PERASAAN TERSUMBAT BISA BERBAHAYA 1

dokumen-dokumen yang mirip
BERPOLITIK TANPA KEBERANIAN 1

OPOSISI SUATU KENYATAAN 1

Menjadi Oposisi Itu. Oleh Nurcholish Madjid

OPOSISI TIDAK IDENTIK MELAWAN ARUS 1

Presiden Seumur Hidup

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

Demokrasi di Indonesia

TUNAIKAN AMANAT SECARA ADIL

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

OPOSISI BUKAN MUSUH PEMERINTAH 1

Demokrasi Parlementer (Liberal)

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

APATISME PEMBICARAAN NEGARA ISLAM 1

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGAWAL DEMOKRASI DI KALBAR

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

OPOSISI ATAU KEDEWASAAN 1

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

Tap XXXIII/MPRS/1967

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

Pengarahan Presiden pada Peninjauan PT. Unilever Indonesia Tbk., Surabaya, 1 Mei 2013 Rabu, 01 Mei 2013

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

PANCASILA DEMOKRASI PANCASILA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

DEMOKRASI. Drs. H.M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tentu saja bukan hanya Amerika, menurut saya banyak negara, bahkan negara sekecil Singapura saja punya kepentingan.

Memaknai Pancasila sebagai Dasar Negara*

KEWARGANEGARAAN DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Demokrasi. Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Penyunting A. Ubaedillah dan Abdul Rozak

Kepemimpinan dalam Fisika

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sebagai Negara berkembang, Indonesia membutuhkan banyak langkah dan

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!?

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, Jakarta, 1 Juni 1945 Rabu, 01 Juni 2011

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

PEMBATALAN SURAT IZIN USAHA PENERBITAN PERS MAJALAH MINGGUAN TEMPO, EDITOR DAN SURAT KABAR TABLOIT DETIK SERTA PERMASALAHAN HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kondisi ini sangat menguntungkan bagi guru dan anak didik. dipahami, digunakan oleh siswa dengan baik.

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

SANG PENARIK GERBONG ITU 1

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

K E P U T U S A N NOMOR : KEP-438/MEN/1992 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN SERIKAT PEKERJA DI PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA R.

BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

TNI Miliki Kewajiban Lakukan Kudeta

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Oposisi Fraksi PDI Perjuangan di Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif),

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Jakarta, Tgl. 17 April 2014 Kamis, 17 April 2014

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

Transkripsi:

TIDAK USAH MUNAFIK! PERASAAN TERSUMBAT BISA BERBAHAYA 1 Oleh Nurcholish Madjid Gagasan tentang perlunya partai oposisi di Indonesia, yang dilempar Nurcholish Madjid, memancing perdebatan seru di media massa. Presiden Soeharto pun angkat bicara: Di Indonesia tak perlu ada partai oposisi. Di samping memberikan argumen tentang perlunya partai oposisi, Cak Nur, panggilan akrabnya, dalam wawancara dengan Zainal Abidin dan Yadi Sastro dari Majalah UMMAT, juga coba menjabarkan lebih dalam tentang isi pemikirannya yang ia tuang dalam seminar Perspektif Islam dalam Indonesia Modern, 4 September 1995, di Gedung Perpustakaan Nasional. Apa latar belakang gagasan Anda tentang perlunya partai oposisi di Indonesia? Sebetulnya sudah lama saya berkata begitu. Sejak menjelang sidang MPR dulu. Waktu itu orang tidak menanggapi secara positif. Sekarang tanggapannya lebih positif, lebih luas. Sebetulnya begini. Kita sudah 50 tahun merdeka dan baru punya dua presiden: Soekarno dan Soeharto. Kedua-duanya sebetulnya tidak hanya berfungsi sebagai presiden, tetapi juga sebagai Bapak Bangsa. Artinya, figur yang sangat dominan, yang boleh dikatakan 1 Majalah UMMAT, Perasaan Tersumbat bisa Berbahaya, No. 7/Thn. I, 2 Oktober 1995. Pewawancara Zainal Abidin dan Yadi Sastro. 1

NURCHOLISH MADJID menyelesaikan seluruh persoalan kita sebagai bangsa. Nah, setelah 50 tahun merdeka ini, dan dengan mengantisipasi keadaan nantinya, untuk pertama kali kita akan punya presiden yang tak lagi berfungsi sebagai Bapak Bangsa. Untuk itu perlu ada struktur. Peran presiden tidak lagi terlalu dominan, menyelesaikan semua masalah, namun ia tunduk pada suatu mekanisme atau struktur. Kepada Pak Harto, sebagai Bapak Bangsa, sejauh ini kita insya Allah tetap percaya. Tapi, saya kira Indonesia mendatang akan menyaksikan dan akan mempunyai bentuk pemimpin yang biasa saja, yang primus inter pares, yang pertama dari yang sama. Jadi, sebetulnya sama dalam sederetan calon, dan ini hanya dipilih karena menonjol sedikit saja. Karena itu lembaga kepresidenan perlu kita letakkan dalam suatu mekanisme atau struktur yang memungkinkan terjadinya pengawasan dan penyeimbangan, check and balance. Di negara-negara lain, misalnya Amerika Serikat, kita juga melihat perjalanan yang sama. Beberapa presiden pertamanya adalah Bapak Bangsa. Namun, setelah tahap tertentu, setelah ada stabilitas dan kebebasan-kebebasan asasi menjadi kebutuhan, yang lebih diperlukan adalah struktur yang baik. Lalu pergantian presiden setiap 4 tahun (di AS) bukan peristiwa yang luar biasa. Apakah tahapan semacam itu kini sudah tercapai di Indonesia? Memang di sini ada perbedaan. Soal itu agak relatif, maka orang mudah sekali untuk berbeda. Dalam pandangan saya, tahapan itu sudah tercapai. Karena apa? Proses penumbuhan bangsa ini telah berjalan dua generasi. Pertama, konsolidasi kebangsaan sebagai nationstate dengan Bung Karno sebagai tokohnya. Kedua, dari segi ekonomi dan pendidikan, tokohnya Pak Harto. Keduanya berhasil. Peningkatan-peningkatan ini akan berlanjut pada halhal prinsipil: peningkatan kemampuan secara umum, khususnya kemampuan politik. Seperti kemampuan menyatakan pendapat dan kemampuan mengartikulasikan aspirasi. Karena itu, Indonesia 2

PERASAAN TIDAK TERSUMBAT USAH MUNAFIK! BISA BERBAHAYA sebagai akibat dari kesuksesannya ini akan semakin ribut, namun dalam arti positif. Makin tahu hak dan kewajibannya juga berarti akan banyak menuntut. Nah, karena sekarang ini penyaluran dari proses itu belum diakui sepenuhnya, maka terjadi letupan-letupan. Sebenarnya perkataan letupan itu majâz, dikiaskan pada gejala alam: sesuatu disumbat bisa meletup atau meledak. Sebetulnya ada cara lain yang lebih damai, lebih tidak merusak kalau memang sengaja dibikinkan saluran. Perasaan tersumbat atau tertekan ini tidak boleh didiamkan terlalu lama, karena bisa berbahaya sekali kalau meledak, bukan sekadar meletup. Karena ini bangsa yang besar sekali. Nomor empat di dunia. Apakah bangsa yang besar ini akan kita biarkan mengalami perasaan tersumbat? Indikasinya sudah ada yaitu munculnya orang-orang yang vokal itu. Namun bukankah saat ini juga sudah adanya saluran-saluran yang mulai dibuka? Misalnya, buruh boleh berdemonstrasi dan izin bicara mulai longgar. Betul. Sebagai ancang-ancang, semuanya yang telah diisyaratkan oleh pemerintah itu sangat positif. Terutama yang terakhir, yang keluar melalui Soesilo Soedarman dan Oetojo Oesman: tahun 1996 tak perlu ada izin untuk semua kegiatan politik. Itu yang kita tunggu-tunggu. Lalu, kalau semuanya telah menjadi kenyataan semua orang telah bebas menyatakan pendapat, bebas berkumpul, dan kemudian bebas berserikat kira-kira apa wujud yang paling nyata? Orang akan menantang, mendirikan partai politik. Bukankah ini bagian dari kebebasan berkumpul dan berserikat? Dan nanti akan terjadi aksi-reaksi yang kuat. Karena itu maka saya bilang, manfaatkan saja PDI dan PPP. Dorong mereka menjadi partai yang secara formal dan legal menjadi partai pengontrol, pengawas dan penyeimbang. Sekarang ini kan canggung sekali, oposisi bukan, partai pemerintah juga bukan. Kecanggungan ini membuat mereka 3

NURCHOLISH MADJID tidak berfungsi. Sebetulnya dengan ini kita menolong partai-partai supaya mereka berfungsi. Bagaimana Anda menanggapi pernyataan Pak Harto yang tegas menyatakan tak perlu ada oposisi di Indonesia? Saya memahami itu sebagai masalah semantik saja. Pak Harto adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pertumbuhan bangsa ini, jadi wajar kalau masih ingat dengan pengalamanpengalaman yang sangat pahit pada tahun 50-an. Ketika itu kita porak-poranda hanya karena mau menerapkan demokrasi menurut Barat, lebih tepatnya Eropa Barat. Bukan Amerika, sebab UUD 45 itu meniru Amerika. Lima tahun pemerintahan kita sama dengan Amerika 4 tahun. Jadi, selama lima tahun itu tidak bisa dijatuhkan. Tidak seperti di Inggris, Belanda, dan sebagainya: sekarang jadi perdana menteri, besok bisa dijatuhkan. Pada tahun 50-an begitu. Tapi sekarang tak perlu. Yang kita perlukan bukan oposisi yang menjatuhkan pemerintah, tetapi yang mengawasi dan mengontrol serta mengimbangi. Jadi ide ini tetap setia kepada UUD 45 dan Pancasila. Dengan begitu, ada gabungan yang serasi antara pemerintah yang kuat (tidak bisa dijatuhkan selama lima tahun) dan kontrol, sehingga nanti akan menjadi clean government yang sekarang jadi obsesi bagi ABRI. Tapi ini soal pengalaman saja. Sebab, bangsa Indonesia belum pernah mengalami kehidupan politik yang benar-benar dengan oposisi, kecuali tahun 50-an yang memang rusak, sehingga men jadi trauma. Dan trauma itu membayangi sampai sekarang, men jadi trauma generasi tua. Generasi muda nggak tahu lagi. Saya saja tidak begitu merasakan. Pada sudut ini saya melakukan empati me mahami situasi psikologis orang seperti Pak Harto dan yang lain. Pengalamannya begitu. Tapi kita lalu menerangkan bahwa oposisi adalah istilah politik yang intinya pengawasan dan pengimbangan. 4

PERASAAN TIDAK TERSUMBAT USAH MUNAFIK! BISA BERBAHAYA Kalau memang oposisi masih riskan karena ada trauma, tidak usah menggunakan kata oposisi. Intinya, koreksi. Kita memang tahu bahwa pemimpin itu selalu beriktikad baik. Tapi, karena pemimpin ini menyangkut nasib orang banyak, kita tidak boleh mempertaruhkannya hanya kepada niat baiknya, harus dikontrol. Surat al- Ashr kan begitu? Pertama, iman, pribadi sekali. Kemudian amal saleh. Di sini harus ada yang mengingatkan. Tidak mungkin kita berkata, Saya sudah beriman, jadi mau berbuat baik dan percayakan saja kepada saya. Apalagi dalam politik, yang jelas menyangkut orang banyak, harus ada tawâshaw bi lhaqq (mekanisme pengawasan) dan tawâshaw bi l-shabr (dengan kesabaran). Sebetulnya, jika sebatas koreksi, bukankah sedikit banyak check and balance ini sudah berjalan, dan ada kelompok-kelompok penekan? Ya, tapi ini harus berjalan secara terbuka, legal dan formal. Sekarang sudah berjalan, tapi tidak terbuka, maka terjadi letupanletupan, dan timbul kesalahpahaman. Jika ada legalisasi, bahwa memang itu ada, diakui, dan ada kepastian peraturan, check and balance akan berjalan efektif. Anda sendiri dari pers pasti merasakan, betapa pers itu terkadang harus hati-hati secara tidak perlu hanya karena aturannya tak selalu jelas. Keberatan lain, soal budaya. Sebagian orang menganggap kita tak punya kultur oposisi. Sekarang kita tanya saja pada Muchtar Naim, budayawan dari Minangkabau, yang selalu mengontraskan antara Minang dan Jawa. Saya melihat lebih luas dari itu, soal budaya pantai (Minang) dan pedalaman (Jawa). Kalau kita jujur, ketika bahasa Melayu diterima oleh kita semuanya, maka sebetulnya kita ini menjadi kemelayuan dan jatidirinya budaya pantai, bukan pedalaman. Budaya pantai 5

NURCHOLISH MADJID ini lebih bergerak, mobile, terbuka, egaliter dan kosmopolit. Karenanya cara-cara pengambilan keputusan pun dilalui dengan ide musyawarah dan mufakat itu, yang nota bene diambil dari bangsa Minang. Tetapi dalam budaya Minang, mufakat itu tak harus berarti konsensus. Mufakat itu harus ada keputusan bersama, kalau perlu voting. Dalam tradisi Jawa, ada juga tradisi mepe. Yaitu, rakyat berjemur di luar keraton, di bawah terik matahari, untuk menyampaikan ketidakpuasan pada penguasa. Jadi, sebetulnya ada budaya itu di sini. Keberadaan partai oposisi menjanjikan negara yang lebih demokratis. Tapi masih ada perhitungan risiko bahwa ini akan mengarah ke anarki. Pertama, itu belum terwujud. Boleh saja orang berspekulasi begitu. Kedua, kalau memang dikhawatirkan begitu, kita bisa melakukan tindakan hati-hati. Karena itu harus ada eksperimentasi terbuka. Dan karena terbuka itu akan ada benar dan salah. Misalnya, ternyata kita membuat kesalahan, lalu ada chaos, direm saja dan diluruskan lagi. Tapi kalau dari semula sudah takut lalu tidak mau mencoba, itu mati. Macet nanti. Itu pula sebabnya saya menginginkan proses ini dimulai dari sekarang, ketika Pak Harto masih kuat, dan ABRI juga masih kuat. Agar jika ada kesalahan, masih ada pengendalinya. Pembukaan katup-katup ini juga tak dapat menunggu terlalu lama. Jangan sampai oposan kelewat banyak. Sebab, kalau terus-menerus disumbat, letupan akan besar. Letupan yang besar akan berarti ledakan. Demi lcepentingan demokratisasi, menurut Anda, mana yang lebih baik: ada suksesi pada 1998 atau tidak? 6

PERASAAN TIDAK TERSUMBAT USAH MUNAFIK! BISA BERBAHAYA Ah, itu tidak relevan sama sekali. Saya berikan kiasan soal perlunya struktur dengan naik kereta api. Kita ke Surabaya naik kereta api tanpa pernah bertanya siapa masinisnya. Kita percaya betul ada rel dan di setiap stasiun ada yang mengarahkannya. Ada struktur yang membuat kita merasa aman. Siapa pun yang memimpin negara ini, tak jadi persoalan. Ini semuanya memang untuk menyiapkan agar kita lebih mantap ketika sudah tidak dipimpin lagi oleh Bapak Bangsa. Idealnya adalah, jika Pak Harto masih tetap memimpin, kemudian beliau mengantarkan kita ke arah itu. Jadi bisa lebih mulus. Karena, cepat atau lambat, keperluan akan adanya struktur yang lebih mantap ini harus dipenuhi. [ ] 7