BAB III PERKARA WEWENANG MODIN DESA DALAM PROSEDUR PENCATATAN PERKAWINAN DI DESA KEBALANDONO KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENERAPAN SIMKAH ONLINE DI KUA KOTA SURABAYA DALAM PERSPEKTIF PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar

BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN

BAB III PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 477 TAHUN 2004 TENTANG PENCATATAN NIKAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN DALAM MASA IDDAH. A. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Karangpilang Kota Surabaya

agar terjaminnya administrasi setiap warga negara.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI. 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, yang

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dalam melaksanakan penelitian, mengetahui kondisi yang akan diteliti

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN RAMBAH DAN KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN RAMBAH

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

BAB III KUA KECAMATAN SUKODONO

BAB III SANKSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

P U T U S A N. Nomor : 185/Pdt.G/2012/PA.Blu BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PERKAWINAN DAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ADOPSI DI KUA KEC. PRAJURIT KULON KOTA MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

BAB III PERKAWINAN DI BAWAH ANCAMAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

P U T U S A N. Nomor : 0906/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

P U T U S A N Nomor 34/Pdt.G/2011/PTA. Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB III DESKRIPSI TENTANG PERKAWINAN DI MASA IDDAH DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU

BAB IV PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PONDOK SUGUH KABAPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BAB III PERKAWINAN SUAMI DALAM MASA IDDAH ISTERI. Di KUA KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI

BAB II KONDISI OBJEKTIF KELURAHAN GELAM DAN MAJLIS TA LIM MIFTAHUL JANNAH

SALINAN P U T U S A N Nomor : 0144/Pdt.G/2012/PA.Skh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENCATATAN NIKAH, TALAK DAN RUJUK MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1/1974 DAN PP. NO. 9/1975. Yasin. Abstrak

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KEC. SAWAHAN KOTA SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN DI KUA KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK

P U T U S A N. Nomor 019/Pdt.G/2013/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PRAKTIK PERNIKAHAN DENGAN MENGGUNAKAN WALI HAKIM KARENA ORANG TUA DI LUAR NEGERI DI DESA DAMPUL TIMUR KECAMATAN JRENGIK KABUPATEN SAMPANG

P U T U S A N SALINAN

P U T U S A N. Nomor: 046/Pdt.G/2012/PA.Blu BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN (ITSBAT NIKAH) BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI LUAR NEGERI. Drs. H. Masrum M Noor, MH.

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. P U T U S A N Nomor :004/Pdt.G/2011/PA.Blu

BAB III PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI OLEH PARA PIHAK

PUTUSAN Nomor: 188/Pdt.G/2010/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR : 54/Pdt.G/2011/PA.Pts DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 689/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB III DESKRIPSI UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA NIKAH DAN EFEKTIVITAS PENERAPANNYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

P U T U S A N Nomor : 099/Pdt.G/2012/PA.Blu BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

P U T U S A N. Nomor 012/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

P U T U S A N. Nomor 1965/Pdt.G/2013/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. atau maskawin. Nikah sirri artinya nikah secara rahasia atau dirahasiakan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

P U T U S A N. Nomor: 100/Pdt.G/2012/PA.Blu. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB III PENETAPAN DISPENSASI USIA NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

PUTUSAN Nomor : 201/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

PEDOMAN PRAKTIS BERPERKARA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

PUTUSAN Nomor: 195/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 110/Pdt.G/2012/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PRAKTEK SEWA-MENYEWA TANAH SAWAH DIJADIKAN TAMBAK DI DESA MOJOPUROGEDE KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK

PUTUSAN Nomor : 150/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P U T U S A N Nomor :0869/Pdt.G/2011/PA.Skh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor: 0041/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

SALINAN PUTUSAN Nomor 0008/Pdt.G/2016/PA.Pkp بسم ال الرحمن الرحيم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB III PERKARA WEWENANG MODIN DESA DALAM PROSEDUR PENCATATAN PERKAWINAN DI DESA KEBALANDONO KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Tentang Desa Kebalandono Desa Kebalandono merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan, sebuah daerah di bagian utara Jawa Timur. Desa Kebalandono ini adalah dataran yang sebagian wilayahnya terdiri dari persawahan dan pertambakan yang sekelilingnya ditempati penduduk desa Kebalandono, yang mayoritas bekerja sebagai petani. Selain itu, ada sebuah sungai besar yang melintang dari selatan ke utara yang menjadi sumber pengairan sawah dan ladang yang ada di sekitar sungai tersebut. Hal tersebut membuat desa ini masih asri dalam suasana pedesaan yang jauh dari kebisingan pusat kota yang penuh akan kendaraan dan kendaraan. Keadaan ini membuat penduduk desa Kebalandono lebih nyaman dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Sistem gotong-royong juga masih banyak di jumpai dalam aktifitas masyarakat desa ini. Misalnya ketika ada sebuah keluarga yang mengadakan hajatan atau terkena musibah, bisa dipastikan tetangga sekitar tidak akan tinggal diam hanya melihat atas musibah yang diterima oleh tetangganya. Mereka akan membantu tetangga tersebut sesuai kemampuan baik tenaga, barang, dan lain-lain sekirannya bisa membantu bagi mereka yang membutuhkan. 43

44 Desa ini berada di bagian barat Kabupaten Lamongan yang sudah perbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro. Meskipun demikian desa Kebalandono meiliki tempat yang setrategis dalam menjangkau tetangga kota misalnya kota Tuban dan Bojonegoro tersebut. Karena desa Kebalandono dilewati jalan utama jalur Pantura antar kota atau Provinsi, membuat masyarakat yang tinggal di kanan-kiri jalan tersebut memiliki peluang besar dalam memanfaatkan keramaian guna mencari penghasilan keluarga. Meskipun mayoritas penduduk desa ini berprofesi sebagai seorang petani. Berikut gambaran umum Desa Kebalandono: 1. Luas dan Batas Wilayah Desa Kebalandono terbagi menjadi tiga Dusun yang tersebar di masing-masing di Desa Kebalandono ini. Dusun tersebut meliputi : Dusun Ngablak yang berada di bagian Timur Desa, Dusun Balan di bagian Tengah Desa, dan Dusun Dono berada di wilayah Barat Desa. Semuanya berada di wilayah yang cukup luas mencapai 314,546 Ha. Dari semua luas wilayah Kebalandono wilayah Persawahan 199,784 Ha, Pertambakan (Perikanan) 60 Ha adalah penggunaan terluas daripada penggunaan lahan yang lain. Dan lahan terluas kedua sebagai sarana prasarana Desa mulai Jalan, Sungai, Bangunan dan lain-lain mencapai 196,616 Ha. 1 Dilihat dari batas luar wilayahnya Desa Kebalandono ini berbatasan dengan beberapa di sekelilingnya antara lain : di sebelah Timur ada Desa Moropelang Kecamatan Babat, di sebelah Barat Desa Gembong 1 Pemerintah Kabupaten Lamongan, Kebalandono, dalam http://www.lamongankab.go.id/portal/dokumen-publik-mainmenu-31/58-uncategorised/41- kebalandono.html, diakses pada 02 Juli 2017.

45 Kecamatan Babat, sebelah Selatan Desa Patihan Kecamatan Babat, dan sebelah Utara Kecamatan Sekaran. 2. Jarak dengan Pusat Pemerintahan Letak Desa Kebalandono yang di bagian Barat Kabupaten Lamongan ini tidak begitu jauh untuk menuju pusat pemerintahan yang ada di atasnya, meliputi pemerintah Kecamatan dan pemerintah Kabupaten. Untuk menuju Kecamatn harus menempuh jarak 8 Km dari Desa. Dengan menggunakan sepedah motor butuh waktu sekitar 10-20 Menit. Begitu pula saat menuju pusat ibukota Kabupaten Lamongan harus menempuh jarak 34 Km, jarak tersebut bisa ditempuh sekitar 40-50 Menit dari Desa Kebalandono. 3. Keadaan Penduduk di Desa Kebalandono a. Kondisi Pendidikan Jumlah penduduk Desa Kebalandono ini sesuai dengan sensus penduduk tahun 2016 pada usia 7-15 tahun yang masih menempuh pendidikan sebanyak 1113 orang. 2 Meskipun demikian ada beberapa anak dan remaja yang tidak pernah menginjak pendidikan formal ataupun putus sekolah. Hal ini karena adanya beberapa masyarakat yang kurang memperhatikan atas pentingnya sebuah pendidikan bagi para kaum muda, meskipun mereka dalam taraf hidup yang berkecukupan. Mereka juga dituntut untuk membantu keluarga dalam 2 Ibid.

46 mencukupi nafkah kebutuhan keluarga dengan bekerja di sawah ataupun tambak. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri dalam masa depan mendatang, sebab dengan pendidikan inilah membuat seorang bisa menjalankan prinsip kehidupan sosial yang dibutuhkan dalam masyarakat luas. Pendidikan ini modal sumber daya manusia dalam masa yang akan datang. Pendidikan ini melatih sesorang untuk lebih berpikir positif terhadap lingkungannya, serta sebagai bekal bagi mereka dalam menghadapi persaingan global. b. Dari segi keagamaan Desa Kebalandono ini tergolong Desa yang agamis meskipun tidak ada Pondok Pesantren di Desa tersebut. Sebab banyak dari penduduk Desa Kebalandono ini yang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren. Di masing-masing Dusun ada sebuah toko agama sebagai pusat keagamaan di lingkungan tersebut. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di Desa ini selalu berjalan dengan baik, baik dari kalangan ibu-ibu Muslimat maupun bapakbapak. Misalnya kegiatan mingguan yang selalu dilaksanakan di Masjid kampung selalu ramai dengan pengunjung (jama ah). Yakni kegiatan istighotsah dan pengajian umum yang diisi oleh para penceramah tokoh agama di sekitar Desa Kebalandono. Masjid-masjid ini sebagi pusat kegiatan keagamaan di Desa Kebalandono, Masjid tersebut adalah Masjid At-Taqwa yang berada di Tengah-tengah Desa

47 Kebalandono tepatnya di Dusun Ngablak. Selain itu masih ada Musholla-musholla yang digunakan kegiatan keagaman oleh ibu-ibu Muslimat. Selain itu pula ada kegiatan rutin tahunan yang biasanya diisi dengan sebuah pengajian umum guna memperingati hari besar Islam misalnya Maulid Nabi Saw, Isra Mi raj, dan lain-lain. Ini sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Desa Kebalandono. Meskipun demikian juga lumayan dari masyarakat yang acuh tak acuh terhadap agama mereka masyarakat yang kurang konsisten dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang yang beragama. Karena mereka masih sangat kurang dalam ilmu pengetahuan agama, salah satu diantaranya yang terkait dengan penelitian ini adalah tentang faktor minimnya pemahaman tentang prosedur pencatatan perkawinan di Desa Kebalandono. c. Keadaan Ekonomi Penduduk Desa Kebalandono. Dataran rendah yang menjadi wilayah Desa Kebalandono ini menjadi peluang para penduduk untuk melakukan cocok tanam dan perikanan sebagai usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu pula ada sebuah aliran sungai besar yang melintasi belahan Desa Kebalandono, membuat pengairan guna persawahan lumayan baik. Jadi mayoritas penduduk Desa Kebalandono berprofesi sebagai seorang petani. Meskipun demikian juga ada beberapa

48 penduduk Desa yang bekerja sebagai pegawai swasta, negeri sipil, dan lain-lain. Secara tidak langsung perekonomian Desa Kebalandono ini juga mempengaruhi atas pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak mereka, sebab pendidikan sekarang tidak membutuhkan biaya yang sedikit. Ada beberapa masyarakat lebih mementingkan anaknya ikut bekerja daripada menyekolahkan anaknya untuk mencari ilmu. Mereka masih belum sadar akan pendidikan anak-anak sekarang sebagai bekal masa depan yang baik. d. Keadaan Sosial Budaya Desa Kebalandono Sesuai dengan tempatnya Desa Kebalandono kental dengan budaya asli pulau Jawa. Hal ini bisa dilihat dari segi bahasa masyarakat Desa Kebalandono masih memandang tatakrama dengan siapa mereka bicara. Bisa menyesuaikan dengan lawan bicara, apabila berbicara dengan orang yang lebih tua penduduk masyarakat Desa Kebalandono masih kental dengan bahasa krama inggilnya. Selain itu pula sikap tolong-menolong antar masyarakat sangat terlihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak memandang siapa yang dibantu melainkan siapa saja yang membutuhkan mereka akan selalu siap untuk membantu tanpa pamrih. Hal ini bisa kita lihat dalam acara-acara Desa seperti kerja bhakti, pembangunan jalan, pembangunan Masjid, pembangunan jembatan, semuanya tenaga

49 sukarela dari masyarakat sekitar. Demi ikut serta membangun Desa menjadi lebih baik dan lebih nyaman dalam beraktifitas sehari-hari. B. Peran KUA Kecamatan Babat Terhadap Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Peran KUA di Kecamatan Babat tidak jauh beda dengan layaknya KUA yang lain. KUA disini berfungsi sebagai instansi Departemen Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten / kota dibidang urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan. 3 Kedudukan, tugas dan fungsi KUA mengacu pada Keputusan Menteri Agama No 517 tahun 2001 tentang Penataan Organisasi KUA. Kedudukan KUA diatur dalam Pasal 1 ( KUA Kecamatan berkedudukan di wilayah Kecamatan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten / kota yang dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama Islam atau Bimas dan Kelembagaan Agama Islam ). 4 Tugas KUA diatur dalam Pasal 2, yaitu: KUA mempunyai tugas menyelesaikan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kota dibidang Urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan. Fungsi KUA diatur dalam pasal 3, yaitu: Dalam melaksanakan tugas sebagian dimaksud dalam Pasal 2, KUA Kecamatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi. 3 Direktorat Jenderal Bimbingan Islam Kemetrian Agama Republik Indonesia, Pasal 1 ayat 1 PMA No. 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Perkawinan, 432. 4 Ibid., 418.

50 2. Menyelenggarakan surat menyurat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga KUA Kecamatan. 3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggara haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain melaksanakan tugas dalam hal pencatatan nikah dan rujuk, KUA Kecamatan Babat juga punya tugas mengurus dan membina bidang keislaman lainnya. Seperti masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah dan lain sebagainya. 5 Dengan demikian pelaksanaan pencatatan perkawinan di Desa Kebalandono tersebut juga tak lepas dari peran KUA Kecamatan Babat sebagai pejabat pencatat perkawinan dibawah naungan. Sesuai dengan tugas yang menjadi kewajiban untuk melayani masyarakat pihak KUA juga mengedepankan kenyamanan dan memberikan fasilitas sebaik mungkin. Berkaitan dengan wewenang prosedur pencatatan perkawinan di Desa Kebalandono Kecamatan Babat, M. Kholid (Kepala KUA Kecamatan Babat) menerangkan bahwa pihak KUA tidak mengetahui 5 Rofiq, Wawancara, Desa Kebalandono, 17 Juni 2017.

51 adanya praktik prosedur pencatatan perkawinan yang ditangani sepenuhnya serta meminta biaya administrasi yang dilakukan oleh pihak Modin Desa. Beliau juga menuturkan bahwa tak menutup kemungkinan adanya praktik seperti itu dikarenakan kebanyakan warga yang tidak mau repot untuk melakukan prosedur pencatatan perkawinannya, yang mungkin pihak Modin Desa meminta biaya administrasi sebagai imbalan jasanya. 6 C. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan Sesuai PMA No. 11 Tahun 2007 Prosedur pencatatan perkawinan yang dilakukan disetiap daerah di seluruh wilayah kesatuan negara Republik Indonesia harus memiliki dasar hukum yang sesuai dengan PMA No. 11 Tahun 2007. Adapun prosedur pendaftaran pencatatan perkawinan yang harus dilakukan oleh calon mempelai sesuai yang ditentukan oleh PMA No. 11 Tahun 2007 diantaranya: 1. Pemberitahuan kehendak menikah disampaikan kepada PPN, di wilayah kecamatan tempat tinggal calon isteri. 2. Pemberitahuan kehendak menikah dilakukan secara tertulis dengan mengisi formulir pemberitahuan dan dilengkapi persyaratan sebagai berikut: a. Surat keterangan untuk nikah dari kepala desa/lurah atau nama lainnya. 6 M. Kholid (Kepala KUA Kecamatan Babat). Lamongan, 9 agustus 2017.

52 b. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir, atau surat keterangan asal usul calon mempelai dari kepala desa/lurah atau nama lainnya. c. Persetujuan kedua calon mempelai. d. Surat keterangan tentang orang tua (ibu dan ayah) dari kepala desa/pejabat setingkat. e. Izin tertulis orang tua atau wali bagi calon mempelai yang belum mencapai usia 21 tahun. f. Izin dari pengadilan, dalam hal kedua orang tua atau walinya sebagaiamana dimaksud huruf e di atas tidak ada. g. Dispensasi dari pengadilan bagi suami yang belum mencapai umur 19 tahun dan bagi calon isteri yang belum mencapai umur 16 tahun. h. Surat izin dari atasannya/kesatuannya jika calon mempelai anggota TNI/POLRI. i. Putusan pengadilan berupa izin bagi suami yang hendak beristeri lebih dari seorang. j. Kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi mereka yang perceraiannya terjadi sebelum berlakunya undang-undang Nomor 7 tahun 1989tentang Peradilan Agama. k. Akta kematian atau surat keterangan kematian suami/isteri dibut oleh kepada desa/lurah atau pejabat setingkat bagi janda/duda. l. Izin menikah dari kedutaan/kantor perwakilan negara bagi warga negara asing.

53 3. Dalam hal kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j rusak, tidak terbaca atau hilang, maka harus diganti dengan duplikat yang dikeluarkan oleh Kepala KUA yang bersangkutan. 4. Dalam hal izin kawin sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf l berbahasa asing, harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerjemah Resmi. 7 D. Studi Kasus Prosedur Pencatatan Perkawinan di Desa Kebalandono 1. Studi Kasus Pertama Sebagaimana yang diketahui bahwa pentingnya sebuah perkawinan untuk dicatatkan agar mempunyai kekuatan hukum yang sah di mata negara. Begitu pula dengan Syamsiah dan Handoko merupakan calon pengantin yang ingin perkawinannya dicatatkan di KUA. Ketika Syamsitur Robi ah ini ingin menikah pada tahun 2015 silam maka ia harus memenuhi syarat untuk pendaftaran yang akan dilaksanakannya. Dengan menyerahkan berkas persyaratan yang dibutuhkan dan diserahkan kepada Modin Desa dan untuk selanjutnya ditangani sepenuhnya hingga prosesnya selesai. Di Desa Kebalandono ini memang sudah menjadi kebiasaan apabila ingin melakukan pendaftaran perkawinan berkas pendaftaran pencatatan perkawinan tersebut diserahkan 7 Pasal 5 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007.

54 kepada Modin Desa dan untuk selanjutnya Modin Desa yang melaksanakan pendaftaran pencatatan perkawinan di KUA. Setelah melakukan pendaftaran pencatatan perkawinan melalui Modin Desa Syamsia hanya perlu menunggu satu hari untuk kembali ke Modin Desa untuk menerima surat hasil pendaftaran pencatatan perkawinannya dari KUA. 8 2. Studi Kasus Kedua Sebagimana kasus diatas, di Desa Kebalandono ini sudah menjadi Kebiasaan atau suatu keharusan melakukan pendaftaran perkawinan melalui Modin Desa, untuk yang ini dilakukan oleh Rif atul Hanifah yang melaksanakan pernikahannya pada tanggal 1 Juli 2017. Dia juga ingin perkawinannya dicatatkan secara sah dimata hukum negara. Pendaftaran pencatatan perkawinan Rif atul Hanifah ini dilakukan oleh ayahnya yang bernama Kusnan, dengan membawa berkas persyaratan pendaftaran pencatatan perkawinan anaknya ke Modin Desa Kebalandono. Dengan biaya 600 ribu Rupiah yang dikarenakan pelaksanaan pencatatan perkawinan anaknya dilakukan dirumah dan dengan biaya tambahan 200 ribu Rupiah untuk transportasi dan kas desa. 9 Seperti kasus sebelumnya, pendaftaran pencatatan perkawinan Rif atul Hanifah ini mau tidak mau harus di tangani Modin Desa. Sampai hari selanjutnya kembali ke Modin Desa untuk menerima surat hasil pendaftaran pencatatan perkawinan dari KUA. Ini tidak sesuai dengan 8 Syamsiatur Robi ah, Wawancara, Desa Kebalandono, 20 Juni 2017. 9 Rif atul Hanifah, Wawancara, Desa Kebalandono, 26 Juni 2017.

55 Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 11 Tahun 2007 yang didalamnya tidak mengatur tentang prosedur pencatatan perkawinan di haruskan di tangani oleh Modin Desa.