BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA BBLR DALAM 3 BULAN PERTAMA DI KOTA SEMARANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode postpartum merupakan proses yang harus dilewati oleh wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi pasien merupakan salah satu tugas rumah

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

BAB I PENDAHULUAN. dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan pertumbuhan intra uterin dan postnatal selama periode kritis

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan di negara-negara sedang berkembang (Unicef-WHO, 2004). BBLR

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan Rencana. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN-N) tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak. (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

Small for Gestational Age: What We Have Worried about?

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kejadian kematian pada neonatus. Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan sesudah melahirkan (Depkes RI, 2008c). Kematian neonatal menjadi prioritas dalam strategi pembangunan kesehatan Indonesia karena masalah neonatal merupakan penyebab lebih dari sepertiga kematian anak, dan hampir separuh dari total kematian bayi, diikuti oleh diare dan pneumonia. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia yaitu sebesar 23/1000 kelahiran hidup (Bappenas, 2010), Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,62/1000 kelahiran hidup dan Kota Semarang sebesar 16,8/1000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Semarang, 2010, Dinkes Prov Jateng, 2010) perlu mendapat perhatian serius untuk menanggulangi permasalahan angka kematian bayi (AKB). Kematian bayi baru lahir disebabkan berat badan lahir rendah sebesar 40,4%, asfiksia 24,6% dan 10% infeksi. Hal ini kemungkinan disebabkan keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati (Depkes RI, 2008b). Dari data yang diperoleh di RSUD Kota Semarang pada tahun 2010 sampai 2012, BBLR menduduki peringkat pertama dalam 10 besar penyakit di ruang perinatologi, berturut turut dari tahun 2010 dilaporkan sebanyak 112 (31%) BBLR dari total 360 bayi, tahun 2011 sebanyak 189 (36%) BBLR dari total 520 bayi, tahun 2012 sebanyak 220 (30%) BBLR dari total 726 bayi. Peningkatan jumlah pasien diikuti pula oleh peningkatan jumlah BBLR. Di RSUD Adyatma Tugurejo Semarang peningkatan jumlah BBLR juga terjadi, BBLR menduduki peringkat pertama dalam 10 besar penyakit di ruang perinatologi. Pada tahun 2010 jumlah BBLR sebanyak 109 (29%) dari total pasien 378 bayi, tahun 2011 sebanyak 167 (33%) dari total 507 bayi dan pada tahun 2012 sebanyak 188 (33%) dari total 575 bayi. Peningkatan jumlah pasien diikuti pula dengan kenaikan jumlah BBLR dari tahun ke tahun. 1

2 Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat rentan untuk terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Kemenkes RI, 2011). Bayi dilahirkan dengan masalah kesehatan serius seperti: asfiksia, prematur, dan BBLR sangat berisiko terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan dimasa datang (Ruiz-Extremera et al., 2001). Dampak pada bayi berat lahir rendah menunjukkan pencapaian tumbuh kembang tidak sesuai dengan umur dibandingkan yang mempunyai berat badan normal (Ruiz-Extremera et al., 2001). Berkaitan dengan pengaruh jangka panjang terhadap bayi kurang bulan, diperoleh hasil dalam jangka panjang mereka mengalami gangguan atau penyimpangan tumbuh kembang berupa Cerebral Palsy sebesar 17%, kejang 5%, Hydrocephalus 4%, gangguan penglihatan 9%, dan 11% gangguan pendengaran (WWA, 2010). Keamanan masa transisi BBLR dari Rumah Sakit ke lingkungan rumah setelah bayi dipulangkan sangat menentukan keberhasilan perawatan di rumah. Bayi mempunyai kriteria khusus sebelum diperbolehkan pulang dari NICU atau ruang perawatan bayi risiko tinggi. Hal ini disebabkan pada kelompok tersebut sangat rentan terjadi permasalahan kesehatan jangka panjang yang terkait dengan sequelae atau dampak prematur dan penyakit lain yang menyertai saat lahir (Fetus and Newborn, 2004). Perawatan BBLR tidak hanya berhenti sampai di NICU dan diperbolehkan pulang saja, namun perawatan berkelanjutan sangat diperlukan untuk menurunkan risiko masalah kesehatan yang mungkin muncul. Discharge planning adalah pengembangan perencanaan yang dilakukan untuk pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan optimal dan mengurangi biaya rumah sakit (Shepperd et al., 2010). Discharge planning di NICU sangat penting, untuk mendapatkan transisi sukses dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah (Smith et al., 2009). Discharge planning komprehensif dapat meminimalkan risiko morbiditas dan mortalitas pada bayi yang dipulangkan

3 secara dini di rumah dan dapat menghemat biaya perawatan di rumah sakit (Stewart, 2009). Discharge planning juga dapat menurunkan kemungkinan kembalinya pasien untuk dirawat kembali setelah pulang, discharge planning pada BBLR sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. Discharge planning harus dikembangkan dan dilaksanakan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari: dokter, perawat, ahli terapi pernapasan, terapis okupasi dan/atau fisik, serta pekerja sosial. Proses ini dapat dimulai segera setelah bayi dirawat di NICU dan dilanjutkan sesi perencanaan dijadualkan secara rutin selama rawat inap (Stewart, 2009). Penelitian yang dilakukan Smith et al. (2009) menyebutkan discharge planning dapat membantu keluarga mempersiapkan perawatan bayi di rumah. Discharge planning komprehensif selain terbukti untuk kembali dirawat di rumah sakit lebih lama juga dapat mengurangi biaya perawatan yang harus dikeluarkan (Naylor et al., 1999). Tujuan discharge planning untuk memperlancar transisi bayi risiko tinggi dari rumah sakit ke rumah, memberikan perawatan kesehatan, menilai perkembangan dan memberikan dukungan kepada orang tua bayi dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Beberapa orang tua merasa stres ketika merawat BBLR di rumah. Hal tersebut karena kurangnya informasi yang didapat ketika mereka berada di ruang perawatan. Banyak dari mereka merasa tidak percaya diri dalam memandikan, pemberian ASI, memegang bayi, kecemasan berlebihan tampak pada ibu memiliki bayi prematur dari pada ibu memiliki bayi normal (Zanardo et al., 2003). Kecemasan berlebihan tentu akan berdampak pada perkembangan kognitif dan emosi bayi serta mengganggu proses ikatan orang tua dan bayi sehingga akan mempengaruhi proses perawatan bayi (Ringland, 2008). Berat badan merupakan salah satu ukuran antopomerti yang paling sering digunakan dalam pemantauan tumbuh kembang. Selain untuk mengetahui status gizi, berat badan memberikan gambaran tentang status kesehatan bayi. Pada BBLR peningkatan laju pertumbuhan tidak sama dengan bayi berat lahir normal. Hal tersebut dapat berpengaruh pada proses pertumbuhan berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala (Abdeyazdan et al., 2007). Namun dengan pemberian

4 nutrisi yang tepat diawal kehidupan, akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan berat badan bayi terutama BBLR. Ibu perlu dibekali informasi yang benar tentang cara pemberian nutrisi terutama bagi BBLR. Pemberian informasi yang tepat ternyata mampu memberikan bukti yang signifikan dalam penambahan berat badan khususnya pada BBLR. Penelitian yang dilakukan di India melaporkan bahwa ada pengaruh yang positif dari pemberian konseling tentang cara menyusui terhadap peningkatan berat badan BBLR (Thakur et al., 2011). Selain nutrisi masih banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan (Soetjiningsih, 1995). Faktor lain yang juga berperan dalam pertumbuhan adalah faktor sosial ekonomi keluarga, penyakit pada anak dan pengetahuan orang tua dalam merawat bayi (Wong, 2008). Pemberian air susu ibu (ASI) pada BBLR sangat dianjurkan selain sebagai nutrisi utama, ASI juga berperan dalam sistem pertahan tubuh bayi, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan mempererat ikatan kasih sayang (S Lidya and Rodiah, 2012). World Health Organization (WHO) sebagai badan organisasi dunia sangat merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Rekomendasi yang sama juga dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, serta oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Orangtua seringkali mengalami kesulitan dalam proses pemberian ASI terutama pada orangtua dengan BBLR dan bayi prematur. Hal ini disebabkan karena pada BBLR ataupun pada bayi prematur seringkali disertai juga dengan adanya gangguan penyakit akibat kurang matangnya fungsi organ tubuh seperti saluran cerna, saluran nafas dan organ lainnya (Primadi and IDAI, 2009). Pemberian informasi yang tepat sangat berguna agar ibu dapat memberikan perawatan untuk BBLR terutama dalam memberikan nutrisi yang adekuat sehingga BBLR dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal (Abdeyazdan et al., 2007). Sering kali petugas kesehatan tidak memberikan bekal informasi yang lengkap ketika pasien pulang atau hanya sebatas discharge rutin saja yaitu pemulangan pasien tanpa memberikan edukasi yang terencana sesuai

5 kebutuhan pasien. Discharge planning adalah salah satu metode yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu atau orang tua dalam memberikan perawatan yang tepat terutama dalam pemberian nutrisi bagi BBLR. Melalui metode konseling, discharge planning yang komprehensif diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan orangtua dalam merawat BBLR B. Perumusan masalah Tingginya kasus kematian bayi di Indonesia 40% diakibatkan oleh BBLR. di RSUD Kota Semarang dan RSUD Adyatma Tugurejo Semarang pada tahun 2010 sampai 2012, BBLR menduduki peringkat pertama dalam 10 besar penyakit di ruang perinatologi. Bayi dengan berat lahir rendah rentan terjadi gangguan tumbuh kembang. Belum adanya standar operasional prosedur pada pasien pulang yang mencantumkan discharge planning sebagai bagian dari pemberian informasi kepada pasien, sehingga penyedia pelayanan sering kali kurang lengkap dalam memberikan bekal pengetahuan kepada pasien tentang cara perawatan di rumah Kurangnya informasi tentang cara menyusui yang benar dan cara perawatan BBLR di rumah dari penyedia layanan kesehatan menjadikan keluarga kurang mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh discharge planning terhadap penambahan BB pada BBLR dalam 3 bulan pertama. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya pengaruh discharge planning terhadap penambahan BB pada BBLR dalam 3 bulan pertama. 2. Tujuan khusus a. Membuktikan peningkatan BB pada BBLR dalam 3 bulan pertama setelah pemberian discharge planning. b. Memberikan panduan kepada perawat ketika memberikan discharge planning kepada ibu dalam merawat BBLR di rumah

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi Instansi RSUD Kota Semarang dapat digunakan sebagai masukan dalam membuat kebijakan dalam memberikan discharge planning bayi risiko tinggi khususnya BBLR. b. Bagi orang tua dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dalam memberikan nutrisi yang tepat bagi BBLR agar tumbuh kembang menjadi optimal. c. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan discharge planning kepada keluarga pasien BBLR. 2. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang perinatologi dan sebagai acuan kepada peneliti lain yang berkaitan dengan discharge planning dan perawatan BBLR. E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran penulis dari berbagi kepustakaan, penelitian pengaruh discharge planning terhadap penambahan BB pada BBLR belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Smith et al. (2009) melakukan penelitian tentang Are families prepared for discharge from the NICU? Terhadap 867 keluarga dilakukan survey kesiapan dalam merawat bayi mereka di rumah setelah dilakukan discharge planning dari analisa multivariabel yang dilakukan dengan OR=2,5 95% confidence interval menunjukkan kepercayaan untuk kesehatan anak mereka, OR= 2,9 95% confidence interval menunjukkan kesiapan keluarga dalam perawatan di rumah dan OR= 4,2 95% CI menunjukkan keluarga dapat memilih dokter anak. Dengan kesimpulan bahwa persiapan pulang dapat membantu dalam memilih dokter anak dan mempersiapkan keluarga untuk perawatan bayi di rumah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

7 adalah melakukan discharge planning pada orang tua bayi yang dirawat di ruang NICU. Perbedaan penelitiannya pada variabel, metode dan lokasi penelitian. 2. Shepperd et al. (2010) melakukan penelitian berjudul Discharge planning from hospital to home melakukan penelusuran literatur untuk memperbarui tinjauan Cochrane dengan kriteria seleksi randomized control trial RCT yang membandingkan discharge planning dengan discharge rutin yang disesuaikan dengan perawatan pasien. Peserta adalah pasien rawat inap di rumah sakit. Studi dikelompokkan berdasarkan pasien geriatric, pasien bedah, dan beberapa kondisi komplek. Hasil utama diperoleh bahwa secara signifikan readmission atau masuknya kembali pasien kerumah sakit setelah pulang ke rumah berkurang (RR 0,85, 95% CI 0,74-0,97). Untuk pasien usia lanjut dengan kondisi medis (biasanya gagal jantung) ada bukti yang cukup untuk perbedaan angka kematian (RR 1,04, 95% CI 0,74-1,46). Dalam tiga uji coba pasien yang dialokasikan untuk melaksanakan perencanaan dilaporkan kepuasan meningkat. Ada sedikit bukti tentang biaya kesehatan secara keseluruhan. 3. Abdeyazdan et al. (2007) melaksanakan penelitian tentang A Comparative study on growth pattern of low birth weight and normal birth weight neonates. Penelitian ini membandingkan tentang pola pertumbuhan pada bayi berat lahir cukup (BBLC) dan BBLR. Metode yang digunakan adalah kohort restropektif terhadap 218 bayi yang terbagi menjadi 2 yaitu 109 BBLC dan 109 BBLR. Dari penelitian tersebut memperlihatkan perbedaan pertumbuhan dimana kecepatan pertumbuhan BBLC lebih baik dari pada pertumbuhan BBLR. Persamaan penelitian terletak pada hasil akhir yaitu penambahan BB. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode, analisa data dan varibel yang diteliti 4. Thakur et al. (2011) melakukan penelitian berjudul Effect of nutrition education on exclusive breastfeeding for nutritional outcome of low birth weight babies. Penelitian ini dilakukan di Maternal Care and Health Training Institute dan Dhaka Medical College Hospital pada bulan Mei - Oktober 2008.

8 Metode yang digunakan adalah RCT dengan jumlah sampel 184 ibu post partum yang memiliki BBLR dengan 92 masuk sebagai kelompok intervensi dan 92 sebagai kelompok kontrol. Kelompok intervensi dilakukan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar selama 2 bulan dengan frekuensi 1 jam konseling tiap 2 minggu sekali. Kemudian setelah 2 bulan kedua kelompok dilakukan evaluasi untuk mengetahui rata-rata BB bayi. Hasil yang dilaporkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pendidikan kesehatan tentang cara menyusui dengan penambahan BB dan tinggi badan pada BBLR. Hasil lain diperoleh juga bahwa kelompok kontrol lebih banyak menderita penyakit saluran pernafasan dari pada kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi lebih banyak memberikan ASI eksklusif dari pada kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan memberi banyak keuntungan untuk meningkatkan status kesehatan bayi sehingga terbukti dapat digunakan sebagai sarana yang baik untuk mengurangi risiko malnutrisi pada bayi dan dapat mengurangi kematian BBLR. Persamaan penelitian ini pada desain penelitian dan hasil akhir yang diharapkan, sedangkan perbedaannya pada cara penelitian, waktu dan tempat. 5. Itabashi et al. (2007) melakukan penelitian tentang Longitudinal follow-up of height up to five years of age in infants born preterm small for gestational age; comparison to full-term small for gestational age infants. Penelitian dilakukan di Jepang dengan cara melakukan kunjungan ulang secara berkala pada bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 32 minggu dibandingkan dengan usia gestasi antara 32-37 minggu. Hasil penelitiannya bahwa pencapaian maksimal tinggi badan semua kelompok umur gestasi adalah 68% pada 1 tahun pertama, 89% pada 3 tahun pertama dan 88% pada 5 tahun pertama, pencapaian maksimal pada 3 dan 5 tahun pertama untuk bayi dengan usia gestasi 32 minggu memiliki nilai lebih kecil 74% dari pada kelompok antara 32-37 minggu dan lebih dari 37 minggu yaitu sekitar 90%. Beberapa faktor terkait dengan perawakan pendek pada anak dengan kelahiran prematur adalah: tinggi badan ibu, dan lingkar kepala bayi saat lahir. Kesimpulan penelitian ini kelahiran prematur terutama bayi dengan usia gestasi kurang

9 dari 32 minggu lebih berisiko untuk tidak dapat mencapai tinggi badan optimal dari pada bayi usia gestasi antara 32-37 minggu dan lebih dari 37 minggu. Untuk mengetahui faktor-faktor terkait pertumbuhan sehingga dapat memberikan masukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak khususnya bayi dengan kelahiran prematur. Persamaan penelitian ini melihat pertumbuhan pada bayi BBLR. Perbedaannya pada desain, metode, dan variabel penelitian.