BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS PEMBELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia pada era global dan

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi,

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat telah menyebabkan berbagai perubahan pada semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. dinamis dan sarat perkembangan. Sedangkan menurut Buchori (dalam Trianto

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi pada masa sekarang ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Seseorang tanpa pendidikan dianggap tidak mampu memasuki era globalisasi. Pendidikan juga dianggap sebagai sarana untuk membentuk manusia seutuhnya. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyebutkan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga masyarakat. Setiap warga masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pembelajaran di dalam Kurikulum 2013 menurut Kemendikbud (2014: 16) memiliki karakteristik: (1) berpusat pada siswa, (2) menuntut siswa aktif dalam pembelajaran, (3) memberikan pengalaman langsung pada siswa, (4) bersifat luwes, (5) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (6) mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, serta (7) menggunakan pendekatan ilmiah. Diperkuat oleh pendapat Sani (2014: 8) bahwa pembelajaran yang dilakukan harus dapat mengembangkan: (1) kreatif dan inovasi siswa, (2) kemampuan berpikir kritis menyelesaikan masalah, dan (3) komunikasi dan kolaborasi. Menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2013: 10) proses pembelajaran IPA menitik beratkan pada suatu proses penelitian. Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu meningkatkan proses berpikir peserta didik untuk memahami fenomena-fenomena alam. Dalam mengoptimalkan proses pembelajaran IPA terdapat komponen-komponen penting yang harus dipenuhi. Komponenkomponen tersebut mulai dari konsep yang akan diformat guru agar bermakna, kesiapan peserta didik dalam mengolah dan mengaplikasikan informasi, hingga 1

2 penataan lingkungan dalam konteks pelaksanaan pembelajaran IPA. Hal tersebut searah dengan pendapat Sani (2014: 50) mengenai pengertian pendekatan saintifik, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan seharusnya dilengkapi dengan aktivitas mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Aktivitas mengamati dan bertanya dapat dilakukan di kelas, sekolah, atau di luar sekolah sehingga kegiatan belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pertama, melakukan pengamatan, yaitu menyajikan objek secara nyata. Kedua, kegiatan bertanya yang merupakan kegiatan siswa untuk mengajukan pertanyaan yang berdasarkan objek yang telah mereka amati sebelumnya melalui bimbingan dari guru. Ketiga adalah kegiatan mengolah yaitu memproses informasi yang sudah dikumpulkan berdasarkan kegiatan sebelumnya. Keempat, siswa menyajikan informasi apa saja yang mereka peroleh dalam kegiatan pembelajaran. Kelima, dilanjutkan dengan kegiatan menyimpulkan informasi berdasarkan keterkaitan antar informasi yang diperoleh siswa. Keenam, yang merupakan kegiatan terakhir yaitu mengkomunikasikan melalui kegiatan menulis atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiaan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa. Menurut Hosnan (2014: 34) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Daryanto (2014: 59) juga mengemukakan langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran yang meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,

3 menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik akan lebih bermakna, apalagi jika didukung dengan penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media secara efektif menuntut seorang guru untuk memahami latar belakang secara teoritis tentang pemanfaatan media dalam proses belajar mengajar. Diperkuat oleh pendapat Susilana dan Riyana (2007: 7), yang mengemukakan bahwa media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai adalah proses pembelajaran. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak, memahami apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan pembelajaran. Media yang dapat dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret terhadap siswa. Media konkret juga dapat diartikan sebagai media nyata, realita, atau realia. Asyhar (2012: 54) mengemukakan bahwa benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh siswa sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media khususnya media konkret dapat mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan keterampilan berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. Menurut Rusyna (2014: 135), keterampilan berpikir yang efektif merupakan suatu karakteristik yang dianggap penting oleh sekolah pada setiap jenjangnya. Salah satu keterampilan berpikir siswa yang harus dikembangkan dalam pembelajaran adalah keterampilan berpikir kritis. Sani (2014: 15) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menilai ide seseorang, melihat dari kekuatan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan), serta memberikan usulan perbaikannya (peningkatan). Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 November 2015 di kelas V SD Negeri 2 Ngasinan menunjukkan belum

4 diterapkannya pendekatan pembelajaran yang inovatif pada kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa yang masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja. Guru belum mengembangkan aktivitas siswa untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Selain itu, guru juga belum memanfaatkan media konkret yang sesuai dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Padahal dalam kegiatan pembelajaran guru bukan merupakan satusatuya sumber pembelajaran. Pembelajaran sebaiknya berpusat pada siswa (student-centered) untuk mengaktifkan siswa dalam berpikir kritis. Beberapa kendala yang dihadapi pada pembelajaran IPA di kelas V, antara lain: (1) sistem penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan belum dapat dilaksanakan secara optimal, (2) pembelajaran belum memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pembelajaran belum menerapkan pendekatan ilmiah, (4) pembelajaran masih berpusat pada guru, (5) dalam penyampaian materi, guru juga belum memaksimalkan penggunaan media pembelajaran yang bersifat konkret, (6) pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran masih rendah karena siswa dituntut untuk memahami materi pembelajaran secara abstrak, (7) kemampuan berpikir kritis siswa belum dikembangkan secara optimal. Penyebab timbulnya masalah-masalah pada pembelajaran IPA yaitu karakteristik mental siswa kelas V SD yang mudah putus asa sehingga kurang termotivasi untuk mempelajari dan memahami lebih lanjut materi yang mereka anggap cukup sulit. Kenyataan lain yang membuktikan peserta didik cukup kesulitan dalam mempelajari IPA adalah pada hasil nilai ulangan tengah semester pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016, dari 26 siswa masih ada 15 siswa atau 57,7% yang belum mencapai batas ketuntasan belajar (KKM) yakni 63 dan hanya 11 siswa atau 42,3% yang telah mencapai batas ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas juga belum mencapai KKM yaitu sebesar 61,07. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil pembelajaran IPA.

5 Berdasarkan uraian masalah di atas serta kemungkinan pendekatan pembelajaran yang cocok dalam peningkatan bepikir kritis pembelajaran IPA siswa kelas V SD, maka dalam penelitian ini penulis mengambil sebuah judul penelitian Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Konkret dalam Peningkatan Berpikir Kritis Pembelajaran IPA tentang Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Adapun secara rinci permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dapat meningkatkan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Apakah kendala dan solusi penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Sesuai latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Untuk meningkatkan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya dalam penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016.

6 3. Untuk menemukan kendala dan solusi penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka manfaat penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA siswa kelas V SD. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Guru dapat memaksimalkan cara mengajar dengan menerapkan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran siswa SD pada mata pelajaran IPA. b. Bagi Siswa Dengan digunakannya Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA diharapkan pembelajaran IPA di kelas V SD dapat meningkat baik proses maupun hasilnya. c. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan di sekolah dasar tentang penerapan Pendekatan Saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA siswa kelas V SD khususnya tentang materi cahaya. d. Bagi Sekolah Sekolah mengharapkan terjadinya peningkatan berpikir kritis pembelajaran khususnya tentang materi cahaya sehingga siswa mampu

bersaing dalam memperoleh hasil yang memuaskan bagi sekolah sehingga kualitas sekolah akan meningkat pula. 7