap pelanggan selama dua puluh empat jam. Selain hal itu pada moment seperti ini perusahaan di tuntut untuk melakukan cost reduction pada semua bidang terutama pada pembelian spare part kapal. Cost reduction ini diusahakan agar tidak mempengaruhi kualitas jasa pelayanan terhadap pelanggan. Kepercayaan publik merupakan aset yang sangat penting terhadap perusahaan jasa, sehingga menjaga kualitas pelayanan terhadap pelanggan merupakan modal utama Pembelian pengadaaan spare part kapal merupakan bagian penting dalam suatu lingkaran maintenance yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional kapal yang nantinya akan berimbas pada pelayanan terhadap pelanggan. Bagian teknik berusaha untuk meminimalisasi permintaan 3
spare part dengan cara memaksimalkan alat alat yang sudah ada sedangkan bagian pembelian berusaha mencari spare part yang dibutuhkan oleh kapal dengan harga yang kompetitif tapi dengan kualitas barang yang bagus. Bagi perusahaan dengan kondisi saat ini penerapan cost reduction pada semua bagian khususnya bagian pembelian pengadaaan spare part menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan menyadari pentingnya penerapan teknologi informasi pada proses pembelian pengadaan spare part demi tercapainya kelancaran kegiatan operasional yang berimbas pada kepuasan pelanggan. Melihat pentingnya proses pengadaan spare part pada perusahaan pelayaran ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul : Analisis Sistem Informasi Akuntansi terhadap Siklus Pembelian Pengadaan Spare part pada Perusahaan Pelayaran PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. Fenomena yang penulis teliti di dalam perusahaan pelayaran Arpeni Pratama Ocean Line Tbk adalah kurangnya sinkronisasi antara bagian pembelian dengan bagian penerimaan (agen dan kapal). B. Perumusan Masalah Apakah Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pembelian Pengadaan Spare part kapal pada perusahaan pelayaran PT. Arpeni Pratama 4
Ocean Line Tbk sudah sesuai dengan Sistem Informasi Akuntansi yang berlaku secara teori? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada masalah Siklus pembelian pengadaan spare part pada perusahaan pelayaran PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis : Kesesuaian Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pembelian pengadaan spare part, dengan Sistem Informasi Akuntansi yang berlaku umum. E. Manfaat Penelitian 1. Diperoleh informasi secara akurat mengenai sistem pembelian pengadaan spare part pada PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2. Perusahaan dapat mengatasi kelemahan kelemahan dan permasalahan pada sistem pembelian pengadaan spare parts sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan operasional. 5