II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan hasil penelitian. Adapun uraian hasil dan pembahasan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diambil kesimpulan mengenai kinerja Dinas Tenaga Kerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

Perilaku Individu dalam Pelayanan Izin mendirikan Bangunan Di Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Kepulauan Sangihe

PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. (madebewind) yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya. pelayanan kepada masyarakat di tingkat desa dibentuklah sebuah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMUM PADA UNIVERSITAS LAMPUNG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SITUBONDO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengetahui kuliatas pelayanan publik pembuatan Kartu Tanda Penduduk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Organisasi, Administrasi dan Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau

Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Keliling Oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika di Kabupaten Ciamis. Nurholis.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Kata Kunci : Efektivitas, Pelayanan Publik. A. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Masalah :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU (SISKOHAT) DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI BIDANG NON PERIJINAN DI KANTOR KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

BAB 3 METODE PENELITIAN Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

ENDANG WIRJATMI TRILESTARI KANTOR: STIA-LAN BANDUNG JL. CIMANDIRI TELP: FAX: BANDUNG RUMAH: JL. DANGDEUR INDAH NO.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rue (dalam Tjandra 2005:38) didefenisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. oraang-orang yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

BAB III PELAYANAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TERHADAP MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TERHADAP PEMBUATAN KARTU KELUARGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK BALAI VETERINER BANJARBARU

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maupun masyarakat untuk melakukan regulasi kembali dalam

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dalam menunjang penyediaan pangan. Satuan kerja irigasi

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYAN PUBLIK

BAB III METODE PENELITIAN. Sipil Kota Medan, sebagai suatu organisasi yang berorientasi pada pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perkembangan zaman, khususnya Negara Indonesia yang

Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017 ISSN :

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 90 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma studi ilmu administrasi negara sangat cepat dan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK PADA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini organisasi sektor publik berupaya memberikan kualitas pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

[ IKM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ] Tahun 2015

[ SURVEI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT ] Periode Tahun 2014

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. secara bersama terhadap barang atau layanan tertentu. Organisasi sektor pubik di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan di kota-kota besar di Indonesia setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BAB IV ARAH KEBIJAKAN STRATEGIS. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut. kemana organisasi Kecamatan ini akan dibawa dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. cukup rumit. Karakteristik penganggaran sektor publik berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN. 2.1 Sejarah Singkat dan Aktivitas Utama Instansi Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS CATATAN SIPIL KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh CHRISTIAN POLI NIM

BAB II LANDASAN TEORI. Pada instansi pemerintahan seperti KPP Pratama Sleman orientasi

SAMBUTAN DAN LAPORAN PERESMIAN GEDUNG KANTOR SAMSAT KULON PROGO & KANTOR KAS BPD SAMSAT CABANG WATES

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II URAIAN TEORITIS. Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtamusi Palembang. Teknik

KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK. Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan jasa publik dan layanan sipil (Ndraha, 2005). Lusa

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja yang berarti pelaksanaan kerja merupakan suatu proses untuk pencapaian suatu hasil. Kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja dalam arti yang sederhana adalah prestasi kerja L.W Rue dan L.L Byars dalam Yudoyono (2001:158) mendefinisikan kerja (performance) sebagai the degree of accomplishment atau tingkat pencapaian hasil. Menurut Mangkunegara (2006:67), pengertian kenerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentoso dalam Widodo (2001:206) mengartikan kinerja yaitu:

9 kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau institusi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi atau institusi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan etika dan moral. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Kusnadi (2002:267) kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan, atau tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu, dan tanpa adanya kinerja berarti tidak ada upaya untuk mencapai hasil atau target tersebut. Kinerja juga dapat diartikan sebagai hasil dari fungsi suatu pekerjaan, satu kegiatan tertentu selama periode tertentu yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau institusi. Dalam hal ini periode kinerja juga ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu dan kriteria kinerja yang baik menurut Simamora (Moenir,1992:134) adalah : a. kriteria yang baik haruslah mampu diukur dengan cara yang dapat dipercaya b. kriteria yang baik haruslah mampu membedakan individu-individu sesuai dengan kinerja mereka c. kriteria yang baik haruslah sensitif terhadap masukan-masukan dari tindakan pemegang jabatan d. kriteria yang baik haruslah dapat diterima oleh individu yang mengetahui kinerjanya yang sedang dinilai Berdasarkan uraian di atas peneliti manarik kesimpulan bahwa pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau institusi dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

10 2. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja menurut Harbani Pasolong (2007:182) pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, dan/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Definisi serupa juga dikemukakan Mahsun (2006:25) pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Sedangkan menurut Lohman dalam (Mahsun,2006:25) pengukuran kinerja merupakan suatu aktifitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Sedangkan Mardiasmo dalam Tangkilisan (2005:177) mengemukakan bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Satuan ukur yang relevan yang digunakan adalah efisiensi pengelolaan dan tingkat kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada publik. Berdasarkan pengertian tentang pengukuran kinerja yang telah diuraikan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengukuran kinerja bermanfaat bagi suatu organisasi untuk mengetahui seberapa berhasil suatu organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.

11 3. Model Pengukuran Kinerja Menurut Johson dan Lewin dalam (Widodo,2001) pengukuran kinerja dapat dibedakan dalam beberapa model, yaitu : 1. Model Tujuan (Goals Model) Kinerja organisasi dalam model tujuan (Goals Model) disamakan dengan efektifitas yang diukur dari produktifitas dan pencapaian tujuan. Efektifitas model tujuan menyadarkan pada spesifikasi hirarki tujuan, sasaran dan ukuran hasil (effect) yang ditetapkan secara formal. Pendekatan model tujuan menekankan bahwa organisasi yang efektif adalah organisasi yang mengorganisir serangkaian tujuan, menentukan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Efektifitas model tujuan menekankan pada analisis biaya program (program cost) dikaitkan dengan hasil (program effect) program. 2. Model Sistem (System Model) Model tujuan yang pada umumnya digunakan untuk menyamakan kinerja dengan efektifitas dan memfokuskan pada pengukuran pencapaian tujuan. Model sistem seringkali tidak menggunakan ukuran efektivitas. Efektifitas dan efisiensi oleh Barnard dalam Johson dan Levin (Widodo,2001) adalah setipe (typical). Efektifitas sebagai pencapaian tujuan yang dikehendaki, dan efisiensi memberikan petunjuk dasar analisis kontemporer mengenai efektifitas. Barnard mengemukakan definisi efisiensi adalah organisasi yang memberikan tipe dan sedikit insentif yang diperlukan untuk mencapai perilaku produktif maksimum pada karyawannya. Efisiensi menurut pengertian Barnard hampir

12 menjadi konsep efektifitas pada kebanyakan literatur kontemporer. Pendekatan sistem sering juga disebut model sistem atau teori sistem alamiah efektifitas organisasi. Efektifitas organisasi dipandang sebagai konsep yang sulit untuk dioperasionalkan pada suatu model sistem yang menampakkan posisi efektivitas sebagai suatu resultante dari berbagai karekteristik sistem. 3. Model Desain Sistem Keputusan (Decision System Keputusan Model) Ukuran efisiensi dinyatakan secara tidak langsung oleh pendekatan model desain sistem keputusan yaitu konsep kesejahteraan ekonomi mengenai efisiensi dari keseluruhan sistem (total-system efficiency). Total sistem seperti sistem (ekonomi, pemerintahan, dan organisasi) dikatakan efisien jika setiap melakukan reorganisasi menambah atau memperbesar nilai satu variabel akan mengurangi nilai variabel lainnya. Konsep efisiensi di atas dapat diterapkan pada desain sistem yang berusaha menciptakan kontek pembuatan keputusan dimana pengeluaran pemerintah dapat dikomparasikan dengan tingkat penerimaan. Dengan kata lain, program pemerintah dapat dibuat lebih efisien dengan menaruh perhatian pada ukuran baik pada input program maupun output program dan membuat keputusan alokasi sumber daya diantara alternatif program yang tersedia. Kendati demikian konsep efisiensi dan efektifitas dalam pendekatan desain sistem keputusan belum nampak, pemerintah senantiasa mengumpulkan sejumlah data besar tentang input dan output program. Pemerintah secara teratur berusaha menggambarkan keberhasilan dan kegagalan program dengan membandingkan antara input dan output. Pengukuran input dan

13 output pendekatan sistem keputusan memiliki limitasi yang signifikan, output tidak diukur pada organisasi secara keseluruhan. Setelah manipulasi semua data program, semua kinerja diartikan dalam konteks proses internal seperti yang ada dalam model sistem. Menurut Cristopher Pollit dan Geer Bouckaert dalam (Keban,2004:206) mengemukakan model pengukuran kinerja program yang sangat populer yaitu model input/output (the input/output model). Model ini mengasumsikan bahwa institusi/program dibangun untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut disusun tujuan organisasi atau program. Organisasi atau program menyediakan input (staf, gedung, sumber daya), menyusun kegiatan-kegiatan (activities) untuk mengolah input tersebut dalam proses tertentu untuk menjadi output. Output yang dihasilkan kemudian berinteraksi dengan lingkungan sehingga memberi hasil tertentu (result) atau disebut intermediate outcomes, dan dalam jangka panjang hasil tersebut menjelma menjadi dampak atau final outcomes. Dalam model input/output ini, parameter penilaian kinerja terdiri : a. Relevansi, yaitu mengukur keterkaitan atau relevansi antara kebutuhan dengan tujuan yang dirumuskan b. Efisiensi, yaitu perbandingan antara input dengan output c. Efektifitas, yaitu tingkat kesesuaian antara tujuan dengan intermediate outcomes (result) dan final outcomes (impacts) d. Utility dan Sustainability, yaitu mengukur kebergunaan dan keberlanjutan antara kebutuhan dengan final outcemes (impacts)

14 Sedangkan pernyataan yang dikemukakan oleh Mahsun (2006:77-78), kinerja dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator, yaitu : a. Masukan (Input) Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. b. Proses (Process) Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. c. Keluaran (Output) Adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan non fisik. Indikator keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. d. Hasil (Outcome) Adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atau hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak.

15 e. Manfaat (Benefit) Adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. f. Dampak (Impact) Adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif. B. Tinjauan Tentang Dinas Tenaga Kerja Dinas adalah unsur pelaksana pemerintah daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Dinas, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, Dinas Tenaga Kerja mempunyai : 1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Dinas mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang ketenagakerjaan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta perundang-undangan yang berlaku. Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung antara lain : a. Perumusan kebijakan teknis dibidang ketenagakerjaan b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya, dan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

16 C. Tinjauan Tentang Pelayanan 1. Pengertian Pelayanan Publik Pelayanan umum menurut Widodo, (2001:269) diartikan sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Hanif Nurcholis (2005:175) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh negara dan badan-badan negara kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara diartikan sebagai segala bentuk barang atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pelayanan adalah segala bentuk layanan yang dilakukan dan yang ditawarkan oleh suatu pihak atau badan tertentu dan pada dasarnya tidak berwujud yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat dan memenuhi kepuasan masyarakat.

17 2. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik Di dalam KEPMENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip pelayanan publik antara lain : 1. Kesederhanaan Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan 2. Kejelasan a. persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik b. unit kerja pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik c. rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran 3. Kepastian Waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan 4. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah 5. Keamanan Proses dan produk pelayanan memberikan rasa aman kepastian hukum

18 6. Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik 7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika) 8. Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika 9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan ikhlas 10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan indah serta sehat dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan lainnya seperti: tempat parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

19 3. Faktor-Faktor Pendukung Pelayanan Moenir (1992:27) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mendukung terlaksananya pelayanan yaitu : 1. Kesadaran pejabat dan juga petugas serta kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya, diharapkan akan membawa mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh kesungguhan dan disiplin, yang merupakan faktor saling menentukan bagi pelayanan yang baik dan memuaskan 2. Peraturan yang menjadi landasan kerja pelayanan setiap organisasi yang menyangkut jalannya organisasi tersebut. Dengan peraturan yang telah ditetapkan diharapkan setiap kegiatan dan pekerjaan akan berjalan dengan tertib dalam mencapai tujuan yang ditetapkan 3. Faktor organisasi (pengorganisasian). Pengorganisasian yang dimaksud adalah organisasi ini tidak semata-mata mengenai pembentukan organisasi tetapi lebih banyak diarahkan pada peraturan-peraturan dan mekanisme kerjanya yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai. Sistem metode dan prosedur yang ditetapkan dalam organisasi harus mendukung pelaksanaan pelayanan 4. Pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum. Pendapatan ini dapat menciptakan ketenangan dalam bekerja, sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada pekerjaannya 5. Kemampuan dan keterampilan petugas sesuai dengan tugasnya. Adapun kemampuan dan keterampilan petugas yang sesuai dengan tugasnya akan

20 lebih mempercepat, memperlancar, dan meningkatkan mutu pelayanan dengan penempatan petugas yang sesuai dengan bidang kemampuannya. 6. Sarana pelayanan yang memadai. Tersedianya sarana pelayanan yang memadai sesuai dengan jenis dan bentuk pelayanan akan lebih mendorong terciptanya efisiensi dan efektifitas pelayanan. D. Tinjauan Tentang Kartu Pencari Kerja (AK/I) Kartu pencari kerja (AK/I) berukuran 15 x 11,5 Cm dengan warna kuning. Kartu pencari kerja (AK/I) adalah sebagai tanda pendaftaran kartu identitas, dapat juga digunakan sebagai lampiran permohonan (berlaku untuk melamar pekerjaan) khususnya untuk melamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, AK/I merupakan persyaratan utama. Persyaratan dalam pembuatan kartu pencari kerja (AK/I) : a. Pas foto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar; b. Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku c. Fotokopy ijasah pendidikan terakhir d. Fotokopy sertifikat keterampilan bagi yang memiliki e. Fotokopy surat keterangan pengalaman kerja bagi yang memilliki Kartu pencari kerja (AK/I) berlaku selama 2 (dua) tahun dengan keharusan melapor selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sekali terhitung sejak tanggal pendaftaran bagi pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan. Pencari kerja yang telah mendapatkan pekerjaan wajib melaporkan bahwa yang

21 bersangkutan telah diterima bekerja kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. E. Kerangka Pikir Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang ketenagakerjaan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta perundang-undangan yang berlaku. Dinas Tenaga Kerja merupakan salah satu instansi pemerintah daerah yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu pencari kerja (AK/I). Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung setiap harinya melayani pemohon kartu pencari kerja (AK/I) antara 10 sampai 20 orang pemohon. Kantor Dinas Tenaga Kerja biasanya akan padat dikunjungi pencari kerja pada saat pembukaan Calon Pegawai Negeri Sipil, petugas dapat melayani pemohon sampai ratusan pencari kerja yang ingin membuat kartu pencari kerja (AK/I). Berdasarkan pemaparan di atas, untuk mengukur kinerja Dinas Tenaga Kerja dalam pelayanan pembuatan kartu pencari kerja (AK/I) dengan menggunakan pernyataan yang dikemukakan oleh Mahsun (2006:77-78) bahwa kinerja dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator, yaitu Masukan (Input), Proses (Process), Keluaran (Output), Hasil (Outcomes), Manfaat (Benefit), Dampak (Impact). Melalui pelayanan pembuatan kartu pencari kerja (AK/I) Dinas Tenaga Kerja dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sehingga

22 dapat mencapai hasil kinerja yang memuaskan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Untuk lebih jelas dapat di lihat melalui bagan pada halaman berikut :

23 Kinerja dapat diukur dengan menggunakan : 1. Masukan (Input) 2. Proses (Process) 3. Keluaran (Output) 4. Hasil (Outcomes) 5. Manfaat (Benefit) 6. Dampak (Impact) (Sumber:Mahsun,2006:77-78) Hasil kinerja memuaskan / tidak memuaskan Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir