BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu yang Bekerja Sebagai Perawat di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

ARIS SETYADI J

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS EKONOMI DAN PERAN KELUARGA IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSLUSIFDI DESA PUDAK KECAMATAN KUMPEH ULUTAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

Oleh: Ririn Indrawati Puspitasari, SST Program studi DIII Kebidanan Stikes Harapan Bangsa ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. interdependen, saling bergantung satu sama lainnya, dan tidak bisa dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

DEA YANDOFA BP

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

Transkripsi:

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan mengalami proses tumbuh kembang. Masa bayi merupakan masa emas (golden period) bagi pertumbuhan. Artinya, bayi akan tumbuh sehat dan optimal ketika mampu memaksimalkan masa emas tersebut. Sebaliknya, ketika masa emas kurang mendapat perhatian, maka bisa mengakibatkan potensi yang dimiliki bayi tidak berjalan dengan optimal (Khasanah, 2011). Tumbuh kembang merupakan proses yang berbeda, namun keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain. Pertama, kata tumbuh yang apabila ditambah awalan per- dan akhiran an, maka akan menjadi pertumbuhan. Adapun yang dimaksud pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur menggunakan satuan panjang, satuan berat, dan ukuran kepala. Kedua, adapun yang dimaksud dengan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, bersifat kualitatif, pengukuran dalam dilakukan menggunakan skrining perkembangan (Khamzah, 2012). Unsur gizi menjadi pengaruh yang dominan dalam pertumbuhan anak terutama pada awal kehidupan sampai dengan umur 12 bulan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan memberikan Air Susu Ibu

19 (ASI). ASI merupakan makanan terbaik yang dibutuhkan untuk kesehatan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhinya kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit (Sulistyoningsing, 2011). Banyak ibu yang sudah mengetahui keunggulan dari ASI, namun kecenderungan untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dilihat dari semakin besarnya jumlah ibu yang memberikan susu formula kepada bayinya lebih awal. Berbagai alasan telah dikemukakan oleh ibu-ibu diantaranya yaitu pengaruh iklan/promise pengganti ASI, ibu bekerja, lingkungan social budaya, pendidikan, pengetahuan yang rending serta rendahnya dukungan suami (Depkes RI, 2007). Dukungan dari luar pun muncul salah satunya yaitu makin banyaknya iklan yang menawarkan produk/merk susu formula untuk bayi berusia dibawah 6 bulan di Indonesia. Sebaiknya para orang tua yang memiliki bayi pada usia tersebut seharusnya lebih ekstra hati-hati pada saat akan memutuskan memilih susu formula. Padahal, sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa satu-satunya makanan terbaik untuk bayi adalah ASI (IDAI, 2006). Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Akibat dari pemberian ASI dan pemberian makanan tambahan yang salah, sekitar 6,7 juta balita atau 27,3 persen dari seluruh

20 balita di Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk (Meutia,2008). Kebijakan yang ditempuh dalam program peningkatan pemberian ASI di Indonesia adalah menetapkan 80 persen dari ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif. Namun realitanya, sampai saat ini pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Data menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan. Keadaan lain yang memprihatinkan adalah 13% dari bayi berumur dibawah 2 bulan telah diberi susu formula dan 15% telah diberi makanan tambahan (SDKI 2002-2003). Pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah hanya sekitar 25,6%, menurun dibandingkan tahun 2011 yaitu 45,18% (Dinkes Provinsi Jateng, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2015 cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 50,4%, bila dibandingkan tahun 2014 cakupan pemberian ASI esksklusif sebesar 20,9%, hal ini meningkat sebesar 29,5% setelah mengalami penurunan sebesar 34,9%. Dari 27 puskesmas yang berada di Kabupaten Banyumas puskesmas yang memiliki angka cakupan pemberian ASI yang rendah adalah Puskesmas Kedungbanteng yaitu sebesar 19,4% dari total bayi 423 bayi (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2015). Berdasarkan survey yang dilaksanakan oleh Nutrition and Health Surveillance System (NHSS) yang bekerjasama dengan Balitbangkes serta Helen Keller International pada tahun 2002 di empat kota yang berada di

21 Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar dan delapan desa yang berada di Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa pencapaian pemberian ASI eksklusif 4-5 bulan di daerah perkotaan antara 4%-12%, sedangkan di daerah pedesaan 4%-25%. Pencapaian pemberian ASI eksklusif 5-6 bulan di daerah perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di daerah pedesaan 2%-13%. Hasil penelitian Puspitasari (2011), yang meneliti tentang gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan praktek swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas menyimpulkan bahwa faktor-faktor ibu yang memberikan susu formula yaitu ibu yang berpendidikan SMA, bekerja diluar rumah, berpenghasilan Rp 500.000-Rp 1.000.000, dan ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI. Banyak alasan yang menjadi faktor penyebab kenapa ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Salah satu alasan yang cukup besar yaitu pekerjaan, terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Kesibukan kerja yang membutuhkan waktu hingga 8 jam untuk bekerja di luar rumah yang menjadi alasantidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga usia 6 bulan. Ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif dengan alasan pada umumnya tempat ibu bekerja tidak menyediakan tempat untuk menyusui dan tempat untuk memompa ASI yang layak dan memenuhi standar kesehatan, sehingga tidak jarang para ibu

22 memerah ASInya didalam toilet yang dikhawatirkan akan banyak tercemar oleh kuman-kuman yang bertebaran di toilet sehingga tidak dapat menyimpan ASI tersebut dalam botol untuk diberikan kepada bayi (Siregar, 2008). Sebagai alasan lain yaitu karena kecapekan akibat bekerja adalah produksi ASI yang mulai menurun, mengakibatkan bayi tidak mau lagi disusui dan saluran ASI menjadi tersumbat. Namun ada juga karena keengganan untuk menyusui yang menyebabkan anak harus berhenti merasakan ASI dari ibunya. Alasan yang mengkhawatirkan adalah adanya anggapan yang salah tentang pemberian ASI eksklusif yang biasanya hal ini terjadi pada masyarakat pedesaan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan bahwa apabila anaknya akan kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meskipun tidak ada relevansinya banyak yang beranggapan bahwa hal ini benar. Terkadang anak yang menangis terus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang, padahal menangis bukan semata-mata tanda bahwa bayi sedang merasa lapar (Soraya, 2006). Berbagai dampak negative yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain : gangguan saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan (Judarwanto, 2007), meningkatkan resiko serangan asma, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar (Roesli, 2008).

23 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan januari di wilayah kerja puskesmas kedungbanteng didapatkan hasil bahwa jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 3,52% dari total bayi 965 bayi dari 14 desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng. Berdasarkan hasil uraian diatas serta guna meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan menekan angka pemberian susu formula, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai gambaran hubungan antara pemberian susu formula dan ASI dengan tumbuh kembang bayi di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh WHO tahun 2013, Nutrition & Healt Surveillance System (NSS) tahun 2002, Mautia, data dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang semuanya menggambarkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan masih rendah, serta berdasarkan faktor penyebab pemberian susu formula, dan dampak yang ditimbulkan dari diberikannya susu formula, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan antara pemberian susu dengan tumbuh kembang bayi di wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas?

24 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian susu dengan tumbuh kembang bayi di Wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya yaitu : a. Mendeskripsikan hubungan antara pemberian susu dengan pertumbuhan bayi b. Mendeskripsikan hubungan antara pemberian susu dengan perkembangan bayi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembaca Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta gambaran mengenai hubungan antara susu dengan tumbuh kembang bayi. 2. Bagi Ibu Memberikan tambahan pengetahuan kepada para ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif yaitu selama 6 bulan penuh, serta ibu dapat menetahui adanya hubungan antara pemberian susu dengan tumbuh kembang bayi. 3. Bagi Peneliti

25 Memberika pengalaman dan pengetahuan yang lebih dalam tentang riset sehingga meningkatkan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Selain itu peneliti dapat mengaplikasikan secara langsung di masyarakat khususnya tentang apa saja pengaruh atau efek dari pemberian susu dibawah usia 6 bulan terhadap tumbuh kembang bayi. 4. Bagi Masyarakat Desa Masyarakat mendapatkan tambahan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas tentang pengaruh atau efek pemberian susu terhadap tumbuh kembang bayi dan makanan yang tepat untuk bayi usia 0-6 bulan. 5. Bagi Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai bahan evaluasi bagi petugas kesehatan setempat unutk menekan angka penggunaan susu sehingga dapat meningkatkan angka penggunaan ASI secara eksklusif pada usia 0-6 bulan. E. Penelitian Terkait Penelitian tentang hubungan pemberian susu sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu : 1. Hasil penelitian Fitri (2013), dengan judul penelitian Hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo, dan menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan subyek penelitian yaitu bayi yang

26 berumur 6 bulan yang pernah mendapatkan pelayanan imunisasi di Puskesmas Nanggalo kota padang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang hubungan pemberian ASI dan tumbuh kembang bayi. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Dian hanya membahas tentang hubungan pemberian ASI sedangkan dalam penelitian yang akan di lakukan menambahkan dengan dua variable yaitu bayi yang mendapatkan susu formula serta bayi yang mendapatkan susu formula dan ASI. Selain itu perbedaan juga dilihat dari sampel penelitian, pada penelitian Dian sampel yang digunakan yaitu bayi berumur 6 bulan,sedangakn dalam penelitian yang akan dilakukan sampel yang digunakan yaitu bayi yang berumur 6-12 bulan dengan melihat riwayat pemberian susu pada saat bayi tersebut umur 0-6 bulan. 2. Hasil penelitian Puspitasari (2011), dengan judul penelitian Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Bidan praktek swasta Hj. Renik Suprapti Kelurahan Bantarsoka Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas, dan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan subyek penelitian ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang memberikan susu formula. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor ibu yang memberikan susu formula yaitu ibu yang berpendidikan SMA, bekerja diluar rumah,

27 berpenghasilan Rp 500.000-Rp 1.000.000, dan ibu yang berpengetahuan baik tentang ASI. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang susu formula. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Ririn membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan yaitu membahas tentang tumbuh kembangnya itu sendiri. 3. Hasil penelitian Yuniati, Sukadi (2010), dengan judul penelitian Pengaruh pemberian kombinasi ASI dan susu formula yang mengandung probiotik terhadap peningkatan berat badan bayi lahir dengan seksio cesaria di Jalan Pastur No.38 Bandung, dan menggunakan metode clinical trial phase II dengan pendekatan randomized open label, dengan subyek penelitian bayi yang baru lahir dengan SC sesuai masa kehamilan, lahir tunggal, dan berat badan lahir 2500 gram. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian kombinasi ASI dan susu formula probiotik tidak memberikan pengaruh secara bermakna (p>0,05) terhadap peningkatan berat badan bayi bila dibandingkan dengan kontrol. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang ASI dan susu formula. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Tetty membahas tentang kombinasi ASI dan susu formula yang mengandung probiotik dengan berat badan bayi lahir dengan SC sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan membahas tentang masing-masing dari susu formula dan ASI bukan tentang kombinasi keduanya.

28 4. Hasil penelitian Novita, Gurnida, Garna (2007), dengan judul penelitian Perbandingan fungsi kognitif bayi usia 6 bulan yang mendapat dan yang tidak mendapat ASI eksklusif, dan menggunakan desain penelitian kohort, dengan subyek penelitian bayi usia 4 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan non eksklusif yang bertempat tinggal di lingkungan Puskesmas Cigondewah Bandung diikuti sampai usia 6 bulan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari aspek fungsi kognitif pemberian ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibanding dengan yang tidak mendapat ASI eksklusif. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang ASI. Perbedaannya yaitu dalam penelitian Lony membahas tentang perbandingan fungsi kognitif sedangkan dalam peenelitian yang akan saya lakukan membahas tentang tumbuh kembang bayi.