BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada isi pernyataan SKL yang kedua, memahami unsur-unsur dan sifatsifat bangun datar merupakan materi yang harus dikuasai siswa terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Secara sederhana kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Vol. 1 No. 1 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pengertian Belajar

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya. sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai. maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SDN POLOBOGO 02 KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang ada. Diantara

II. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teoti ini penulis membahas tentang hasil belajar, pembelajaran matematika dan metode demonstrasi. 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Untuk mengawali pemahaman tentang pengertian belajar beberapa ahli dalam Suprijono (2011:2) mendefinisikan tentang belajar. Sering kali pula rumusan dan tafsiran mereka itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian berikut ini diperkenalkan beberapa rumusan tentang belajar guna melengkapi dan memperluas pandangan. a. Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. b. Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. c. Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience, (belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). d. Harold Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi 5

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (2009: 36), yang berarti bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu tujuan. Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dari orang tersebut. Namun, tidak setiap perubahan tingkah laku dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Berikut ciri-ciri perubahan perilaku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010): 1. Perubahan terjadi secara sadar Seseorang yang telah belajar menyadariterjadinya suatu perubahan itu atau paling tidak seseorang tersebut merasakan terjadinya suatu perubahan dalam dirinya. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Artinya, perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Perubahan akan berlangsung terus hingga menjadi lebih baik dan sempurna. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan akan bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi, semakin banyak usaha belajar, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan bersifat aktif apabila perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara itu terjadi hanay beberapa saat saja tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang dihasilkan karena proses belajar bersifat permanen. Jadi, tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar 6

sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. 6. Perubahan mencakup aspek seluruh tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman maupun latihan yang dilakukan secara sadar baik langsung maupun tidak langsung. 2.1.1.2 Pengertian Hasil Belajar Setelah individu mengalami proses belajar, maka akan memperoleh hasil dari proses belajar. Hamalik menyatakan bahwa hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (2009:36). Hasil belajar merupakan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan seseorang. Sedangkan menurut Sudjana (2011: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan, yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar yang dapat diukur dengan tes tertentu. 2.1.1.3 Pentingnya Hasil belajar Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Horward Kingsley dalam Sudjana (2011) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita- 7

cita. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara gasir besar membaginya menjadi tiga ranah yakni : a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektifn berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. c. Ranah psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan diatas penting diketahui oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-alat penilaian, baik melalui tes maupun bukan tes. Tujuan pengajaran tersebut adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2011: 22) Disini peneliti hanya menekankan pada ranah kognitif saja, karena tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika menggunakan evaluasi tes. 2.1.2 Pembelajaran Matematika 2.1.2.1 Pengertian Matematika Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005:251), istilah Matematika berasal dari Bahasa Yunani Mathematikos secara ilmu pasti atau Mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah kaidah tertentu melalui diskusi. Pada hakikatnya Matematika merupakan ilmu deduktif yang mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain. Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252). Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk 8

mengekspresikan hubungan hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu dedukatif dan universal yang mengkaji benda abstrak, disusun menggunakan bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan kekurangan yang mendasari perkembangan teknologi moderen dan memajukan daya pikirmanusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari hari. 2.1.2.2 Teori Matematika Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2012) matematika adalah bahasa symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Dan ada beberapa pendapat tentang definisi matematika yang berasal dari Johnson dan Rising (1972), James (1976), Reys (1984), dan Kelompok Matematikawan. (Ensiklopedia, 2011:2-6). Pendapat Johnson dan Rising (1972) mereka berpendapat bahwa: a. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. b. Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide. c. Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan keharmonisannya. d. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikandengan cermat, jelas dan akurat, diwujudkan dalam simbol, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. e. Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi. 9

Sehingga menurut Johnson dan Rising (1972) matematika mencakup pola berpikir, ide, suatu seni, bahasa dan pengetahuan. Menurut James (1976) sendiri matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya.sedangkan menurut Reys (1984) matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan sebuah alat. Dan yang terakhir menurut Kelompok Matematikawan matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif, abstrak, ketat dan akurat. Jadi secara umum matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur, ruang, dan perubahan. 2.1.2.3 Nilai-nilai dalam Matematika Dalam matematika terkandung beberapa nilai luhur yang dapat dilakukan oleh siapapun, baik oleh para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. Nilai-nilai luhur ini tentu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai nilai luhur yang ada dalam matematika antara lain: a. Nilai Praktis Siapa saja yang tidak dapat menggunakan matematika, misalnya menambah, mengurang, mengalikan, membilang, menimbang, dan mengukur sulit untuk dapat hidup secara berkecukupan. b. Nilai Disiplin Karakter orang yang mempelajari matematika dengan sendirinya akan ikut terbawa oleh ketepatan dan kepastian yang pada akhirnya sifat disiplin akan melekat pada orang tersebut. penalaran dalam matematika memiliki ciri yang sesuai untuk melatih kebiasaan cara berpikir. Ciri - ciri tersebut antara lain kepastian, kesederhanaan, ketepatan, kemiripan dengan penalaran, keaslian dan pengujian. c. Nilai Budaya Matematika merupakan hasil budaya manusia yang selalu berkembang sesuai dengan keadaan zaman. Berkaitan dengan hal tersebut matematika juga memiliki beberapa nilai penting seperti berikut ini: 10

1. Sifat ekonomis 2. Meningkatkan konsentrasi 3. Mengeluarkan ide 4. Kemauan untuk menemukan sesuatu 5. Bekerja keras dan ulet 6. Kemauan untuk terus belajar 2.1.2.4 Pembelajaran Matematika di SD Dalam pembelajaran matematika proses melatih dan mendidik merupakan dua hal yang seharusnya kita padukan. Seorang siswa tidak cukup hanya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu soal matematika. Tuntutan yang terbatas pada penyelesaian soal matematika cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir procedural, menggunakan rumus tanpa memahami makna suatu rumus. (Wijaya, 2012:8) Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Fungsi matematika tersebut sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan. Adams dan Hamm dalam Wijaya (2012) menyebutkan ada empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu : a. Matematika sebagai cara untuk berpikir. b. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan. c. Matematika sebagai suatu alat. d. Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi. Pembelajaran matematika juga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Pada teori Bruner dalam Slameto (2010) menggambarkan perkembangan anak-anak melalui tiga tahap, yaitu enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enactive adalah tahap saat anak belajar menggunakan objek secara langsung, tahap iconic yaitu belajar dengaan menggunakan gambaran dari objekobjek, dan tahap symbolic merupakan tahapan memanipulasi symbol secara langsung dan tidak ada kaitannya dengan objek-objek. Piaget juga berpendapat bahwa proses berpikir manusia berawal dari berpikir konkret ke abstrak. 11

Siswa sekolah dasar umumnya berumur sekitar 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola piker dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. (Heruman, 2012:1-2) Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2012) membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat belajar dengan menghafalkan apa yang sudah diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti. Tujuan dari pembelajaran matematika tidak hanya untuk menguasai materi, menghafal rumus dan menekankan pada perolehan hasil. Pembelajaran yang mementingkan hal tersebut akan berakibat hasil yang dicapai tidak akan bertahan lama dan siswa menjadi mudah lupa. Di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsepa atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 12

4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidpuan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diridalam pemecahan masalah. Adapun standar kompetensi lulusan untuk setiap tingkatan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, berbeda.menurut dokumen KTSP dalam Ibrahim dan Suparni (2012:37) mengenai standar kompetensi lulusan sekolah dasar adalah sebagai berikut. a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. d. Memahami konsepkoordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan. g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah- 13

langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika. 1. Penanaman Konsep Dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. 2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. 3. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. 2.1.3 Metode Demonstrasi 2.1.3.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan langsung objek atau bahan pembelajaran dengan mempertunjukkan langsung objeknya atau cara mempertunjukkan proses tertentu sehingga dapat dimengerti (Sri Anitah W, 2009:5.25). Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:90), metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan menggerakkan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pembelajaran berlangsung. 14

Secara umum dapat simpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode yang dilakukan untuk mempertunjukkan proses tertentu dengan cara menyajikan langsung objek atau bahan pembelajaran. Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya,komponenkomponen yang berbentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. 2.1.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian juga dengan metode demonstrasi. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi. Miftahul Huda (2013:233), menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan dalam metode demonstrasi yaitu: 1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret 2) Memusatkan perhatian siswa 3) Lebih mengarahakan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari 4) Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam diri siswa 5) Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari 6) Membuat proses pembelajaran lebih menarik 7) Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori dengan kenyataan 8) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda 9) Memudahkan berbagai jenis penjelasan 10) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. 15

Berikut ini adalah kelemahan metode demonstrasi (Miftahul Huda, 2013:233-234): 1) Mengharuskan keterampilan guru secara khusus 2) Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai di setiap kelas 3) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping waktu yang cukup panjang 4) Kesulitan siswa terkadang untuk melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan 5) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan 6) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai materi atau barang yang didemonstrasikan 2.1.3.3 Tahap-tahap Metode Demonstrasi Menurut Anitah W, Sri, dkk (2009:5.26) ada lima langkah metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran. 2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan. 3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. 4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan) terhadap hasil demonstrasi. 5. Kesimpulan. Musfiqon (2012:97) menyatkan bahwa langkah-langkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan. 2. Guru menjelaskan kepada siswa apa yang direncanakan dan apa yang akan dikerjakan. 3. Guru mendemonstrasikan kepada siswa secara perlahan-lahan serta memberikan penjelasan yang cukup singkat. 16

4. Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan alasan-alasan setiap langkah. 5. Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demonstrasi sendiri langkah demi langkah dan disertai penjelasan. Berdasarkan langkah-langkah metode demonstrasi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan langkah-langkah metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran Matematika yang dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Sintak Metode Demonstrasi Langkah-langkah Kegiatan Awal Kegiatan Inti 1. Menunjukkan informasi 2. Melakukan demonstrasi 3. Penguatan demonstrasi Keterangan Guru melakukan apersepsi, menyiapakan alat dan bahan pembelajaran, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan penjelasan tentang topik yang akan dilakukan dengan menunjukkan alat peraga. Guru mendemonstrasikan kepada siswa secara perlahan dengan perhatian dan peniruan dari siswa. Guru memberikan penguatan terhadap hasil demonstrasi (tanyajawab dan latihan) 4. Mengevaluasi Guru menevaluasi hasil demonstrasi yang dilakukan siswa. Kegitan Akhir 1. Membuat kesimpulan Menarik Kesimpulan dari materi yang baru saja dipelajari. 2.1.3.4 Persyaratan untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi, diantaranya adalah (a) mampu secara proses dalam 17

melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang dipraktikkan; (b) mampu mengelola kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh; (c) mampu menggunakan alat bantu yang dipergunakan; (d) mampu melaksanakan penilaian proses. Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi, diantaranya adalah (a) siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan; (b) memahami maksud/tujuan yang akan didemonstrasikan; (c) mampu mengamati proses yang akan didemonstrasikan; (d) mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang akan digunakan dalam demonstrasi. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Sri Darmasto, 2012 dalam penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang FPB dan KPK Melalui Penerapan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Tahun 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus hasil belajar menunjukkan ketuntasan dalam proses pembelajaran ada 9 anak yang tuntas dari jumlah 25 siswa atau sekitar 36% dengan rata-rata 56,20. Pada siklus I setelah diterapakan metode demonstrasi dari jumlah 25 siswa yang tuntas 19 siswa atau sekitar 76% dengan rata-rata nilai 71,60. Sedangkan target ketuntasan diharapkan 80-100%. Kemudian dilanjutkan pelaksanaan siklus II dan hasilnya dari 25 siswa tuntas 25 siswa atau 100% dengan rata-rata hasil belajar 86,40. Oleh karena itu hasil penelitian ini menerima dan membuktikan kebenaran hipotesis yang menyatakan diduga penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentikan FPB dan KPK bagi siswa kels V SD Negeri Tlogorejo semester 1 tahun pelajaran 2011/2012. Suwoto, 2012 dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil belajar Matematika Melalui Pemanfaatan Medi Gambar dengan Metode Demonstrasi Siswa Kelas III Semester 1/2011-2012 SDN Ngablak. Hasil analisis menunjukkan 18

peningkatan hasil belajar matematika tentang pecahan sederhana dari kondisi pra siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Ini berarti dari skor rata-rata kelas pada pra siklus tidak terjadi ketuntasan belajar, sedang pada siklus 1 dan siklus 2 terjadi ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan adanya tindakan di dalam proses pembelajaran menggunakan media gamabar dengan metode demonstrasi. Dilihat dari skor mininal dan skor maksimal mengalami kenaikan. 2.3 Kerangka Berpikir Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Bugel 01 lebih berpusat pada guru, sedangkan siswa cenderung pasif. Siswa merasa bosan sehingga respon siswa selama pembelajaran ada yang hanya diam, bermain sendiri, berbicara dengan teman, dan mengantuk. Pembelajaran Matematika akan berjalan dengan baik apabila guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa, salah satunya dengan menggunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi yaitu metode mengajar yang menyajikan bahan pembelajaran dengan mempertunjukkan langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Dengan metode demonstrasi siswa dapat memahami bahan pelajaran dengan objek sebenarnya. Sebab pada metode demonstrasi siswa disajikan alat bantu secara langsung sehingga siswa lebih mudah memahami tujuan dan maksud pembelajaran. Selain itu siswa dirangsang untuk memiliki rasa ingin tahu yang lebih dengan objek-objek yang telah disajikan. Sehingga siswa dapat melakukan tugas-tugas berdasarkan proses demonstrasi. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kernagka berpikir yang telah diuraikan, maka dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas II SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. 19