BAB II IMPLEMENTASI FUNGSI PENGORGANISASIAN DAN KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH)

dokumen-dokumen yang mirip
No melaksanakan ibadah haji sesuai dengan tuntutan syariah dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan aman dan nyaman. Meskipun penyelenggaraan

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) DAN SISTEM AKREDITASI Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dua hal, yaitu rukun islam dan rukun iman. Rukun islam ada lima, dan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011

BAB IV ANALISIS PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BIMBINGAN PADA KELOMPOK

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*)

BAB 1 PENDAHULUAN. penutup rukun-rukun Islam. karena itu, bila ada orang Islam yang tergolong

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI JAMA AH HAJI TENTANG KUALITAS PELAYANAN DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

A. Analisis Penyelenggaraan Pelayanan Prima (Excellent Service) di. pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat khusus bagi calon tamutamu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan ibadah haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TRANSPORTASI JEMAAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENYELENGGARAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KEMENAG KABUPATEN SEMARANG DAN DI KBIH NU AL-NAHDHIYYAH SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

BAB II KONSEP DASAR MANAJEMEN STRATEGIK DAN KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) Pengertian Manajemen Strategik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

BAB IV ANALISIS PERAN PEMBIMBING DALAM OPTIMALISASI BIMBINGAN MANASIK HAJI PADA CALON JAMAAH HAJI DI KBIH ASSHODIQIYAH SEMARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BIAYA TRANSPORTASI JEMAAH HAJI KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 13 Tahun Dalam undang-undang ini disebutkan

BUPATI MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG FASILITASI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI JEMAAH HAJI

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN DAKWAH DI RUMAH SAKIT ISLAM PATI TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. oleh umat Islam yang memenuhi kriteria istitha ah, antara lain mampu

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Haji

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M

BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) NURUL HUDA Gambaran Umum Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN MENEJEMEN PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KBIH NAHDLOTUL ULAMA KAB. KUDUS

BAB VI PEMBAHASAN. Menurut UUD No. 17 tentang penyelenggaraan ibadah haji maka penekanan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG BIAYA DOMESTIK HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Haji adalah rukun Islam kelima yang pelaksanaannya hanya dapat

BAB II SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DAN IBADAH HAJI PLUS 2.1. SOP (STANDARD OPERATING PROCEDURE)

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN JEMAAH CALON HAJI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEPARA

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG ( PERSPEKTIF EXCELLENT SERVICE ) 1.1.

PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Salah satu bagian rukun Islam adalah haji. Haji adalah suatu ibadah

BAB V PENUTUP. pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan,

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KBIH YAYASAN ASSALAMAH KOTA PEKALONGAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1981 TENTANG PENYELENGGARAAN URUSAN HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk melaksanakannya. Perintah melaksanakan. Allah SWT yang ditentukan dalam Al-Qur`an yang berbunyi :

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1981 TENTANG PENYELENGGARAAN URUSAN HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V APLIKASI, FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

BAB II KBIH DAN STRATEGI PEMASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB II IMPLEMENTASI FUNGSI PENGORGANISASIAN DAN KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) A. Implementasi Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pelaksanaan, penerapan. Yang dimaksud pelaksanaan ataupun penerapan adalah sebuah penerapan program-program kerja yang telah disepakati sesuai dengan tujuan untuk menjalankan pekerjaan dengan tertib. B. Fungsi Pengorganisasian. 1. Pengertian Pengorganisasian Pengorganisasian (organizing) mengorganisis- adalah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer, yang mempunyai kekuasaan, yang perlu untuk mengawasi anggota-anggota kelompok (George dan Leslie, 2005: 82). Pengorganisasian adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif diantara mereka, pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bekerja secara efesien. Pengorganisasian didefinisikan sebagai sesuatu pekerjaan membagi tugas, mendelegasian otoritas dan menetapkan aktivitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki 19

20 organisasi. Oleh karena itu, dalam pengorganisasian diperlukan tahap sebagai berikut: a. Mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapai. b. Deskripsi pekerjaan yang harus dioperasikan dalam aktivitas tertentu. c. Klasifikasi aktivitas dalam kesatuan yang praktis d. Memberikan rumusan yang realistis mengenai kewajiban yang hendak diselesaikan mulai dari sarana dan prasarana fisik, serta lingkungan yang diperlukan untuk setiap aktivitas atau kesatuan aktivitas yang hendak dioperasikan. e. Penunjukan sumber daya manusia sesuai keahlian bidangnya. f. Mendelegasian otoritas apabila dianggap perlu bawahan yang ditunjuk (Siswanto, 2005: 75-76). Untuk memperlancar prosesnya manajemen khususnya pengorganisasian, SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek ataupun konsep yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu: a. Strength (Kekuatan) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnisnya, karena kekuatan merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi itu sendiri. Dapat berupa: a) Kemampuan modal

21 b) Bangunan c) Sumber daya yang dimiliki d) Reputasi organisasi e) Lembaga atau perusahaan b. Weakness (Kelemahan) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, karena kelemahan merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, dapat berupa: a) Masalah yang dihadapi b) Ketergantungan c) Kekurangan sumber daya dan seterusnya c. Opportunities (Peluang) Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang terjadi, kondisi terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri. Misalnya kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar, dapat berupa: a) Kecenderungan masa depan b) Sesuatu lembaga lain tidak dapat melakukan tetapi kita bisa lakukan yang bisa disebut berpeluang untuk merebut pasar, hubungan baik dengan pihak luar c) Kesempatan pemerintah dalam bentuk aturan perundangundangan dan sebagainya.

22 d. Threats (ancaman) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi itu sendiri dapat berupa: a) Kurangya minat seseorang terhadap institusi b) Lembaga yang seseorang pimpinan atau terhadap hasil produksi suatu usaha, pemotong-pemotong, kompetisi yang mencekam, serta pengaruh budaya asing yang tak terelakan (Arsyad, 2003: 27-28). Dari sini akan digabungkan/disatukan untuk membandingkan satu dengan yang lainnya. Jika ada pokok permasalahan maka akan dicari solusinya, hasil dari SWOT yang berupa arahan ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari ancaman (Silsilahi, 1996: 55). 2. Unsur-unsur pengorganisasian Ada empat komponen dari pengorganisasian antara lain: a. Pekerjaan Fungsi-fungsi yang akan dijalankan berasal dari tujuan yang dinyatakan itu. Mereka merupakan landasan bagi organisasi, fungsifungsi itu dipisahkan dalam sub fungsi sub fungsi dan seterusnya dalam sub-sub fungsi. Hal ini dilakukan karena: a) Pekerjaan pekerjaan di kalangan sebuah kelompok menghendaki, bahwa pekerjaan harus dibagi-bagi

23 b) Spesialisasi pekerjaan mengharuskan satuan-satuan tugas yang kecil-kecil. b. Pegawai-pegawai Kepada setiap orang ditugaskan suatu bagian khusus dari pekerjaan keseluruhannya. Lebih disukai kalu penugasan itu akan memberikan pengakuan sepenuhnya kepada perhatian pegawai itu, perilakunya, pengalamanya dan kecakapannya. Pengakuan disini diartikan vital dalam mengorganisir. c. Hubungan-hubungan Ini merupakan kepentingan utama dalam pengorganisasian. Hubungan seorang pegawai dengan pekerjaan, interaksi seorang pegawai dengan yang lainnya dan dari dari unit satu dengan yang lainnya merupakan isu-isu yang menentukan pengorganisasian. d. Lingkungan Komponen terakhir dari pengorganisasian mencakup alat-alat fisik dan iklim umum, dalam mana para pegawai akan melaksanakan pekerjaan. Lokasi, peralatan, meja-meja, formulir, penerangan, semangat umum, dan sikap-sikap (George, 2005: 86-87). C. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). 1. Deskripsi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Ibadah haji berarti menunaikan rukun Islam yang kelima dengan cara pergi ke Makkah untuk ziarah ke Baitullah. Munculnya KBIH di kota Semarang berawal dari hanya sebatas pengajian-pengajian rutin baik

24 itu sifatnya keliling atau yang berada di pondok pesantren. Kemudian karena memang masyarakat merasa mereka sangat minim kaitannya dengan masalah perhajian. Baik itu yang berkaitan dengan masalah persiapan, masalah pemberangkatan, masalah pada saat sudah sampai di Tanah Suci, dan terlebih masalah pelaksanaan haji (manasik). Maka dari itu, akhirnya mereka (masyarakat) meminta para kyai atau guru untuk bisa memberikan penjelasan, pembelajaran, dan pendampingan pada saat sebelum berangkat haji sampai pada saat pelaksanaan haji di Tanah Suci. Pada dasarnya KBIH untuk membantu bimbingan jamaah haji di Tanah Air (Depag RI, 1998: 31). KBIH adalah lembaga yayasan sosial Islam yang bergerak dibidang manasik haji terhadap calon jamaah haji baik selama pembekalan di Tanah Air maupun pada saat ibadah haji di Arab Saudi. Dengan kebijakan pemerintah, lahirlah yang dinamakan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji sebagai lembaga sosial keagamaan (non pemerintah) yang merupakan sebuah lembaga yang telah memiliki legalitas pembimbingan melalui Undang-Undang Departemen Agama dan Subdit Bina KBIH pada Direktorat Pembinaan Haji, yang diatur berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 371 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, yang memposisikan KBIH sebagai badan resmi di luar pemerintah dalam pembimbingan. Selain itu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) merupakan mitra kerja pemerintah, dalam hal ini adalah Departemen Agama untuk

25 membimbing jamaah haji sebagai salah satu pihak penyelenggara ibadah haji, KBIH diharapkan mampu memberikan pembinaan, pelayanan, serta perlindungan yang sebaik-baaiknyak kepada calon jamaah haji dan jamaah haji. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan cara menyempurnakan sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji yakni dengan cara meningkatkan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jamaah haji (http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id =jtptiain-gdl-adninmufat-4293. Ahad, 20-03-2016 22:24). KBIH adalah lembaga sosial keagamaan (non pemerintah) merupakan sebuah lembaga yang telah memiliki legalitas pembimbing melalui undang-undang dan lebih diperjelas melalui sebuah wadah khusus dalam struktur baru Departemen Agama dengan Subdit Biro KBIH pada direktorat pembinaan haji (Buku Panduan Pembinaan KBIH, 2001: 1). KBIH merupakan partner pemerintah dalam pelayanan ibadah. Sebagaimana Keputusan Dirjen Bimas Islam dan penyelenggaraan Haji No. D/348 tahun 2003 pasal 17 ayat 2 bahwa KBIH hanya melaksanakan bimbingan ibadah haji dan bukan sebagai penyelenggara haji. Dengan demikian KBIH tidak melaksanakan pendaftaran jamaah dan pengaturan kloter serta pemondokan di Arab tidak boleh mengambil living cost (Depag Jateng, 2006: 4). Adapun dasar hukum KBIH antara lain:

26 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 17 tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Haji. 2. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 224 tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. 3. Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/296 tahun 1999, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah(http://pengertianpengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-kbih-menurutahli.html. 29/03/2016. 23:00). 2. Tugas Pokok Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Adapun tugas-tugas KBIH yaitu sesuai dengan hak calon jamaah haji dan jamaah haji antara lain: a. Menyelenggarakan/melaksanakan bimbingan haji tambahan di Tanah Air maupun sebagian bimbingan pembekalan. b. Menyelenggarakan/melaksanakan bimbingan lapangan di Arab Saudi c. Melaksanakan pelayanan konsultasi informasi dan penyelesaian kasus-kasus ibadah bagi jamaahnya di Tanah Air maupun Arab Saudi d. Menumbuh kembangkan rasa percaya diri dalam penguasaan manasik keabsahan dan kesempurnaan ibadah haji bagi jamaah yang dibimbingnya.

27 Dan fungsi KBIH dalam pembimbing meliputi : 1. Penyelenggaraan atau pelaksanaan bimbingan ibadah haji tambahan di Tanah Air sebagai bimbingan pembekalan. 2. Penyelenggaraan atau pelaksanaan bimbingan lapangan di Arab Saudi. 3. Pelayan, konsultan dan sumber informasi perhajian. 4. Motivator bagi anggota jamaahnya terutama dalam hal-hal penguasaan ilmu manasik keabsahan dan kesempurnaan ibadah (http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertiankbih-menurut-ahli.html. 29/03/2016. 23:05). 3. Implementasi fungsi pengorganisasian dalam ibadah haji Implementasi fungsi pengorganisasian dalam ibadah haji adalah manajemen terhadap komponen-komponen atau unsur-unsur yang melaksanakan ibadah haji itu sendiri. Terdapat tiga komponen pokok pelaksanaan ibadah haji yang harus dikelola dengan baik dalam rangka peningkatan mutu pelaksanaaan ibadah haji yaitu: A. Pelayanan Pelayanan adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen (yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud dan juga tidak dapat dimiliki. Pelayanan juga diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instasi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dalam bentuk

28 barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kata kunci dari pelayanan ibadah haji adalah aksesibilitas. Oleh karena itu tujuan dari penyusunan STTP (Skema Tindakan Peningkatan Pelayanan) ini adalah merancang rangkaian (paket) kegiatan guna meningkatan aksebilitas kepada pelayanan ibadah haji. Kriteria penyelenggaraan pelayanan ibadah haji yang baik harus memegang prinsip antara lain: kesederhanaan dan kejelasan, kepastian dan ketepatan, akurasi dan tidak diskriminatif, bertanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kejujuran dan kecermatan, keamanan dan kenyamanan, kedisiplinaan, kesopanan dan keramahan. Pelayanan dalam penyelenggaraan ibadah haji meliputi kegiatan di Tanah Air hingga tiba di Tanah Suci dan pemulangan ke Tanah Air lagi. Mulai dari pengaturan kuota, pendaftaran, pelunasan, penyelesaian administrasi dan dokumen, bimbingan dan manasik, penyiapan petugas, pengelompokan dan penyediaan angkutan, akomodasi di embarkasi, operasional pemberangkatan, pelaksanaan ibadah haji dan pemulangan. Adapun dalam pelayanan ibadah haji meliputi: 1) Pendaftaran 2) Katering 3) Kesehatan

29 4) Transportasi Darat dan Udara 5) Pemondokan (choliq, 2011: 39-43). B. Pembinaan Pembinanaan kepada jamaah haji bertujuan untuk mewujudkan kemandirian jamaah haji, baik dalam ibadah maupun perjalanan haji.dalam manajemen pembinaan terdapat dua komponen pokok yaitu: a. Pembimbing Keberhasilan manajemen pelaksanaan ibadah haji khususnya pada fungsi pengorganisasian sangat ditentukan oleh keberhasilan oleh pimpinannya dalam mengelola tenaga pembimbing dan Pembina yang tersedia di lembaga bimbingan haji. Tenaga pembimbing ibadah haji adalah mereka yang mengarahkan jamaah haji tentang apa yang harus dipersiapkan dan dilakukannya. Bagi pembimbing ibadah haji hendaknya mempunyai dan melaksanakan 6 prinsip utama, yaitu: 1) Prinsip efektifitas Secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Prinsip efektifitas bagi pembimbing ibadah haji adalah ketika ia mengajar, menuntun dan membimbing calon jamaah harus setidaknya ada kesimbangan antara teori dan pelaksanaan praktek ibadah

30 haji, idealnya memang 25 % teori dan 75% praktek langsung dilapangan. 2) Prinsip keautentikan dan keunikan. Dalam kegiatan pembinaan hendaknya disampaikan tentang keautentikan dan keunikan yang ada di Arab Saudi karena ada beberapa budaya yang tidak sama antara Indonesia dengan Arab. 3) Prinsip kreatifitas. Pembimbing adalah seorang pengajar. Seorang pengajar harus mempunyai kekreatifitas yang tinggi sehingga cara penyampaian materi kepada calon jamaah haji tidak menjenuhkan dan membosankan. 4) Prinsip etis. Prinsip etis sama halnya dengan akhlak. Pembinaan dalam prinsip etis adalah berangkat dari ketulusan dan kebeningan hati. Hendaknya senyum menjaga kesopanan. 5) Prinsip logis. Banyak kejadian aneh yang terjadi di Tanah Suci, tetapi ketika mengajar, membina dan membimbing hendaknya pembimbing memberikan penjelasan yang logis, realitis dan masuk akal. 6) Prinsip kebenaran. Seorang pembimbing harus jujur.

31 b. Calon jamaah haji Calon jamaah haji perlu diatur atau di manage sehingga tujuan bersama akan tercapai dan terlaksana. Tujuan manajemen calon jamaah haji adalah untuk mengatur berbagai kegiatan agar penyelenggaraan, pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan lancar, tertib dan teratur. Agar bisa tercapai tujuan tersebut, hendaknya calon jamaah haji juga memiliki prinsip utama, yaitu: 1) Prinsip motivasi, segala perbuatan dan tindakan manusia sangat dipengaruhi oleh niat atau motivasi yang timbul dari dalam dirinya. 2) Prinsip Human relations yang berarti berkomunikasi persuasive seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kepuasan dari kedua pihak. Dengan prinsip adanya loyalitas, kegairahan pelaksanaan ibadah haji, adanya moral yang tinggi antar sesama (choliq, 2011: 44-57). C. Perlindungan Jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci harus dijamin perlindungannya. Perlindungan disini terkait tiga hal pokok, yaitu: 1. Kenyamanan Kenyamanan yang berartikan keadaan yang nyaman, kesegaran, dan kesejukan. Nyaman merupakan kunci pokok

32 dalam setiap keadaan. Nyaman ketika pendaftaran, pembinaan, pemberangkatan, tempat istirahat, makan dan minum, nyaman kelaparan, nyaman dari perampok dan penipuan. Panitia penyelenggara ibadah haji hanya mempersiapkan hal-hal yang lahir dapat menunjang kenyamanan jamaah haji, panitia harus semaksimal mungkin memberikan fasilitas yang dibutuhkan jamaah haji. 2. Kendaraan Kendaraan merupakan syarat utama menuju Tanah Suci, baik kendaraan darat maupun udara, jangan sampai ada jamaah yang terlantar atau telat karena tidak adanya kendaraan. 3. Kesehatan Sehat adalah syarat bagi setiap individu. Pemeriksaan dan pengontrolan dari dokter harus tetap dilakukan baik saat pemberangkatan, pelaksanaan dan kepulangan jamaah haji, team medis harus siap sedia untuk melayani jamaah haji, terutama yang sudah lanjut usia atau lansia (choliq, 2011: 57-58). 4. Prinsip-prinsip melayani jamaah haji Peningkatan kualitas sistem penyelenggaraan ibadah haji dilakukan setiap tahun dengan perbaikan dan penyempurnaan dari berbagai aspek secara terus menerus, diantaranya mencakup penyempurnaan, penyusunan, BPIH, persiapan operasional, pelayanan, pembinaan, perlindungan jamaah haji dan evaluasi.

33 Undang-undang Nomor 13 tahun 2008 mengamanatkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji sebagai pelayanan kepada publik harus berpedoman pada prinsip yang mengedepankan kemudahan, ketertiban, efisien, transparasi dan akuntabilitas. Prinsip tersebut perlu dukungan manajemen khususnya pengorganisasian dan SDM yang memadai. Kegiatan penyelenggaran ibadah haji melibatkan ribuan jamaah dan juga petugas, serta berhubungan dengan instasi terkait baik didalam maupun luar negeri. Berdasarkan Rakernas setiap tahun mengalami peningkatkan, penyelenggaran ibadah haji tahun 1429/2008 M. Tolok ukur kinerja penyelenggaraan ibadah haji adalah: a. Jamaah yang terdapat dan memenuhi syarat dapat diberangkatkan ke Arab Saudi b. Jamaah yang telah berada di Arab Saudi memperoleh akomodasi, catering dan transportasi serta melaksanakan wukuf di Arafah c. Seluruh jamaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dapat dipulangkan kembali ke Tanah Air (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2009: 152-153).