bentos (Anwar, dkk., 1980).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

I. PENDAHULUAN. kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

TINJAUAN PUSTAKA. pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, biologi, sosial ekonomi dan budaya, sehingga timbul masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB 2 BAHAN DAN METODA

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

PEMANFAATAN Tubifex sp SEBAGAI SALAH SATU BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BRANTAS DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis. Di dalam suatu daerah terdapat bermacam jenis makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Ada beragam jenis ekosistem yang bisa dijumpai di bumi ini. Kesemua ekosistem tersebut akan membentuk kesatuan yang disebut dengan biosfer. Salah satu jenis ekosistem yang penting untuk dicermati adalah ekosistem sungai. Menurut Suryono (2000), secara umum, ekosistem tersebut masuk ke dalam kelompok ekosistem alamiah dan lebih spesifik lagi dikelompokkan ke dalam ekosistem akuatik atau air. Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari limpasan yaitu limpasan yang berasal dari hujan, gletser, limpasan dari anakanak sungai, dan limpasan dari air tanah. Pada ekosistem sungai biasanya terdapat berbagai macam organisme salah satunya adalah bentos (Anwar, dkk., 1980). Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran 1

2 dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos (Melati, 2007). Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. Hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif mudah di identifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos. Makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik (Melati, 2007). Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu sebagai stabilisator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan di udara, arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut; garam dan makanan serta organisme dalam air, oksigen terlarut (DO) berpengaruh terhadap fotosintesis organisme, kebutuhan oksigen biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air dan kimia (COD). Faktor

3 lingkungan lainnya yang mempengaruhi keanekaragaman jenis bentos ini adalah arus air, ph, dan kekeruhan (Hawkes, 1979). Untuk itu penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap keanekaragaman jenis makrozoobentos sebagai indikator air di sungai Mruwe Yogyakarta. Sungai Mruwe dipilih sebagai lokasi penelitian karena air sungainya sering digunakan oleh warga sekitar sebagai kegiatan sehari hari, tetapi kondisi perairan ini berada di sekitar tambak benih ikan (stasiun satu), area hotel dan restaurant (stasiun 2), dan pemukiman warga (stasiun 3). Alasan dipilih dan ditentukan ketiga stasiun ini adalah keadaan sungai yang bersih pada stasiun 1 (Desa Maguwo), sungai yang kotor pada stasiun 2 (Desa Santan), dan sungai yang sangat kotor pada stasiun 3 (Desa Sitimulya). Penelitian ini akan menghasilkan perbandingan keanekaragaman jenis makrozoobentos pada setiap stasiun dan juga diketahui kualitas air sungai Mruwe layak digunakan pada kegiatan tertentu atau tidak. B. Keaslian Penelitian Penelitian sejenis mengenai keanekaragaman jenis bentos dilakukan oleh Siahaan (2012) dengan judul Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Air Sungai Cisadane, Jawa Barat Banten Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanakeragaman makrozoobentos sebagai indikator kualitas air Sungai Cisadane. Penelitian dilakukan di sembilan (9) titik di sepanjang Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir. Sampel makrozoobentos

4 dikoleksi dengan jala surber dan Eckman Grabb. Pada musim kemarau, kekayaan taksa makrozoobentos terendah di bagian tengah dan hilir hilir (8 taksa) dan tertinggi di hulu (20 taksa). Kualitas air sungai ditentukan berdasarkan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H ). Penelitian Ekaningrum, Ruswahyuni dan Suryanti (2012) dengan judul Kelimpahan Hewan Makrobentos yang Berasosiasi Pada Habitat Lamun Dengan Jarak Berbeda di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sistematik sampling artinya sampling yang disusun dengan lokasi dan waktu sampling dibuat dengan pola teratur. Setelah data-data didapat, kemudian dilakukan pengolahan data yang terdiri dari kelimpahan, kelimpahan relatif, Indeks Keanekaragaman (H ) dan Indeks Keseragaman (E) dan uji T-Test. Penelitian Lintang, Mustofa, dan Suryanti (2012), penelitian ini dilakukan di Sungai Seketak Tembalang Semarang yang bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan dan mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, serta keseragaman makrozoobentos pada sungai tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Survey, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Penelitian Dian (2013), Penelitian ini bertujuan menilai kondisi perairan dan komunitas makrozoobentos di Sungai Belumai, Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah sistematik yaitu

5 penentuan waktu dan tempat atau stasiun pengambilan sampel secara teratur. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dengan interval sebulan sekali. Parameter yang diukur adalah suhu air, kecepatan arus, lebar sungai, kedalaman, kekeruhan, ph, DO, COD, TOM, dan makrozoobentos. Penelitian Esha (2013), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekstur sedimen dan kandungan bahan organik total yang terdapat dalam sedimen sungai, kelimpahan hewan makrobentos, hubungan antara tekstur sedimen, kandungan bahan organik total, dan kelimpahan hewan makrobentos, dan kualitas perairan di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen dasar perairan dan sampel hewan makrobentos yang diambil dari Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengambilan sampel purpossive sampling yang dilakukan di tiga stasiun yang berbeda. Pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut, ph, kecepatan arus, kedalaman dan kecerahan. Penelitian Iswanti (2012), dengan judul Distribusi dan Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Sungai Damar Desa Weleri Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode Purpossive sampling, dengan pengambilan sampel tiap stasiun diambil sembilan titik pada substrat dasar perairan yang berbeda. Waktu pengambilan dilakukan tiga kali dengan selang waktu dua minggu.

6 C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Keanekaragaman jenis makrozoobentos di Sungai Mruwe Yogyakarta? 2. Bagaimana kualitas air Sungai Mruwe Yogyakarta dengan penentu makrozoobentos? D. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi dan mengetahui keanekaragaman jenis makrozoobentos di Sungai Mruwe Yogyakarta. 2. Menentukan status kualitas air Sungai Mruwe Yogykarta menggunakan makrozoobentos E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas air di Sungai Mruwe Yogyakarta dan melihat keanekaragaman jenis makrozoobentos sebagai bioindikator air.