BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

Path Analysis on the Association Between Predisposing, Enabling, and Reinforcing Factors, and House Sanitation in Bengkulu, Sumatera

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

H., 2014 PROGRAM PENYED IAAN AIR MINUM D AN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT ( PAMSIMAS ) D ALAM MENUMBUHKAN PERILAKU HID UP SEHAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Oleh : Suharno ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BAB I PENDAHULUAN. Hujan yang terus-menerus mengguyur hampir seluruh wilayah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

PEMBAHASAN. A. Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sebelum Penyuluhan. memiliki skor penilaian perilaku pencegahan demam berdarah dengue sebelum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan II Bantul sekitar km 2, yang meliputi Desa Ngestiharjo

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dermawan (2012) dan Mubarak, Chayatin, Santoso (2012) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

BAB III METODE PENELITIAN

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,

BAB I PENDAHULUAN. preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan 1. Hubungan pendidikan keluarga dengan sanitasi rumah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu dan merupakan dasar individu untuk mengambil suatu keputusan terutama individu tersebut berperan sebagai kepala keluarga. Kepala keluarga yang mempunyai pendidikan tinggi harus lebih mampu membimbing dan membina anggota keluarga dalam segala hal terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat agar anggota keluarga terhindar dari berbagai penyakit, dapat menjaga kesehatan perorangan serta kesehatan lingkungannya (Hidayatullah, 2015). Selain itu, pendidikan tinggi yang dimiliki kepala keluarga dapat mempengaruhi keinginan untuk mempunyai sanitasi rumah yang baik dan kepala keluarga juga lebih mengetahui sarana sanitasi rumah yang harus dipenuhi sesuai dengan syarat kesehatan. hubungan yang positif antara pendidikan keluarga dengan sanitasi rumah baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan pendidikan keluarga dengan sanitasi rumah secara tidak langsung berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Kepala keluarga yang memiliki pendidikan tinggi akan berperilaku hidup bersih dan sehat dengan lebih baik. Jenjang pendidikan kepala keluarga mempunyai peranan penting dalam kesehatan keluarga. Dengan adanya pendidikan tinggi yang dimiliki kepala keluarga diharapkan lebih mampu menerima dan memahami informasi terutama informasi mengenai permasalahan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Pendidikan merupakan faktor terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat namun secara teori yang dikemukakan oleh Blum dalam Roni et al (2013), bahwa perilaku juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. 69

70 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati (2013), Irawati dan Wahyuni (2011), yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Kepala keluarga yang memiliki pendidikan tinggi lebih mampu memahami pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga lebih dapat memelihara kesehatan anggota keluarga serta kesehatan lingkungannya. Namun hal tersebut akan berbeda dengan kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga lebih sulit menerima informasi serta sulit untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara pendidikan kepala keluarga dengan sanitasi rumah. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2015), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan rumah sehat. Kepala keluarga yang memiliki pendidikan tinggi akan mempunyai keinginan untuk memiliki rumah sehat dan lebih mempunyai pengetahuan tentang sanitasi rumah yang baik. Kepala keluarga yang memiliki pendidikan tinggi akan mudah menerima dan memahami informasi sehingga ilmu yang dimiliki lebih tinggi, namun sebaliknya kepala keluarga yang memiliki pendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam memahami informasi mengenai permasalahan kesehatan sehingga ilmu yang dimiliki lebih rendah dan berdampak pada kelangsungan hidupnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga maka akan semakin terbuka pikiran terhadap hal-hal baru dan bermanfaat bagi kesehatan (Rahmah, 2015). 2. Hubungan pendapatan keluarga dengan sanitasi rumah Pendapatan keluarga merupakan pendapatan yang diperoleh anggota keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Pendapatan tersebut dapat berupa uang maupun barang yang dibayar oleh perusahaan, kantor, ataupun majikan ( Badan Pusat Statistik, 2013). Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang dalam mengambil keputusan termasuk keputusan untuk memiliki sanitasi

71 rumah yang baik. Seseorang yang telah memiliki sejumlah pendapatan atau penghasilan tetap, umumnya ingin memiliki rumah dengan sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil analisis jalur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai hubungan langsung dan bersifat positif dengan sanitasi rumah, namun secara statistik tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardjono (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pendapatan keluarga dengan praktik pengelolaan air bersih pada ibu rumah tangga yang mempunyai balita. Hal ini kemungkinan karena pendapatan atau penghasilan yang diperoleh keluarga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil observasi dalam penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi dalam pengelolaan air bersih masih menggunakan peralatan yang sederhana untuk keperluan pengelolaan air bersih, seperti tempat penyimpanan air bersih masih menggunakan gentong, drum bekas dan sebagainya. Selain itu, hubungan yang tidak signifikan antara pendapatan keluarga dengan sanitasi rumah juga dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang dapat berhubungan dengan sanitasi rumah yaitu faktor sosial, budaya, perilaku, dan sebagainya, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Routray et al (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor sosial-budaya dan perilaku dengan ketersediaan sarana sanitasi jamban di daerah pedesaan Odisha. Namun, hasil analisis jalur dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung dan bersifat positif antara pendapatan keluarga dengan sanitasi rumah, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zainiyah et al (2013), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat ekonomi dengan kepemilikan jamban keluarga. Tingkat ekonomi suatu keluarga mempunyai kaitan erat dengan kepemilikan jamban keluarga. Dengan adanya pendapatan keluarga yang tinggi, besar kemungkinan keluarga tersebut membangun jamban sehat,

72 tetapi sebaliknya pendapatan yang rendah, kecil kemungkinan keluarga tersebut membangun jamban sehat. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2007), yang menunjukkan bahwa penghasilan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak memiliki dana untuk membangun kondisi rumah yang sehat, seperti pengadaan jamban sehat, tempat sampah, dan sarana sanitasi rumah lainnya. 3. Hubungan modal sosial dengan sanitasi rumah Modal sosial merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena modal sosial memungkinkan masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan kolektif dengan mudah, memudahkan masyarakat untuk saling membantu dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama (Putman, 2000). Modal sosial mempresentasikan seluruh hubungan antara individu, rasa memiliki antar masyarakat dan lingkungan sekitarnya (Fistola, 2011). hubungan positif antara modal sosial dengan sanitasi rumah, namun secara tidak langsung melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Norma dan nilai yang terbentuk dalam modal sosial dapat berpengaruh pada perilaku hidup bersih dan sehat seseorang. Dengan adanya norma yang telah dibuat dalam lingkungan masyarakat diharapkan dapat merubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Seseorang yang biasanya mempunyai kebiasaan buang air besar di tepi pantai, setelah dibuatnya norma tersebut diharapkan tidak lagi mempunyai kebiasaan buang air besar di tepi pantai ataupun di sembarangan tempat lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bisung et al (2014), yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh modal sosial yang berupa partisipasi masyarakat terhadap penanganan masalah sanitasi terutama dalam penanganan sarana air bersih. Penelitian yang dilakukan oleh Isunju et al (2011) juga menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di pedesaan yang hidup tanpa jaringan sosial dan mempunyai hubungan kekerabatan yang kurang baik sehingga mengakibatkan kurangnya rasa tanggung jawab penduduk dalam memelihara sanitasi di

73 lingkungan tempat tinggal mereka sehingga mengakibatkan rusaknya fasilitas sanitasi umum yang telah disediakan oleh pemerintah. Hal ini juga didukung oleh teori Putnam (2000), yang menjelaskan bahwa konsep modal sosial memberikan penekanan pada kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas kehidupan. Beberapa acuan nilai dan unsur yang merupakan ruh modal sosial yaitu sikap yang partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai, dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya partisipasi masyarakat dalam menangani permasalahan sanitasi, khususnya sarana sanitasi yang di lingkungan rumah masyarakat. Jika partisipasi masyarakat tinggi maka kemungkinan besar keadaan sanitasi rumah maupun lingkungan akan semakin baik. 4. Hubungan penyuluhan kesehatan dengan sanitasi rumah Penyuluhan kesehatan merupakan gabungan dari berbagai kegiatan pendidikan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok, atau masyarakat sehingga seseorang tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga ingin dan melakukan anjuran yang berkaitan dengan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009). Dalam hal ini, pesan kesehatan yang disampaikan mengenai sarana sanitasi rumah. Dengan adanya pesan-pesan kesehatan yang disampaikan tersebut, diharapkan setiap individu dapat bertambah pengetahuannya sehingga dapat merubah perilaku hidupnya menjadi lebih baik terutama perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat meningkatkan sarana sanitasi yang lebih memadai. hubungan yang positif antara penyuluhan kesehatan dengan sanitasi rumah baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan penyuluhan kesehatan dengan sanitasi rumah secara tidak langsung mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan hasil penelitian, penyuluhan kesehatan yang diperoleh anggota keluarga lebih banyak diperoleh melalui media elektronik seperti televisi daripada yang diperoleh dari media massa

74 dan media luar ruangan seperti papan reklame, spanduk, dan lainnya karena masih terbatasnya penyediaan media atau informasi tersebut di lingkungan masyarakat. Sedangkan penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh petugas kesehatan diperoleh anggota keluarga pada saat menghadiri penyuluhan kesehatan di puskesmas, posyandu, maupun di kantor kelurahan. Penyuluhan kesehatan yang disampaikan yaitu mengenai penyediaan sarana air bersih, penyediaan jamban sehat, pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tumiwa et al (2015), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penyuluhan kesehatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Penyampaian penyuluhan kesehatan yang baik, mudah dimengerti, tidak monoton yang disampaikan secara singkat, padat, dan jelas oleh petugas kesehatan mempunyai peluang 15 kali lebih besar bagi masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dibandingkan dengan masyarakat atau tatanan rumah tangga yang memiliki sarana dan prasarana sanitasi yang kurang memadai. 5. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan sanitasi rumah Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri untuk meningkatkan derajat kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Mubarak, 2012). Dalam hal ini, perilaku hidup bersih dan sehat mengenai penggunaan sarana sanitasi rumah yang memadai. hubungan yang positif antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan sanitasi rumah. Keluarga yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat akan mampu meningkatkan keadaan sanitasi rumah. Seseorang yang mempunyai perilaku baik tehadap penggunaan sarana sanitasi rumah maka sarana sanitasi tersebut dapat terpelihara dengan baik sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.

75 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darsana et al (2014), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan masyarakat buang air besar sembarangan dengan kepemilikan jamban keluarga. Kebiasaan itu timbul karena proses pengurangan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulangulang sehingga muncul suatu perilaku baru yang relatif menetap. Hasil penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Istiqomah (2015) menunjukkan bahwa warga yang tidak berperilaku hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan di sungai, di kebun, dan di halaman rumah karena sebagian besar warga tidak memiliki sarana sanitasi seperti tempat pembuangan sampah. Sampah padat rumah tangga yang bertumpuk di dasar sungai akan menjadikan sungai semakin dangkal dan dapat mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah yang dibuang sembarangan di halaman rumah dapat mengakibatkan lingkungan rumah menjadi kumuh dan dapat menjadi habitat vektor penyakit terutama penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare, DBD, dan ISPA akan meningkat jika masyarakat tidak berperilaku hidup bersih dan sehat. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain: 1. Pada pengukuran instrumen dengan kuesioner, dimungkinkan subjek penelitian mengalami kejenuhan dalam mengisi kuesioner karena banyaknya butir pertanyaan yang harus dijawab. 2. Pada pengukuran instrumen dengan lembar observasi, peneliti sedikit mengalami kesulitan mendapatkan izin responden untuk melakukan observasi langsung ke dalam rumah. 3. Peneliti tidak meneliti faktor-faktor lain, seperti faktor budaya, sosial, dan perilaku kesehatan lainnya karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan peneliti.