BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. modern yang memahami betul akan pentingnya kesehatan dalam. menunjang berbagai aktivitas dan penampilan (performance) mereka.

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tubuh memang memerlukan keseimbangan dalam kehidupan. Selain. keseimbangan fisik manusia juga memerlukan keseimbangan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

PERBANDINGAN KESEIMBANGAN ANTARA ANAK LAKI-LAKI USIA 7-10 TAHUN DAN TAHUN DENGAN CLINICAL TEST OF SENSORY INTERACTION AND BALANCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk perkembangan fisik- motoriknya (Endah, 2008). mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia terdiri dari bio, psiko, sosio, dan spiritual, dikatakan unik karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktivitasaktivitas tersebut. Banyak diluaran sana orang-orang yang masih kurang memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan terbatasnya waktu luang yang mereka miliki sehingga membuat mereka enggan untuk meluangkan waktu untuk berolahraga guna menjaga kebugaran tubuh mereka agar selalu fit dan bisa meminimalisir terjadinya sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih sehat perlu adanya kesadaran dari setiap individu untuk menanamkan pentingnya olahraga guna meningkatkan kesehatan. Semakin tinggi derajat masyarakat akan baik pula kualitas hidup manusia tersebut dan sebaliknya. Pada susunan rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan yang ditujukan pada Indonesia sehat dan paradigma sehat yang baru yaitu lebih menekankan pada upaya peningkatan ( promotif ) dan pencegahan ( preventif ) tanpa mengabaikan upaya penyembuhan ( kuratif ) danpemeliharaan ( rehabilitatif ) ( Depkes RI, 2009 ). 1

Salah satu faktor terciptanya hidup sehat yaitu dengan menjaga kebugaran jasmani tubuh, Dimana keadaan tubuh yang sehat mampu melakukan kerja sehari hari tanpa mudah lelah dan sakit yang berarti, dan masih memiliki sisa tenaga untuk menikmati waktu senggang bersama teman-teman dan keluarga atau kesenangan dan kegiatan tambahan yang mendadak (Djoko, 2004). Kebugaran jasmani masyarakat merupakan salah satu parameter bagi upaya untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran yaitu faktor internal berupa genetik, umur dan jenis kelamin sedangkan faktor yang bersifat eksternal berupa kegiatan fisik, kebiasaan merokok, lingkungan tempat tinggi rendah, kelembaban relative, serta suhu tubuh (Szurley, 2009). Unsur unsur kebugaran terdiri dari daya tahan (endurance), kekuatan (strength), tenaga ledak (power), kelincahan (agility), kelenturan (fleksibility), dan keseimbangan (balance). Diantara unsur unsur tersebut, penulis akan membahas lebih dalam mengenai keseimbangan (balance), dimana merupakan komponen yang paling penting dan mendasar dari aktivitas sehari hari. Latihan keseimbangan banyak diluaran sana program-program latihan yang ditawarkan untuk meningkatkan fungsi keseimbangan tubuh kita contohnya seperti latihan berdiri dengan satu kaki, lompat-lompat diatas trampoline, latihan diatas wooble board, latihan core stability guna meningkatkan kekuatan otot-otot trunk dan tungkai. Keseimbangan sangat berhubungan dengan system vestibular, dimana system vestibular merupakan system dalam tubuh yang 2

bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan postur dan orientasi tubuh dalam ruangan. System ini juga mengatur benda benda berada pada focus visual saat tubuh bergerak. Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Keseimbangan membutuhkan interaksi yang kompleks dari system musculoskeletal dan system persarafan. Keseimbangan yang diperlukan seseorang untuk mempertahankan posisi tetap adalah keseimbangan statis, sedangkan kemampuan tubuh menjaga keseimbangan saat melakukan gerakan atau aktifitas fungsional merupakan keseimbangan dinamis. Kemampuan untuk mempertahankan postur diatur dan dikontrol system yang kompleks yaitu oleh system visual, vestibular, dan somatosensoris. Perkembangan dari ketiga system ini terjadi pada usia yang berbeda, system somatosensoris yang lebih dahulu mencapai fungsinya, lalu diikuti oleh visual dan kemudian system vestibular. Dalam peranannya Fisioterapi dapat membantu dalam meningkatkan fungsi vestibular yaitu dengan cara memberikan latihan latihan yang berkaitan dengan berkesinambungan antara system informasi sensoris seperti visual, system vestibular, dan somatosensoris. Selain itu ada juga respon otot otot postural yang sinergis, kekuatan otot, dan lingkup gerak sendi yang mencangkup base of support dan center of gravity. 3

Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pelayanan fisioterapi harus tanggap pada proses dan perubahan pada tuntutan pelayanan kesehatan oleh masyarakat yang semakin meningkat. Menurut defenisinya Fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan yang menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dam mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (KEPMENKES 1363, 2008). Salah satu tehnik untuk meningkatkan fungsi vestibular maka dilakukan dua jenis latihan yaitupenambahan latihan core stability pada latihan trampoline. Latihan dengan menggunakan trampoline merupakan latihan untuk meningkatkan kemampuan seperti meningkatkan konsentrasi serta koordinasi dalam melompat, melatih keseimbangan, mengatur posisi tubuh serta antisipasi dari gerak lain. Latihan ini memberikan dampak positif dalam motor skills. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang paling dasar yaitu berdiri pada satu kaki diatas trampoline, setelah itu dapat disusul dengan variasi gerak lain seperti melompat diatas trampoline. Latihan dengan core stability merupakan suatu latihan yang menggunakan kemampuan dari lumbal spine dan pelvis dengan bantuan sendiri sesuai dengan alignment tubuh yang simetri. Core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan posisi dan gerakan porsi central pada tubuh. 4

Pengaruh latihan core stability dan trampoline terhadap peningkatan fungsi vestibular yaitu dengan latihan core stability dan trampoline memberikan efek meningkatkan fungsi proprioceptive pada stabilisator aktif sendi dan mengembangkan tonus antar otot akibat imbalance otot. Latihan core stability dan trampoline dapat meningkatkan fungsi proprioceptive. Dengan meningkatnya fungsi dari proprioceptive maka hal tersebut juga akan meningkatkan input sensoris yang akan diproses diotak sebagai centralprocessing. Selanjutnya, otak akan meneruskan impuls tersebut ke effektor agar tubuh mampu menciptakan keseimbangan yang baik ketika bergerak ataupun keadaan diam. Alasan mengapa penulis mengambil hal tersebut karena keseimbangan merupakan salah satu bagian atau hal yang paling dasar dan penting dalam beraktifitas dimana setiap seseorang memerlukan keseimbangan dalam mempertahankan posisi tubuhnya dalam berdiri bergerak atau beraktifitas. Tidak hanya untuk orang sehat bahkan orang yang sakit sekalipun hal utama yang harus diperhatikan yaitu menjaga serta melatih fungsi keseimbangan tubuhnya agar berfungsi secara baik. Keseimbangan itu tidak hanya dalam keadaan static, dalam keadaan dynamic pun hal dasar yang harus dimiliki pada saat beraktifitas yaitu keseimbangan yang baik dari tubuh. Jika adanya penurunan fungsi keseimbangan maka akan menyebabkan menurunnya control postur, menurunnya alignment tubuh, monitoring kepala, control reflek gerak mata serta dalam mengarahkan 5

gerakan. Oleh karena itu penulis mengambil fungsi dari system vestibular, yang mana sangat erat kaitannya dengan keseimbangan. Untuk tercapainya suatu keseimbangan yang baik butuh interaksi dan integrasi yang cukup kuat antara system sensorik, serta musculoskeletal yang dimodifikasi dan diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan ekternal. Maka jika dilakukan suatu pengukuran keseimbangan dengan fukuda steping test dan ditemukan adanya penurunan fungsi keseimbangan maka disini penulis memberikan 2 jenis latihan keseimbangan dengan penambahan latihan core stability pada latihan trampoline. Latihan ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi system vestibular. Karena dengan meningkatkan fleksibilitas otot, koordinasi gerak dan sendi, meningkatkan fungsi visual serta lingkup gerak sendi dapat terjadi suatu integritas antara system sensoris, central processing dan system motorik. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk mengangkat topik diatas dalam bentuk penelitian dan memaparkan dengan skripsi yang berjudul Penambahan latihan core stability pada latihan trampoline lebih baik terhadap peningkatan fungsi vestibular. B. Identifikasi Masalah Dalam menentukan adanya suatu peningkatan fungsi vestibular, maka diperlukan adanya suatu analisa dan sintesa yang benar dan tepat dalam mengumpulkan suatu data. System vestibular merupakan system didalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan, postur dan orientasi 6

tubuh dalam ruangan. Sistem ini juga mengatur gerakan dan menjaga benda-benda berada pada fokus visual saat tubuh bergerak.dimana system keseimbangan ini membutuhkan kerjasama dari sistem sensoris perifer, system saraf pusat dan system efektor dan memerlukan interaksi yang kompleks dari system sensoris yang terdiri atas vestibular, visual, somatosensoris termasuk didalamnya proprioceptor dan system motoris yang terdiri atas otot, sendi, dan jaringan lunak lain. Faktor faktor yang mempengaruhi keseimbangan diantaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, serta aktivitas fisik. Masalah yang terjadi dengan adanya penurunan fungsi vestibular yaitu adanya ketidakseimbangan tubuh saat beraktivitas karena penurunan fungsi labyrinth, adanya imbalance otot serta fleksibilitas otot. Untuk menilai adanya penurunan fungsi vestibular maka dapat dilakukan pengukuran dengan metode fukuda steping tes. Dimana metode fukuda steping test ini dapat dijadikan sebagai ukuran adanya asimetris labirynthine atau penurunan fungsi keseimbangan. Pada penelitian ini dilakukan latihan untuk meningkatkan fungsi vestibular dengan membandingkan perbedaan efek dari dua jenis latihan keseimbangan yang berbeda yaitu antara latihan keseimbangan menggunakan trampoline dengan latihan keseimbangan menggunakan trampoline dan core stability. Latihan dengan menggunakan trampoline merupakan latihan untuk meningkatkan kemampuan seperti meningkatkan konsentrasi serta koordinasi dalam melompat, melatih keseimbangan, mengatur posisi tubuh 7

serta antisipasi dari gerak lain. Latihan ini memberikan dampak positif dalam motor skills. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam gerakan seperti melompat diatas trampoline. Latihan keseimbangan lainnnya sama dengan menggunakan trampoline namun ada tambahan dengan core stability exercise merupakan suatu latihan yang menggunakan kemampuan dari lumbal spine dan pelvis dengan bantuan sendiri sesuai dengan alignment tubuh yang simetri. Core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan posisi dan gerakan porsi central pada tubuh. Sehingga yang nantinya akan kita lihat apakah ada pengaruh pemberian latihan keseimbangan menggunakan trampoline terhadap peningkatan vestibular, apakah ada pengaruh pemberian latihan keseimbangan menggunakan trampoline dan core stability terhadap peningkatan vestibular serta apakah ada perbedaan pengaruh diantara kedua perlakuan tersebut. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah latihan trampoline meningkatkan fungsi vestibular? 2. Apakah latihan trampoline dan core stability meningkatkan fungsi vestibular? 3. Apakah latihan trampoline dan core stabilitylebih baik dari pada latihan trampoline saja untuk meningkatkan fungsi vestibular? 8

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum.Untuk mengidentifikasi latihan trampoline dan core stability lebih baik dari pada latihan trampoline saja untuk meningkatkan fungsi vestibular. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi latihan trampoline meningkatkan fungsi vestibular.. b. Untuk mengidentifikasi latihan trampoline dan core stability meningkatkan fungsi vestibular. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Untuk mengetahui dan memahami manfaat latihan keseimbangan menggunakan trampoline dan core stabilityterhadap peningkatan fungsi vestibular. b. Untuk membuktikan perbedaan pengaruh pemberian latihan keseimbangan menggunakan trampoline dengan latihan keseimbangan menggunakan core stabilitydan trampoline terhadap peningkatan fungsi vestibular. 2. Bagi Fisioterapi a. Memberikan bukti empiris dan teori tentang keseimbangan dan penanganan yang berpengaruh terhadap peningkatan fungsi keseimbangan sehingga dapat diterapkan dalam praktek klinis. 9

b. Menjadi dasar penelitian dan pengembangan ilmu fisioterapi di masa yang akan datang. 3. Bagi Masyarakat Sebagai sarana edukasi dan informasi serta agar menyadari pentingnya fungsi system vestibular atau keseimbangan dalam melakukan segala hal atau aktivitas dan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat. 10