BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
Planning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki :

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB II TEORI DASAR. dimana : λ = jumlah panggilan yang datang (panggilan/jam) t h = waktu pendudukan rata-rata (jam/panggilan)

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

Universitas Kristen Maranatha

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN RADIO SELULER CDMA DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

Study Case: cdma2000 1x Network Planning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Transmisi KONSEP PERENCANAAN LINK RADIO DIGITAL

ANALISIS IMPLEMENTASI JARINGAN CDMA20001X EVDO REV-A DI KOTA MALANG

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

BAB III PERANCANGAN SIMULASI INTERFERENSI DVB-T/H TERHADAP SISTEM ANALOG PAL G

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

Journal of Informatics and Telecommunication Engineering

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

TEKNIK PERANCANGAN JARINGAN AKSES SELULER

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Kualitas Sistem dan Link Budget. Sistem Transmisi

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN. 2 METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat Analisis

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT PERBANDINGAN PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT DENGAN SIMULASI SOFTWARE DAN MANUAL

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL


BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

ANALIS PREDIKSI PENERIMAAN LEVEL SINYAL PADA DAERAH SUB URBAN TERHADAP UNJUK KERJA JARINGAN GSM

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

Radio dan Medan Elektromagnetik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERENCANAAN, ANALISA, DAN SIMULASI CDMA X EVDO REV.A

Bab 7. Penutup Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN

PERCOBAAN 1 PERENCANAAN SELULER

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN JARINGAN VSAT TDMA DI WILAYAH AREA JAYAPURA TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN SFN

Analisis BTS Initial Planning Jaringan Komunikasi Selular PT. Provider GSM di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

Analisis Penggunaan Frequency Band 400 MHz dan 700 MHz untuk Layanan Broadband PPDR di Indonesia

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan regulasi telekomunikasi, juga akan berhadapan dengan situasi pasar yang harus dipelajari dengan seksama untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Di bawah ini adalah 3 tugas besar yang harus dikerjakan seorang analis pasar. 1. Prediksi gross income (pendapatan kasar) Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meneliti gross income, diantaranya adalah penelitian populasi penduduk, rata-rata income, tipe-tipe bisnis yang berkembang, dan lain sebagainya. 2. Pengenalan kompetitor Salah satu cara untuk memastikan adanya peluang adalah mengetahui situasi kompetitor yang ada. Dalam hal ini bisa dilihat cakupan dari kompetitor, performansi sistem, dan jumlah pelanggan. 3. Keputusan cakupan geografis Keputusan cakupan geografis meliputi tentang daerah geografi yang dicakup sistem yang diinginkan serta jenis layanan yang cocok untuk daerah tersebut. Hal tersebut harus dijawab untuk kemudian diteruskan pada bagian teknik.

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 19 Gambar 3.1 Siklus Perencanaan Sistem Seluler 3.2 Tujuan Perencanaan Sistem Seluler Perencanaan jaringan dimulai dari alokasi lebar pita frekuensi yang diberikan pemerintah kepada suatu operator seluler. Alokasi lebar pita frekuensi inilah yang digunakan oleh operator untuk memberikan layanan komunikasi dengan kualitas komunikasi yang sebaik-baiknya dan untuk sebanyak-banyaknya user. Gambar 3.2 Tujuan Perencanaan Sistem Seluler

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 20 Adapun diagram alir perencanaan sel dapat diilustrasikan seperti Gambar 3.3 berikut. Gambar 3.3 Diagram Alir Perencanaan Sel 3.3 Kapasitas Jaringan ( Traffic Demand ) Analisis statistik pertumbuhan pelanggan diperlukan untuk estimasi jumlah pelanggan pada waktu-waktu mendatang. Ukuran sel yang kita rancang, harus mampu melayani sejumlah user yang diprediksikan pada suatu daerah (traffic demand). Traffic Demand selalu dihitung sampai beberapa tahun ke depan (5 tahun, 10 tahun, dan seterusnya ) untuk mengamankan investasi dan bergantung juga dari prospek bisnis serta efisiensi yang berkaitan dengan laju perkembangan teknologi. Umumnya untuk penentuan lokasi dan jaringan fixed kabel (jika ada) akan direncanakan untuk waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan jaringan perangkat radionya.

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 21 A TOT = Jumlah estimasi user x Traffic rata-rata per user (1) Kapasitas jaringan akan bergantung pada lebar pita (bandwidth) yang diberikan dan efisiensi spektral komunikasi yang bersangkutan yang akan diimplementasikan. Jumlah user yang bisa dilayani tiap sel untuk bandwidth tertentu yang dialokasikan dapat didefinisikan sebagai berikut. BW BW yangdialokasikan Jumlah user serentak / 1kanal RF N (2) K 1kanalRF Keterangan : N = Jumlah user yang bisa dilayani tiap sel BW yang dialokasikan =... BW 1 kanal RF =... 1 kanal RF =... K = Ukuran cluster 3.3.1 Jumlah Sel Jumlah sel yang dibutuhkan di suatu daerah bergantung pada traffic demand di daerah tersebut. Dalam hal ini semakin besar traffic demand akan semakin banyak sel yang dibutuhkan. Selain itu, jumlah sel juga bergantung pada kapasitas Erlang tiap sel dengan suatu hubungan sebagai berikut. TOT SEL (3) A A Keterangan : A TOT A SEL SEL = Jumlah traffic total di suatu wilayah = Kapasitas Erlang tiap sel (bergantung pada efisiensi spektral siskomber yang dimplementasikan)

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 22 3.3.2 Luas Sel Luas sel adalah luas daerah pelayanan dibagi dengan jumlah sel yang terhitung dari bagian sebelumnya. Luas daerah SEL LSEL (4) 3.3.3 Jari-Jari Sel Jari-jari sel dapat dihitung dari pengertian bahwa untuk sel heksagonal di ketahui hubungan sebagai berikut. LSEL R R 2 2,6 sehingga 2 L SEL (5) 2,6 Perencanaan daya yang kemudian akan dilakukan harus dapat menjangkau sejarak jari-jari sel tersebut dengan kualitas sinyal tertentu yang bergantung pada ambang batas yang disyaratkan. Untuk daerah dengan distribusi traffic non-uniform (kondisi umum), daerah pelayanan akan diklasifikasikan berdasarkan kepadatan user. Sehingga ukuran sel untuk masing-masing daerah klasifikasi tersebut akan berbeda. Gambar 3.4 Pemetaan Sel

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 23 3.4 Coverage Salah satu tujuan perencanaan jaringan komunikasi bergerak wireless adalah memberikan layanan komunikasi pada cakupan (coverage) yang sudah ditentukan. Cakupan yang ditentukan bergantung pada kapasitas yang hendak dicapai, seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnya. Pembahasan topik coverage akan dimulai dari pertanyaan tentang daya pancar yang diperlukan untuk menjangkau sisi terluar sel. Pertanyaan ini akan dijawab melalui perhitungan link budget. Perhitungan link budget mengharuskan seorang engineer untuk mengetahui berbagai redaman, loss, margin, serta gain-gain sepanjang lintasan daya untuk komunikasi uplink dan downlink. Secara prinsip, daya yang ada di penerima harus selalu lebih besar atau sama dengan level daya ambang yang telah disyaratkan. Gain antena Tx (db) Tx EIRP per traffic channel (dbm) max Tx power per traffic channel, Pt (dbm) Loss Propagasi (db) Loss kabel, konektor, dan combiner (db) Gain antena Rx (db) Loss kabel, konektor, dan filter (db) Fading Margin (db) Sensitivitas Receiver (dbm) Receiced Signal Power (dbm) Daya input ke receiver (dbm) C/No Spectral Noise Figure Noise power spectral density, No (dbm/hz) Efective noise power spectral density Gambar 3.5 Diagram Level

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 24 Adapun tugas engineer adalah merencanakan (1) berapa daya yang dipancarkan, (2) berapa margin yang diperlukan untuk mengakomodasikan terjadinya fading dan interferensi, dan (3) mengestimasi loss propagasi sejarak jari-jari sel. Perhitungan yang semakin akurat akan semakin baik disebabkan karena perhitungan link budget berkaitan dengan kelas-kelas daya dari perangkat sistem yang direncanakan. 3.5 Kualitas Jaringan Kualitas sistem seluler ditunjukkan oleh parameter BER (Bit Error Rate), availabilitas cakupan, dan probabilitas blocking. Desain pertama jaringan selular adalah berdasarkan traffic yang ingin dicapai, dalam hal ini mengacu pada probabilitas blocking. Untuk parameter kualitas berikutnya, BER akan berkorelasi dengan threshold, dan availability berkorelasi dengan margin fading yang diberikan. Pemilihan perangkat RF juga menempati posisi penting dalam hal memperbaiki kinerja sistem dengan jalan memperkecil Noise Figure perangkat RF. F S F 1 F 2 G 1 F 3 G1G 2 F 1 4 G1G2G 1 1 3 (6) 3.6 Perencanaan Sistem Seluler di Kabupaten Sidoarjo Untuk perancangan ini saya mengambil 3 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, yaitu : 1. Kecamatan Sidoarjo 2. Kecamatan Wonoayu 3. Kecamatan Krian

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 25 Gambar 3.6 Peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 26 Gambar 3.7 Diagram Alur Perencanaan Sel

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 27 Adapun peta geografis di Kecamatan Sidoarjo, Wonoayu, dan Krian adalah sebagai berikut. Gambar 3.8 Peta Geografis Kecamatan Sidoarjo, Wonoayu, dan Krian Data-data yang diketahui adalah sebagai berikut : Luas daerah = 65 km 2 BW alokasi BW RF = 10 MHz = 200 KHz Cluster = 3 Traffic per user = 30 me Jumlah user / kanal = 8 Jumlah kanal [(BW/200KHz) x (8/cluster)] = 133,33... = 133 ch GOS = 2% Dengan menggunakan Tabel Erlang B bisa diperoleh: A sel = 120,12 E Jumlah penduduk (3 kecamatan) = 404.724 jiwa (tahun 2012)

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 28 Tabel 3.1 Data Penduduk Berdasarkan Usia Usia Persentase Populasi 0 14 tahun 30% 15 55 tahun 53% > 55 tahun 17% Estimasi user = Persentase populasi usia 15-55 tahun x jumlah penduduk = 53% x 404.724 jiwa = 214.503 jiwa U 0 = 33% x 214.503 jiwa = 70.78599 jiwa Fp = 0,4% U 1 n n 0 F p U (7) Keterangan : U n U 0 n = Jumlah pelanggan seluler pada tahun prediksi (1, 2, dan 3 tahun) = Jumlah user saat perencanaan (total penduduk usia 15-55 tahun) = Jumlah tahun prediksi (1, 2, dan 3 tahun) F p = Faktor pertumbuhan pelanggan (0,4) Tahun Pertama U 1 n n 0 F p U = 70.78599 (1 + 0,4) 1 = 99.100 jiwa

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 29 Tahun Kedua U 1 n n 0 F p U = 70.78599 (1 + 0,4) 2 = 138.740 jiwa Tahun Ketiga U 1 n n 0 F p U = 70.78599 (1 + 0,4) 3 = 194.236 jiwa Tabel 3.2 Estimasi Jumlah Pelanggan Tahun ke- Tahun Prediksi Estimasi User Tersedia Pelanggan (jiwa) Handset (jiwa) 0 2012 70.785 0% 0 1 2013 99.100 5% 4.955 2 2014 138.740 15% 20.811 3 2015 194.236 33% 64.097 Berikut ilustrasi untuk pemetaan wilayah. Gambar 3.9 Pemetaan Wilayah

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 Tabel 3.3 Data Daerah Pendefinisian Wilayah Daerah Jenis Wilayah Definisi Area Luas Wilayah Persebaran Penduduk 1 Urban Perumahan, rumah, pasar, perkantoran, mall, 21 km 2 32% sekolah, rumah sakit 2 Open Area Persawahan 8 km 2 8% 3 Sub-Urban 1 Rumah, sekolah, pasar, mini market 7 km 2 24% 4 Rural Rumah, pasar, sekolah 18 km 2 16% 5 Sub-Urban 2 Rumah, sekolah, pasar, mini market 11 km 2 20% Perancangan ini akan dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi, antara lain : 1. Hanya usia 15-55 tahun yang memiliki handset. Selain itu dianggap belum terdapat traffic komunikasi seluler di Kabupaten Sidoarjo 2. Market Distribusion pada daerah perancangan adalah sebagai berikut : Urban : 32 % Open Area : 8 % Sub Urban 1 : 24 % Rural : 16 % Sub Urban 2 : 20 %

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 31 Tabel 3.4 Jumlah Pelanggan di Setiap Daerah Tahun Jumlah Pelanggan Ke-3 I II III IV V % 32 % 8 % 24 % 16 % 20 % Jumlah 20.511 5.127 15.383 10.255 12.819 a. Daerah I (Urban Area) Daerah urban (daerah I) meliputi perumahan, rumah, pasar, perkantoran, mall, sekolah, dan rumah sakit. Dari data pada daerah I diperoleh : Jumlah user = 20.511 Luas daerah = 21 km 2 Kepadatan = 20.511/ 21 = 976 user/km 2 b. Daerah II (Open Area) Daerah open (daerah II) meliputi persawahan. Dari data pada daerah II diperoleh : Jumlah user = 5.127 Luas daerah = 8 km 2 Kepadatan = 5.127/ 8 = 640 user/km 2 c. Daerah III (Sub-Urban 1) Daerah sub-urban 1 (daerah III) meliputi perkantoran, rumah, dan sekolah. Dari data pada daerah III diperoleh : Jumlah user = 15.383 Luas daerah = 7 km 2 Kepadatan = 15.383/ 7 = 2197 user/km 2 d. Daerah IV (Rural Area) Daerah rural (daerah IV) meliputi rumah, pasar, dan sekolah. Dari data pada daerah IV diperoleh : Jumlah user = 10.255 Luas daerah = 18 km 2

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 32 Kepadatan = 10.255/ 18 = 569 user/km 2 e. Daerah V (Sub-Urban 2) Daerah sub-urban 2 (daerah V) meliputi perkantoran, rumah, dan sekolah. Dari data pada daerah V diperoleh : Jumlah user = 12.819 Luas daerah = 11 km 2 Kepadatan = 12.819/ 11 = 1165 user/km 2 Cell Dimensioning Jumlah sel yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. SEL A A TOT SEL Sedangkan luas cakupan sel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. LSEL Luas daerah SEL (8) (9) dan ATOT Jumlah estimasi user Traffic rata rata per user (10) Perhitungan dimensi sel tiap daerah adalah sebagai berikut. a. Daerah I (Urban Area) Jumlah sel yang dibutuhkan di daerah I dengan menggunakan satu frekuensi carrier adalah : A TOT = 20.511 x 30 me = 615.330 Jumlah sel = 615.330/120.12 = 5.122 setara dengan 6 sel L SEL = 4.2 Km 2 Dengan radius tiap sel ( ( luas sel/2,6) ) sekitar 1.27 km

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 33 b. Daerah II (Open Area) Jumlah sel yang dibutuhkan di daerah II dengan menggunakan satu frekuensi carrier adalah : A TOT Jumlah sel = 5.127 x 30 me = 153.81 = 153.81/120.12 = 1.28 setara dengan 2 sel L SEL = 8 Km 2 Dengan radius tiap sel ( ( luas sel/2,6) ) sekitar 1.75 km c. Daerah III (Sub-Urban 1) Jumlah sel yang dibutuhkan di daerah III dengan menggunakan satu frekuensi carrier adalah : A TOT Jumlah sel = 15.383 x 30 me = 461.49 = 461.49/120.12 = 3.84 setara dengan 4 sel L SEL = 1.75 Km 2 Dengan radius tiap sel ( ( luas sel/2,6) ) sekitar 0.82 km d. Daerah IV (Rural Area) Jumlah sel yang dibutuhkan di daerah IV dengan menggunakan satu frekuensi carrier adalah : A TOT Jumlah sel = 10.255 x 30 me = 307.65 = 307.65/120.12 = 2.56 setara dengan 3 sel L SEL = 9 Km 2 Dengan radius tiap sel ( ( luas sel/2,6) ) sekitar 1.86 km e. Daerah V (Sub-Urban 2) Jumlah sel yang dibutuhkan di daerah V dengan menggunakan satu frekuensi carrier adalah : A TOT = 12.819 x 30 me = 384.57

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 34 Jumlah sel = 384.57/120.12 = 3,20 setara dengan 4 sel L SEL = 3.6 Km 2 Dengan radius tiap sel ( ( luas sel/2,6) ) sekitar 1,17 km Gambar 3.10 Diagram Alur Power Link Budget

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 35 Power Link Budget Terdapat dua metode untuk menghitung power link budget, antara lain : 1. Metode Area Classes Urban, maka tinggi antena = 42 m Sub Urban, maka tinggi antena = 60 m Rural, maka tinggi antena = 72 m Open Area, maka tinggi antena = 80 m 2. Metode LOS - Frekuensi (GHz) = 895 GHz - Jarak bangunan dominan dari tengah sel (d 1 ) Urban = 0,01 km Sub-Urban = 0,03 km Rural = 0,06 km Open Area = 0,1 km - Tinggi bangunan tertinggi (h bangunan ) Urban = 20 m Sub-Urban = 13 m Rural = 8 m Open Area = 4 m - Jarak kondisi Free Space Loss (D) = 0,6 km - Tinggi MS (H rx ) = 1,7 m Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung Fn, clearance, dan H tx bangunan. F n = 17,3 Clearance = 0,6 Fn H tx bangunan = H rx d d D 1 1 fghz x D Clearance D h d bangunan 1 H rx (11) (12) (13)

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 36 Tabel 3.5 Jumlah Fn, clearance, dan H tx bangunan di Setiap Daerah Urban Sub-Urban Rural Open Area F n 1,81 3,09 4,25 5,28 Clearance 1,09 1,85 2,55 3,17 H tx bangunan 21,42 m 15,55 m 11,53 m 8,26 m Gambar 3.11 Diagram Alur Path Loss Metode Okumura Hatta

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 37 Path Loss Metode Okumura Hatta Untuk kota kecil sampai sedang, faktor koreksi a(h tx ) diberikan oleh persamaan sebagai berikut. a h 1,1 log f 0,7h 1,56 log f 0, 8 db rx tx (14) = (1,1 log 895 0,7)1,7 (1,56 log 895 0.8) db = 0,53 db L prop city = 69,55 +26,16 log f 13,83 log h tx bangunan a(h rx ) + (44,9 6,55 log h tx bangunan)* log R sel (15) (16) a. Daerah I (Urban Area) L prop city = 69,55 +26,16 log 895 13,83 log 21,42 0,53 + (44,9 6,55 log 21,42)* log 1270 = 240,13 db L prop Max = L prop city = 240,13 db b. Daerah II (Open Area) L prop city = 69,55 +26,16 log 895 13,83 log 8,26 0,53 + (44,9 6,55 log 8,26)* log 1750 = 259,69 db c. Daerah III (Sub-Urban 1) L prop city = 69,55 +26,16 log 895 13,83 log 15,55 0,53 + (44,9 6,55 log 15,55)* log 820 = 237,84 db L prop Max = L prop city 2[log ( f/-28)] 2-5,4 = 227,91 db d. Daerah IV (Rural) L prop city = 69,55 +26,16 log 895 13,83 log 11,53 0,53 + (44,9 6,55 log 11,53)* log 1860 = 255,61 db L prop Max = L prop city 4,78 * (log f) 2 + 18,33 * log f 40,94 = 227,12 db

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 38 e. Daerah V (Sub-Urban 2) L prop city = 69,55 +26,16 log 895 13,83 log 15,55 0,53 + (44,9 6,55 log 15,55)* log 1170 = 243,56 db L prop Max = L prop city 2[log ( f/-28)] 2-5,4 = 233,63 db Fading Margin h (probabiltas kuat sinyal di atas treshold) = 0,8 σm (standard deviasi) = 8 db error function erf = (17) = = 0,6 erf -1 = =1,67 Fading Margin FM = (- erf -1 ) * σm * (18) = - 1,67 * 8 * = -18,8938 db

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 39 Gambar 3.12 Diagram Alur Fading Margin Perhitungan Daya Pancar BTS Kondisi Ideal Berikut spesifikasi perangkat komunikasi radio. 1. MS Tx Power ( Pout MS ) = 33 dbm 2. MS Rx Sensitivity ( MS Sens ) = -100 dbm 3. MS Antena Gain ( GAms ) = 0 db 4. MS Feeder Loss ( Lfms ) = 2 db 5. BS Rx Sensitivity ( BTS Sens ) = -104 dbm 6. BS Antena Gain ( GAbts ) = 18 dbi 7. BS Diversity Gain ( Gdbts ) = 5 db 8. BS Duplexer Loss ( Lduplbts ) = 1 db 9. BS Connector Loss ( Lconbts ) = 2 db 10. BS Tx Filter Loss ( Lfilbts ) = 1 db 11. BS Combiner Loss ( Lcombts ) = 2 db 12. BS Slant Loss ( Lslantbts ) = 0 db 13. Margin ( M ) = 6 db

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 Pout BTS = (MS sens + BTS sens ) + (L prop Max + Lf MS + Ldupl BTS + Lcon BTS + Lfil BTS + Lcomb BTS + Lslant BTS) + Margin (19) Pout BTS = Pout MS + (MS sens - BTS sens ) - (Lfil BTS + Lslant BTS) (20) a. Daerah I (Urban Area) Pout BTS = 50,13 dbm Pout BTS = 33 + (-100+104) (1 + 0) = 36 dbm b. Daerah III (Sub-Urban 1) Pout BTS = 37,91 dbm Pout BTS = 33 + (-100+104) (1 + 0) = 36 dbm c. Daerah IV (Rural) Pout BTS = 37,12 dbm Pout BTS = 33 + (-100+104) (1 + 0) = 36 dbm d. Daerah V (Sub-Urban 2) Pout BTS = 43,63 dbm Pout BTS = 33 + (-100+104) (1 + 0) = 36 dbm Karena Pout BTS >Pout BTS maka tidak perlu dilakukan rekonfigurasi

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 41 Gambar 3.13 Diagram Alur Perhitungan Daya Pancar BTS

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 42 Untuk mengurangi interferensi co-channel, maka digunakan prinsip titling antena dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. R tilt = H tx * tan [{arctan (R sel / H tx )} A ] ; A = 2 (21) a. Daerah I (Urban Area) R tilt Jarak aman interferensi 3K xrtilt = 412,85 m = 1238,55 m b. Daerah III (Sub-Urban 1) R tilt Jarak aman interferensi 3K xrtilt = 288,05 m = 864,16 m c. Daerah IV (Rural) R tilt Jarak aman interferensi 3K xrtilt = 279,76 m = 839.28 m d. Daerah V (Sub-Urban 2) R tilt Jarak aman interferensi 3K xrtilt = 321,39 m = 964,17 m

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 43 Visualisasi Sel a. Daerah I (Urban Area) R heksagonal = R sel / Skala = 127.000 / 100.000 = 1,27 cm b. Daerah II (Open Area) R heksagonal = R sel / Skala = 175.000 / 100.000 = 1,75 cm c. Daerah III (Sub-Urban 1) R heksagonal = R sel / Skala = 82.000 / 100.000 = 0,82 cm d. Daerah IV (Rural) R heksagonal = R sel / Skala = 186.000 / 100.000 = 1,86 cm e. Daerah V (Sub-Urban 2) R heksagonal = R sel / Skala = 117.000 / 100.000 = 1,17 cm

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 Berikut adalah visualisasi sel pada peta. Gambar 3.14 Visualisasi Sel pada Peta